BAB 2

27.4K 2.6K 200
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pevita sedang ada urusan di luar kota. Akhir-akhir ini ia sibuk mengurusi tanah-tanah warisan kakaknya. Maka inilah saat yang tepat bagi Nala untuk melarikan diri. Hari ini, ia pergi bersama Pak Trejo si tukang kebun sekaligus supir setia Thomson yang kini sudah siap di halaman belakang dengan mobil tuanya yang usang. Dia satu-satunya orang di rumah ini yang nekat menolong Nala ketika yang lainnya memutuskan patuh terhadap madam Pevita demi menyambung hidup. Karena kalau Pevita tahu ada yang berkhianat, maka ia tak akan segan-segan memecat. Jaman sekarang sulit sekali mendapatkan pekerjaan.

Dengan hati lapang, Nala mengamati setiap sisi rumah yang dipenuhi benda-benda antik milik papanya. Kain batik, wayang, keris, tanduk rusa, jangkar besar, juga ukiran-ukiran yang berwarna cokelat mengkilap di sudut ruangan. Serta foto papanya yang terpajang di dinding.

Nala tahu dia anak blasteran. Ibunya adalah seorang putri Jawa yang disanjungi yang menikah dengan keturunan perwira kaya asal Belanda, Thomson sendiri. Walaupun secara fisik ia berbeda dengan papanya. Dari kulit, mata, rambut dan banyak lagi. Saat ditanya, papanya akan menjawab kau secantik ibumu. Anehnya, tak ada satupun foto ibu Nala di rumah itu. Thomson memberi jawaban kepada Nala kalau ibunya tak suka difoto.

Karena sang ibu menikah bukan dengan anggota kerajaan, maka anaknya Nala tak tahu banyak tentang kerajaan Jawa. Meski begitu, bagaimana pun juga darah ningrat itu tetap mengalir dalam dirinya. Walaupun ia tak pernah sekalipun bertemu dengan keluarga ibunya. Thomson memberi penjelasan lagi kalau keluarga ibunya tinggal jauh. Alasan yang sampai saat ini Nala pertanyakan. Sejauh apa sampai ia tak bisa datang, dan keluarganya tak ada yang pernah mengunjunginya bahkan sejak ia masih kecil.

Karena berasal dari keluarga ningrat, maka nama lengkap Nala adalah Roro Nala Gayatri. Nama itu bukan nama sembarangan yang ibunya berikan.

"Non Nal, semua barang sudah ada di mobil. Ayo cepat!" desis pak Trejo setelah memastikan semuanya aman.

Nala akhirnya berhasil meninggalkan rumah itu yang baginya seperti penjara.

Ia tak menikmati perjalanannya karena pikirannya terus dihantui dengan jam 11.11 tengah malam. Apa yang akan terjadi dan apakah itu benar-benar akan merubah hidupnya seperti yang papanya katakan. Tetapi apapun itu setidaknya untuk saat ini dia keluar dari tekanan Pevita selama hampir dua minggu lamanya.

Mereka berangkat saat matahari berada di atas kepala, Nala terlelap sepanjang perjalanan karena kantuk dan ketika ia terbangun, hari sudah gelap. Matahari sudah kembali ke peraduannya.

Nala memandang sekeliling yang gelap. Mencari keberadaan Pak Trejo.

Dua puluh detik berlalu, dia baru menyadari kalau mobil yang ia tumpangi kini berada di tempat sepi. Barangkali di tengah hutan. Melalui cahaya lampu mobil yang redup Nala bisa melihat pepohonan dihadapan.

Seseorang membuka pintu mobil. Nala sontak menoleh.

"Turunlah Non."

"Turun? Ini di mana Pak? Sudah sampai ya?"

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang