BAB 21

5.7K 978 36
                                    

Suatu pagi di awal bulan Februari, Nala terduduk di ambang jendela candinya cukup lama. Ia memikirkan tentang bagaimana caranya menemui sang naga kembali. Tetapi pikirannya beralih merenungi tentang segala hal yang terjadi di hidupnya beberapa bulan belakangan ini. Ia menyadari kalau papanya tak pernah berbohong untuk memastikan hidupnya tetap aman. Sekarang madam Pevita tak bisa lagi menyentuhnya dan yang paling penting ia punya banyak teman di Archipelagos, bergaul dengan baik seperti anak normal pada umumnya. Ini benar-benar kehidupan yang Nala impikan. Bukan menjadi anak rumahan yang belajar dengan homeschooling setiap hari. 

Air mata Nala jatuh. Ia merindukan papanya.

"Kau sudah siap Nal?"

Nala menoleh setelah menyeka air matanya. "Sudah," katanya tersenyum menghampiri Ayu yang berdiri di pintu.

Hari ini ada kelas Ilmu Sihir Perudaraan. Murid-murid menaiki tangga spiral melewati tanaman-tanaman sulur menjalar sebelum tiba di Aiho.

Engku Agam belum juga terlihat, lagi-lagi pria itu datang telat. Sembari menunggu, Nala dan murid lain melihat sekeliling Archipelagos dari ruangan paling tinggi di Terhon. Angin di sini berhembus sangat kencang membuat mereka tidak menyadari kalau Engku Agam ternyata sudah berdiri di belakang mereka.

Untung saja Engku Agam adalah pria yang ramah. Mengajarkan para murid tentang berbagai awan dan juga berbagai jenis polusi udara.

"Di dunia luar, kalian pasti pernah belajar tentang jenis-jenis awan. Ada awan rendah yang terdiri dari Awan Stratocumulus, Awan Stratus, Awan Nimbostratus. Kemudian jenis awan sedang terdiri dari awan Altocumulus dan Altostratus. Berikutnya ada jenis awan tinggi yang terdiri dari awan Citrus, Citrrotratus, Cirrocumulus. Terakhis jenis awan dengan perkembangan vertikal yang terdiri dari awan Cumulus dan Cumulonimbus. Tetapi kurasa aku tak akan menjelaskan awan itu satu persatu, itu awan di dunia luar. Di Archipelagos hanya ada empat jenis awan. Pertama Awan Metzo, yang membuat Archipelagos bisa kasat mata dari dunia luar. Kedua, Awan yang berasal dari dunia luar yang tadi kusebutkan sebelumnya. Ketiga ada awan garam yang berasal murni dari air laut Archipelagos dan terakhir ada awan kembang gula atau disebut juga ibu dari awan Metzo yang manis dan berwarna merah muda jika dilihat dari atas, awan ini adalah awan yang punya kekuatan magis kuat. "

Semua murid antusias mendengar Engku Agam berbicara sebelum melanjutkan pembahasannya tentang polusi. "Manusia benar-benar makhluk yang paling berpengaruh dalam menghancurkan planet kita. Maka jangan heran anak-anak... jika polusi ini bisa menjadi monster yang menghancurkan kita."

"Monster? Maksudnya polusi ini akan berkumpul dan menyatu lalu menjadi monster begitu?" tanya Bastian memancing tawa sesisi ruangan.

"Itu hanya pengibaratan Bas," timpal Drio memegangi perutnya.

"Tidak, benar yang dikatakan Bastian..."

Hening.

"Polusi ini bisa menjadi monster besar. Mungkin saja mereka hanya bersembunyi, tetapi jika mereka memunculkan diri ini akan lebih luar biasa dari topan Nancy."

Semua murid saling bertatapan. Tak ada suara, tak ada tawa, yang ada hanyalah bayangan mengerikan. Sepertinya hancurnya kota karena badai polusi.

Kelas itu ditutup dengan tugas membawa daun dari tanaman-tanaman penghasil oksigen terbaik untuk materi minggu depan.

"Kemarin aku membaca buku ini." Pria berkacamata bundar itu membuka halaman demi halaman. Sampai jarinya berhenti di halaman 111 lalu menunjukkan di bagian kiri bawah buku. Membaca sebuah kalimat di sana.

"Banyak orang mengira api hitam hanyalah api biasa. Memang benar, tetapi api itu juga bisa jadi pertanda yang sangat buruk. Maka jika memang benar, tunggulah sang naga hitam yang baik hati dan keras kepala memberitahukannya kepada orang-orang terpilih dengan caranya sendiri." Tanra menarik napas. "Berarti benar dugaan kalau api hitam ada hubungannya dengan sang naga. Sepertinya kau orang yang dipilih naga hitam itu Nal. Kau—maksudku kita harus meyakinkan semua orang kalau Archipelagos dalam bahaya."

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang