32 - Ketidakinginan

29 9 2
                                    

Aldino, Tia bersama anak semata wayang mereka, Caleya yang berusia dua tahun itu berlari memasuki rumah sakit setelah mendapat kabar dari Gema bahwa Icha sudah melahirkan hanya saja kondisi Icha saat ini sedang kritis membuat Aldino jelas saja panik mendengar kabar adiknya kritis apalagi ia baru tiba saat sore hari bersama istri dan anaknya karena harus menempuh perjalanan jauh.

Seandainya waktu itu ia melarang Gema membawa Icha pergi tentu saja, Icha akan melahirkan di rumah sakit terbaik tempat dirinya bekerja saat ini.

Melihat Gema, Amira, Raffa dan Al berjongkok di depan ruang operasi membuat Aldino berhenti kemudian berjalan perlahan menghampiri keempat orang itu membuat Tia dan Caleya mengikuti langkah Aldino di depannya.

"Gema, gimana keadaan Icha?" Tanya Aldino pelan memandang ruang operasi.

Gema mengusap air matanya. "Gue udah enam jam nunggu disini, Icha kritis di dalam sana."

"Kalian mau lihat bayinya?" Tanya Al memandang Tia dan Aldino yang memandang ruang operasi seperti ingin mendobrak pintu itu kemudian mereka yang akan mengoperasinya, ya seperti itu menurut Al arti dari pandangan keduanya.

Aldino tersenyum miris. "Bayi? Gue lebih khawatir adik gue,"

Raffa berdiri. "Kalau Icha gak mau punya bayi, kalau lo juga gak mau jadi paman, kalian dengar suara tangis bayi yang menggema hah? Dia menangis karena tidak diinginkan sama sekali entah itu Icha ataupun kalian! Kalau kalian benci sama Gema silahkan tapi, bayi itu gak salah sama sekali. Jangan melampiaskan kebencian dan kemarahan kalian sama bayi itu atau gue sama Amira yang bakal ambil bayi itu!"

Aldino tersenyum miris mendengarnya. "Silahkan! Tapi, lo juga anak sulung 'kan? Gimana seandainya adik kesayangan lo jadi korban pemerkosaan? Gue hancur dan gagal jadi seorang kakak, gimana rasanya kalau itu terjadi sama lo hah, jawab Raffa?"

Raffa memandang Gema. Icha korban pemerkosaan? Apa yang ia tidak tahu tentang Icha setahunya Icha dan Gema berselingkuh kemudian dianggap pengkhianat namun, Raffa tetap bersahabat dengan Gema sampai hari ini. "Apa korban pemerkosaan? Gema, ini maksudnya apa? Lo gak mungkin ngelakuin hal sekotor itu 'kan sama Icha? Lo cinta sama Icha gak mungkin ngelakuinnya 'kan?"

Sebagai sahabat Gema, Raffa syok mendengarnya. Raffa membenci Icha karena perselingkuhan itu namun, tidak bisa menyalahkan Icha ataupun Gema.

"Gema, maksudnya Icha korban pemerkosaan?" Tanya Al dan Amira kaget.

Gema membenturkan kepalanya di tembok berulang-ulang. "Diam! Lo kalo gak tahu ceritanya lebih baik diam, bang Dino!" Menunjuk Aldino.

"Gue dengar sendiri dari dokter waktu itu!" Sentak Aldino. "Lo atau bukan?" Memandang tajam Gema.

Gema mengangguk. "Iya! Gue pelakunya! Karena gue cinta mati sama Icha! Gue gak rela dia sama Asbi! Puas???"

Al mendaratkan pukulannya tepat di wajah Gema. "Lo gila! Icha itu cintanya sama Asbi!"

"Lalu lo apa kalau bukan gila hah? Lo dirawat karena pemulihan jiwa 'kan? Karena lo gak bisa terima Tasya meninggal." Sinis Gema.

Raffa menarik Al kemudian mendapatkan pukulan kedua di wajah Gema. "Gue gak nyangka Gem, lo brengsek! Gue pikir kalian hanya sebatas selingkuh dan gue benci sama Icha karena dia milih lo dan buat Asbi drop lalu gue gak bisa benci lo karena kita sahabatan dari SMA Gem, gue tahu perasaan lo untuk Icha tapi, kenapa lo lakuin hal sekotor itu hah?" Mendorong Gema.

"Raffa," Amira berusaha menarik Raffa yang emosi.

"Gila lo!" Umpat Al kesal memandang Gema.

"Kalian kalau mau berantem di luar aja jangan disini! Ini rumah sakit! Dan ada Icha di dalam ruang operasi!" Tegas Tia sambil menggendong Caleya anaknya.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang