BAB 32

5.2K 891 153
                                    

🌿🌿🌿


Minggu pertama di bulan Maret, hujan turun membasahi Archipelagos. Salah satu sistem yang dikagumi para murid adalah lorong berdinding batu yang atasnya bisa menyatu saat hujan hingga membentuk atap yang melindungi mereka dari air. Atap itu bisa buka dan menutup sesuai kebutuhan. Lorong itu terhubung sampai ke Terhon. Disertai ukiran dari manusia purba zaman prasejarah yang bercahaya bila terkena air.

Nala melempar tas ke kursi dan merebahkan badannya. Ujian harian Perairan sangat menguras energi untuk berpikir.

"Encik Besse hebat, dia mau membunuh kita," gerutu Ayu, menaruh empat gelas wedang di meja. Untuknya, Nala, Bastian dan Drio sementara temannya yang lain ada kesibukan. "Tadi, aku cuma bisa jawab dua. Padahal semalam saking rajinnya aku sampai tidur depan meja belajar. Kalau sa..."

"Dompet siapa ini?"

Suara Drio membuat semua orang menoleh. Dia menunjukkan dompet berwarna hitam, menaruhnya di atas meja.

Rasa penasaran yang menggebu-gebu membuat Nala membukanya. Selembar foto yang gambarnya adalah sepasang bayi.

Keempat anak muda itu saling melemparkan pandangan kebingungan.

Nala menariknya dan muncul selembar foto lagi di belakang foto sebelumnya.

"Lexan."

"Ah dia.. Omong-omong kenapa dia terkenal sih?" tanya Bastian lugu. Sudah hampir satu semester mereka tinggal bersama dan belum tahu siapa Lexan sebenarnya.

Ayu spontan menatap Bastian.

"Lexan member WolfSix, juga aktor ternama. Perasaan sudah kubilang deh," kata Ayu. "Apa kau sungguh tak tahu? Tak ada televisi di rumahmu, internet? Kau manusia dari planet mana?"

Dengan lamat Bastian memandangi foto itu sekali lagi. Dia sungguh tak tahu. Bagaimana mungkin, dia tak pernah berteman sebelumnya, tak pernah menonton televisi dan sosial medianya lebih update pemberitaan luar negeri daripada negaranya sendiri, juga olahraga pastinya.

"Jujur, Lexan termasuk yang kusukai setelah Tommy di WolfSix," sambung Ayu. "Sayangnya, Lexan sangat tertutup. Orang-orang bilang dia punya rahasia besar dengan personil lain sebelum akhirnya memutuskan keluar dari WolfSix dan menjadi aktor. Sekarang WolfSix tinggal lima personil. Kurasa mereka harusnya berganti nama karena bukan six lagi. Tetapi malang nasib Lexan. Kalau aku jadi dia, aku akan berkeliaran di dunia luar dan menjadi selebriti saja."

"Malang kenapa?"

Suara baru terdengar. Rupanya Lexan yang tiba-tiba muncul di pintu. Merampas foto dan dompetnya. Kemudian berjalan ke kamar. Ia meninggalkan hawa dingin yang membuat keempat temannya langsung diam membisu, rasa dingin menjalar di sekujur tubuh mereka.

*

"ANAK BEGO ITU HARUS SELAMAT!" raung seorang anak di antara mobil pemadam kebakaran. Bara api semakin besar, menghanguskan seisi rumah.

"Sadarlah, semuanya sudah terlambat."

Lexan menggeleng. Dengan nekatnya pria itu menerobos masuk ke rumah yang dikepul asap hitam pekat. Dengan mata yang perih mencari-cari sosok yang sudah terkulai lemas di kursi, Namanya Leman. Digendongnya pria itu. Tetapi naas saat sudah berada di pintu keluar sebuah papan mengenai punggungnya.

Deg.

Lexan terbangun dari mimpi buruknya.

Tetapi itu bukan mimpi buruk, kejadian itu pernah terjadi dalam hidupnya. Menghasilkan trauma mendalam.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang