BAB 1

58.2K 3.7K 248
                                    

LET ME INTRODUCE 7 MAIN CHARACTERS OF THIS STORY

***

ANAK TERPILIH 1 : NALA

Anak berusia 16 tahun yang memakai pakaian serba hitam terlihat meringkuk di tangga spiral, melamun memandang keluar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak berusia 16 tahun yang memakai pakaian serba hitam terlihat meringkuk di tangga spiral, melamun memandang keluar jendela.

Dia Nala Gayatri.

Dengan mata sayu dan rambut bergelombang.

Ia tengah menangisi dirinya sendiri dengan malang. Meratapi nasibnya yang kini menjadi anak yatim-piatu. Mamanya meninggal karena kanker hati beberapa bulan saat ia dilahirkan dan kemarin papanya menyusul karena stroke. Tinggal lah dia di rumah itu, tetapi tidak sendiri. Ada seorang perempuan lain yang sudah tua memakai topi bundar hitam menyeka air matanya dengan tisu dan tersenyum miring sesaat setelah semua pelayat pulang. Dialah Pevita, tante Nala yang baru kembali dari Prancis dua hari lalu dan langsung nyeleneh mengambil alih semua harta kekayaan milik saudaranya sendiri dengan dalih demi Nala.

Nala yang walau masih remaja tahu semuanya. Tahu bahwa tantenya hanyalah sebuah petaka baru. Maka perempuan kecil itu berlari kecil ke kamarnya, mengambil kotak hitam dan pergi halaman belakang, berteduh di bawah pohon.

Ditatapnya lamat benda di pangkuannya. Satu-satunya harapan baginya ada di dalam kotak itu, kotak yang papanya berikan sehari setelah pria tua itu tak bisa lagi berjalan dan harus menghabiskan waktu seumur hidup di atas kursi roda.

Nala membuka kotak, selembar perkamen tua berdebu tergeletak di dalamnya, sebelum sesaat perempuan itu tersenyum tipis.

"Ini pasti surat warisan. Tak akan kubiarkan tante peot mengambil semuanya dariku," pikir Nala dengan dengki, dibukanya gulungan kertas itu penuh hasrat. Sesaat kemudian matanya mengerut membaca kalimat demi kalimat berwarna merah marun di atas kertas kuning pucat.

Dari Papa

Kepada bunga mawar yang berani dan tak pernah layu

Tak ada yang bisa papa berikan lebih selain kertas ini.

Maaf karena tiba-tiba. Papa tahu kau sedang berduka, tetapi ini penting. Usap air matamu dan pergilah ke pantai Selatan tanggal 12 Juni tepat pukul 11.11 malam. Bawa pakaian terbaikmu. Pak Trejo akan membantu.

Kau pasti bertanya-tanya Nal, tetapi sekarang ikuti saja apa yang papa perintahkan.

Pevita adikku bukan perempuan yang baik untukmu.

Kau akan pergi ke tempat dimana kau bisa hidup tenang. Tempat yang akan kau anggap rumah.

Mata Nala membulat setelah membaca kalimat terakhir. Dia kembali terisak, meringkuk sendirian di dinginnya malam. Sementara tantenya hanya menyaksikannya di kejauhan sambil menyeruput yellow gold tea buds dengan anggunnya tanpa iba sama sekali.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang