BAB 43

4.3K 801 36
                                    

🌿🌿🌿

Inkas, pria yang ceria, kalau bersama para binatang. Sementara di antara ketujuh pendiri golongan yang lain, dia yang paling pendiam, jarang berkumpul dan lebih memilih menghabiskan waktunya bermain bersama anakan-anakan kera, menyelam ke dalam laut bersama lumba-lumba albino, atau terbang bersama burung maleo. Dia tak pernah bosan karena binatang-binatang itu akrab dengannya. Juga binatang liar lain seperti harimau jawa, singa, serigala, ular boa, sampai ikan hiu. Semua binatang rasanya bisa ia ajak berkompromi.

Inkas antusias ingin menjelaskan semua binatang-binatang itu satu persatu.

Tetapi karena waktu mereka terbatas jadi Inkas hanya menjelaskan tentang satu binatang saja, yaitu Lembuswana. Tetapi binatangnya tidak benar-benar satu. Binatang ini bisa terbagi menjadi tujuh binatang lain. Dan memang baru menyatu saat dibutuhkan. Jadi binatang itu sekarang ada tujuh. Dimana ketujuh binatang ini berbeda dengan ketujuh binatang purba sebelumnya yang fosilnya sekarang dipajang di pemukiman golongan Tanko.

"Sebelumnya aku mengira kalau binatang yang fosilnya ada di pemukiman kami adalah binatang yang akan kau perkenalkan." Sanja melirik ke binatang-binatang purba yang sedari tadi mengikuti mereka.

"Bukan. Mereka memang akan kusimpan di sini saat perang berlangsung. Mereka semua binatang purba yang sudah punah. Jadi fosilnya pasti masih tersimpan. Sementara Lembuswana yang terbagi jadi tujuh binatang yang akan aku ceritakan adalah binatang dari segala binatang, ketujuh binatang ini akan menjadi senjata terbesarku saat perang. Dan mereka akan hancur, kecuali... persoalan waktu."

Pertama ada Cendevonix. Burung dengan bulu lebat kuning, kecokelatan dan putih yang bercahaya saat gelap dengan jubah bulu hitam di leher yang bisa mengembang Matanya berkilat berwarna kemerahan, kakinya panjang, kokoh mencengkram. Burung Cendevonix punya ukuran empat kali lebih besar dari burung unta. Ia adalah burung dari segala burung di Nusantara.

Binatang kedua adalah Leja. Berwarna hitam pekat. Binatang air dengan kepala berbentuk udang, dengan tusukan yang tajam bergerigi, kaki-kaki berupa tentakel yang bisa disembunyikan dan berganti dengan sirip yang digunakan melompat di daratan seperti mudskipper. Uniknya lagi, ia bisa menjadi binatang darat dan bertahan tanpa air selama 12 jam.

Ketiga ular boa putih raksasa. Hanya ular biasa tetapi kepalanya agak bertanduk membuatnya hampir mirip dengan naga. Salah satu kelebihannya adalah bisa menyesuaikan diri dengan warna dimana ia berada seperti bagaimana bunglon bekerja. Tubuhnya berlumut dan wajahnya suram mengerikan. Dia adalah reptil dari segala reptil.

Pieta adalah binatang keempat. Seekor capung dengan mata bulat besar, dengan sayap kanan bermotif seperti sayap kupu-kupu daun mati dan sayap kiri bermotif seperti sayap kupu-kupu surga papua dengan sungut di belakang ekornya. Pieta berteman dengan kaman-kaman dan membantu makhluk itu mendapatkan sayapnya. Pieta adalah serangga dari segala serangga.

Binatang kelima adalah katak raksasa dengan tempurung. Amfibi dari segala amfibi. Lidahnya yang bisa menjulur panjang sejauh seratus meter membuat Sanja bergidik geli.

Keenam ada mamalia dari segala mamalia. Hargak, harimau dengan cula satu di tanduk, disertai belalai dengan kaki tangan seperti kera yang bisa digunakan memanjat. Binatang ini bisa berubah besar seperti gajah dan mengecil seperti kucing.

Terakhir Komodo, yang bertugas menyatukan keenam binatang lainnya menjadi binatang dari segala binatang, Lembuswana.

Ketujuh binatang itu mengelilingi Inkas dan Sanja yang berdiri di tengah dengan ekspresi terperangah, mengucek matanya berulangkali. Sementara binatang-binatang lainnya mendekat antusias menyaksikan latihan itu yang dikiranya pertunjukan.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang