BAB 34

4.8K 899 134
                                    


🌿🌿🌿


Keringat mengalir di pelupuk wajah Lexan. Pria itu mimpi buruk, berulang kali berkata, "Api, api..."

Sementara Nala yang tidak ingin melihatnya terus menderita, berusaha membangunkannya.

Mata Lexan terbuka. Terduduk dan langsung memeluk Nala. Dia tiba-tiba berbicara sendiri dan berkata, "Maafkan aku ibu, maafkan aku yang membuat Leman terbakar."

Nala membalas dekapan itu. Mataya terbelalak. Kebingungan.

"Lex-Lexan, kau kenapa?" tanya Nala, keheranan.

Lexan yang tersadar dari mimpi buruknya bersikap normal dan melepas dekapannya. Dia mulai sadar dan langsung meminta maaf.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak." Lexan memandang ke depan, tatapannya kosong dipenuhi rasa bersalah. "Kau tau foto anak kembar hari itu di dompetku, kan? Itu aku dan saudara kembarku."

Untuk yang kedua kali Nala terkejut.

Akhirnya Lexan mau menceritakan segalanya. Dia menutup mata, membawa Nala ke dimensi masa lalu melalui kata-kata.

🌿

Lexan terbangun dari tidur panjangnya setelah berminggu-minggu koma. Ia merasa ada sesuatu yang menganjal di kaki dan juga punggungnya. Rupanya perban. Untunglah dia selamat walau harus menjalani pemulihan.

Dua bulan kemudian, ketika akhirnya dinyatakan sembuh dan meliat cermin untuk pertama kali. Dia terkejut, wajahnya masih baik-baik saja. Padahal ia ingat momen sebelum terakhir kali. Ada papan terbakar yang hampir menimpa wajahnya.

Tetapi tidak, sebelum itu dia ingat betul ada bayangan yang melintas.

Ah, dia lupa.

Apa mungkin Leman?

"Apa yang terjadi pada Leman?" Lexan bertanya, setelah menenggak ludahnya.

Tak ada sahutan. Hingga beberapa menit dalam keheningan ayahnya berbicara kalau Leman sudah meninggal. Dan Lexan yang terkenal, harus merelakan hidupnya untuk menggantikan saudara kembarnya sendiri. Sekolah di Archipelagos.

"Saudara kembarmu ingin kau sekolah di sana menggantikannya."

Kedua lutut Lexan bersandar di lantai. Dia menunduk, menangis terisak.

Saat Lexie menenangkannya, Lexan malah menyingkirkan tangan yang mengelus pundaknya.

"Jangan berpura-pura tidak tahu." Dia menatap mata Lexie tajam.

Bahkan sampai sekarang, pria itu percaya kalau Lexie adalah dalang dibalik kebakaran itu.

🌿

"Jadi... sebenarnya bukan kau yang berada di sini, tetapi saudara kembarmu?"

Lexan mengangguk membuat Nala memekik.

"Berarti kau harusnya kembali jadi selebriti Lex. Apalagi banyak yang menyukaimu."

"Ya, tetapi mereka mencintaiku karena wajahku. Selama hidup, tak ada yang mencintaiku dengan tulus kecuali ibu dan Leman."

Lexan melanjutkan kisah tentang kehidupan masa lalunya. Dari dia lahir dengan segala kebahagiaan sampai pada titik dimana ia kehilangan semuanya. Ibunya meninggal saat ia dan saudara kembarnya Leman berusia 8 tahun. Kemudian, Lexan dan Leman yang sebelumnya berkelahi sepanjang hari untuk masalah sepele akhirnya saling melindungi. Tetapi ayah mereka seorang pendekar ternama menyuruh salah satu diantara kedua anak kembarnya untuk mengikuti jejaknya. Leman yang asli menyukai pedang saat itu, sementara Lexan tak ada ketertarikan sama sekali dengan persenjataan, dia memutuskan mengikuti jejak ibunya.

Akhirnya Lexan menjadi artis sejak umur 7 tahun dengan syarat ia harus menjaga privasi kalau keluarganya adalah keluarga pendekar. Itu membuat ibunya bangga. Dia dicintai banyak orang, wajahnya yang rupawan dengan aktingnya yang profesional, membuat dia mendapatkan semakin banyak cinta saat berumur 14 tahun. Kemudian setahun setelahnya, ia menjadi member WolfSix yang paling muda dan mendapatkan posisi visual. Member lain turut membencinya karena mereka merasa hanya menjadi pajangan di panggung hingga mereka melakukan perundungan kepada Lexan.

Tak ada yang tahu dibalik kehidupan Lexan dan Leman, sang kakak tiri Lexie menyimpan dendam sejak lama, menyaksikan kebahagiaan demi kebahagiaan keluarga itu sepanjang hari membuatnya terluka. Ibu Lexie dulunya seorang pendekar perempuan sebelum mengakhiri hidup karena malu setelah tahu ia melahirkan anak perempuan.

Dibalik senyum Lexie yang manis dan wajahnya yang polos tak ada yang menyadari kalau sesosok monster telah tumbuh dalam dirinya. Perempuan yang berjanji menjadi sosok ibu yang baik untuk adik kembarnya berbohong. Dia lah dalang dibalik kematian ibu si kembar dan dia jugalah dalang dibalik matinya Leman setahun yang lalu. Tetapi karena kekuasaan yang ayahnya berikan membuat ia berhasil menutupi semua skandal itu.

"Semenjak itu, aku tak pernah suka dengan kebahagiaan, dan juga tak pernah lagi percaya pada manusia. Mereka mengerikan."

"Aku turut bersedih atas kehidupanmu, Lex. Sekaligus minta maaf. Harusnya aku tak berpikir negatif terhadap orang lain tanpa tahu kehidupan mereka sebelumnya."

Lexan tertawa kecil. Ini kali pertama Nala melihat senyumnya.

"Kau juga sama Nal. Harusnya aku malu, kau masih berusaha bersikap normal setelah ibu dan ayahmu meninggal."

"Darimana kau tahu?"

"Aku tak sengaja mendengar saat kau dan Ayu bercerita di kapal selam."

Nala mengangguk, menunjukkan senyum simpulnya. Sebelum kembali serius.

Ini waktunya membuat Lexan berubah.

"Satu hal yang perlu kau ketahui Lex, hidup ini sungguh ajaib. Terkadang saat pikir telah kehilangan segalanya, kita malah dipertemukan dengan orang-orang baru. Jelas sulit percaya pada mereka, padaku, pada Ayu, Sanja, dan teman-teman kita yang lain. Tetapi begitulah hidup. Ada masa dimana kita harus berpisah dan saat itu tiba kita harus menerimanya."

Lexan termenung mendalami setiap kata.

Nala melanjutkan. "Leman pasti punya alasan mengapa ia mau kau berada di sini. Karena hidup di dunia luar itu menyedihkan. Di sini juga sih. Tetapi kalau di sini, kau tidak sendirian. Jadi akan bisa melupakannya perlahan dan hidup sebagai Lexan yang baru. Kau tak perlu mengubah sikapmu itu hahaha... maksudku kau hanya perlu sedikit menyingkirkan pikiran kalau manusia itu mengerikan. Dan juga soal kebahagiaan, jujur aku juga tak percaya dengan kebahagiaan Lex, kebahagiaan abadi maksudku. Tetapi apa yang kau harapkan? Disaat kita bahagia, nikmatilah kebahagiaan itu, saat bersedih jalanilah kesedihan itu. Bukan kah hidup ini juga tidak abadi?"

Mendengar itu, Lexan menyadari semuanya. Sepertinya apa yang dikatakan Nala membuka pikirannya soal manusia dan kebahagiaan. Lexan jadi merasa sedikit lebih baik. Dia menyuap habis sup-nya sebelum kembali tertidur. Dalam matanya yang terpejam, ia memikirkan apa yang Nala katakan. Semuanya terasa masuk akal. Lexan kembali mempertanyakan dirinya sendiri.

Kenapa dia harus menangis saat dia ditinggalkan?

Dia tahu kalau hal semacam ditinggalkan dan meninggalkan akan dialami setiap manusia, entah cepat atau lambat. Kalau pertanyaan itu punya jawaban, mungkin jawabannya adalah karena hidup Lexan dulu sangatlah bahagia.

Pria itu terlelap.

Suhu tubuhnya menurun.

🌿🌿🌿

DON'T FORGET TO VOTE ARCHIS(◍•ᴗ•◍)💚


Bagi Archis yang mau join grup telegram.

Silahkan join lewat link ini ya

t.me/Archipelagosindonesia

Kalau belum bisa bisa chat pribadi aja

Disana kita bahas banyak soal Archipelagos.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang