BAB 23

5K 942 43
                                    


🌿🌿🌿


Dengan kelihaiannya dalam berbicara ia bercerita tentang naga hitam yang ia temui di kawah Tuir dan dalam akuarium di rumahnya. Sampai ke sang pengkhianat yang diceritakan sang naga.

Encik Mina khawatir. Wajahnya terlihat pucat.

"Berarti semua kejadian buruk yang akan terjadi itu benar. Kalau Sang Pengkhianat akan kembali."

"Sang Pengkhianat?" tanya Ayu, suaranya bergetar seperti ada rasa takut dalam dirinya. "Pengkhianat yang benar-benar pengkhianat Encik? Bukan pengkhianat biasa, maksudku Sang Pengkhianat yang..."

"Ya. Pengkhianat yang hampir meluluh lantakkan Archipelagos belasan tahun lalu."

Ayu menutup mulutnya, memekik. "Tidak mungkin."

Sementara itu keenam anak lainnya menampakkan wajah kebingungan mereka.

"Apa maksudnya sih?" tanya Nala.

Mina membuka lembaran kisah belasan tahun silam. Ia menceritakan tentang kehidupan Sang Pengkhianat. Mereka bukan terdiri dari satu orang saja. Tetapi mereka ada banyak yang diutus di waktu dan zaman yang berbeda-beda.

"Kumpulan sang pengkhianat itu disebut Berong."

Berong pertama diberi nama Banjang. Dia dulunya adalah manusia yang mengumpulkan hawa jahat lantas menyatukannya melalui ritual khusus yang panjang kemudian membentuk suatu makhluk mengerikan. Dia dulunya adalah seorang manusia biasa seperti kita, tak punya kekuatan apa-apa.

Kemudian terjadi pertempuran panjang antara Banjang dengan para pendiri Archipelagos. Sampai meluluh lantahkan semuanya salah satunya karena letusan gunung toba maha dahsyat. Namun, Bajang akhirnya dikalahkan juga para pendiri Archipelagos.

Sementara Archipelagos sendiri terlindungi, anak-anak di dalamnya selamat karena segel khusus.

"Pertempuran itu berlangsung selama berbulan-bulan."

"Bebulan-bulan?!"

Mata mereka terbelalak.

Encik Mina melanjutkan. "Tahun demi tahun berlalu, orang-orang yang haus akan kekuasaan berusaha mengumpulkan kembali kekuatan Banjang melalui peninggalan-peninggalannya yang tersembunyi dan terhampar setelah perang besar. Mendapatkan sisa-sisa kekuatan dan berusaha bangkit. Terjadilah pertempuran kedua oleh Berong kedua, kemudian pertempuran ketiga oleh Berong ketiga. Sampai akhirnya Berong kelima belasan tahun lalu.

"Tetapi keberadaan anak-anak terpilih selalu dirahasiakan identitasnya. Demi keamanan keturunan mereka. Dan jika itu benar, kalian akan melihat Berong keenam."

"Ya, kami berenam dan semua murid Archipelagos serta guru-guru harus membahas ini," timpal Bastian.

"Bukan mereka," gumam Encik Mina. "Tapi kalian."

Ketujuh anak dihadapannya saling bersitatap.

"Kami?" tanya Tanra.

"Ya, sebenarnya ini hal penting anak-anak. Aku ingin membicarakan ini kemarin-kemarin tetapi ada seseorang yang menahanku, bahwa akan ada waktu yang baik mengatakan ini. Dan kurasa tibalah saatnya."

Encik Mina menyampaikan dengan sedikit gugup. Seperti apa yang ia dan Nyai Romia bicarakan beberapa bulan lalu. Bahwa ketujuh anak dihadapannya adalah orang-orang terpilih yang telah diseleksi oleh kaca mata Nusantara untuk melawan Berong.

"Nyai Romia melihat semuanya lewat kaca mata Nusantara. Aura kalian terpancar. Itulah alasan kalian disatukan bersama di Candi Tellu."

"Kenapa harus kami, Encik?" sewot Tanra, ia sudah cukup mewakili pertanyaan temannya yang lain.

"Kami cuma murid tingkatan satu, yang bahkan belum diijinkan menggunakan kelat bahu," sambung Sanja, yang suaranya hampir tenggelam seperti poni yang menutup matanya.

Bastian menyeringai. "Guru-guru harusnya yang melakukan itu. Aku tidak mau mati, aaa...."

"Aku bahkan tak tahu bertarung," timpal Ayu, memperhatikan tangan mungilnya.

Tetapi wajah serius Encik Mina membuat mereka bungkam, seakan harusnya mereka tak protes.

"Kalau saja bisa memilih, aku yang akan turun tangan langsung anak-anak. Tetapi..."

"Aku siap," kata Nala tiba-tiba.

Hening sejenak.

Semua mata langsung tertuju padanya. Pernyataan itu seakan membuatnya yakin ia akan menang.

"Nal... kau yakin?" desis Ayu. "Kudengar dari ibuku, kalau sang pengkhianat bukan orang sembarangan. Dia... punya kekuatan yang tak dapat digambarkan dengan ..."

"Kapan hari itu tiba?" tanya Nala.

Ayu pasrah. Dia tahu Nala adalah perempuan keras kepala. Pertengkarannya dengan Encik Juria sudah cukup menggambarkan itu.

"Saat bulan purnama merah."

Anak-anak itu bersitatap. Bertanya-tanya lagi kapan itu terjadi.

Tanra si tahu segalanya menjawab. "Setelah ujian akhir."

"Betul Tanra, setelah ujian akhir."

Semuanya masih terasa tak masuk akal, bukan hanya bagi Tanra, tetami teman-temannya yang lain juga. "Oke... baiklah, ibu bilang kami orang terpilih. Tak masalah, kami mengorbankan diri kami demi Archipelagos ini. Melawan makhluk yang diceritakan luar biasa mengerikan. Tetapi perntanyaannya, kami masih murid tingkatan satu. Apa yang kami lakukan kurang dari enam bulan itu untuk bisa menghadapi Berong. Kami... bahkan tak diperbolehkan menggunakan kelat bahu."

Anak-anak itu mulai jengkel menghadapi Encik Mina yang bertele-tele. Dia membujuk anak itu tanpa memberitahu apa yang ia kerjakan. Encik Mina mengerti perasaan mereka. Mencoba menarik napas panjang. "Kalian hanya perlu menunggu," katanya enteng. "Tak ada yang perlu kalian lakukan selain menunggu aba-aba dariku. Aku ingin memberikan kalian sesuatu, tetapi nanti saat waktunya sudah tepat."

Ayu menghela napas berat.

Encik Mina tersenyum.

Mendengar fakta itu rasanya seperti ada tangan yang menyentakkan dada ketujuh anak dihadapan Mina. Sangat tiba-tiba. Mereka datang kesini hanya untuk membahas soal Encik Juria dan naga hitam. Tetapi harus kembali dengan memikul beban berat menyelamatkan sekolah. Padahal faktanya mereka memang hanyalah murid tingkatan satu.

"Apakah gunung toba akan meletus lagi?" taya Drio lemah.

"Atau negeri kita akan rata dengan tanah?" sambung Bastian

"Ini pasti akan viral sampai ke dunia luar," gumam Ayu.

Encik Mina tertawa kecil, berusaha menghibur mereka. "Kalian terlalu berpikir yang tidak-tidak anak-anak. Perlu kalian ketahui bahwa kekuatan Berong makin lama makin menurun, karena sisa-sisa peninggalan Banjang makin digunakan. Kecuali kalau semua hawa kekuatannya dikumpulkan kembali."

Anak-anak itu bernapas lega sesaat. Meski begitu, Berong tetaplah Berong. Kekuatannya tak bisa dipandang remeh-temeh.

"Kuharap kalian bertujuh tak menceritakan ini pada siapa pun selain aku." Encik Mina menghela napas berat "...Kalau pengkhianatnya tak tertangkap, benar yang dikatakan sang naga. Mungkin akan terjadi pertempuran hebat. Maka sebelum hari itu tiba, kalian semua harus siap. Ingat, yang perlu kalian lakukan hanyalah berusaha berlatih terlebih dahulu dan bertemu dengan makhluk misterius dari para pendiri golongan untuk meminta petunjuk."

"Dimana kitab isa menemui mereka?" tanya Ayu.

Encik Mina tersenyum. "Aku tak tahu dimana. Tetapi aku yakin kalian akan tahu nanti. Petunjuk akan selalu datang kepada mereka yang membutuhkan dan berusaha."

Ketujuh anak itu saling melemparkan pandangan. 

🌿🌿🌿

DON'T FORGET TO VOTE ARCHIS(◍•ᴗ•◍)💚

Bagi Archis yang mau join grup telegram.

Silahkan join lewat link ini ya

t.me/Archipelagosindonesia

kalau belum tahu caranya, kirim pesan pribadi aja

Disana kita bahas banyak soal Archipelagos.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang