29 - Untuk Kesekian Kalinya

18 8 0
                                    

Jika seorang Asbiqunal menuruti kata hatinya maka ia bisa saja mendobrak jeruji besi yang mengurungnya saat ini namun, lagi-lagi Asbi masih menggunakan logika untuk tidak kabur dari jeruji besi dingin ini.

Asbi masih harus mencari cara agar bisa keluar dan mencari tahu segalanya tentang siapa yang menyeludupkan barang-barang haram itu ke hotelnya dan juga Angga sahabatnya hingga dirinya dan Angga harus merasakan dinginnya penjara yang menurut orang-orang adalah mengerikan, kalau pun Asbi dan Angga berhasil keluar maka akan ada sebutan baru yakni 'narapidana'.

Mengerikan! Ya, dunia ini kejam dan mengerikan hanya karena sebuah harta, tahta dan kekuasaan orang-orang akan buta tak lagi memandang keluarga.

Leo sudah masuk dalam daftar hitam seorang Asbiqunal karena semua malapetaka yang menimpa dirinya terjadi sejak Leo masuk dalam keluarganya, sejak Leo mengakui bahwa dia adalah anak Arkan maka hidup seorang Asbiqunal berubah menjadi mengerikan.

Asbi harus berbagi apa yang ia punya dengan susah payah dulunya, bahkan untuk mendapatkan saham dan duduk di kursi CEO bukan hal yang mudah, Asbi harus belajar bisnis dan manajemen sejak berusia sepuluh tahun dan mendapatkan saham dari sang Papa bukan Asbi memintanya melainkan Asbi bekerja setiap pulang sekolah, Asbi juga memulai karirnya dari nol dimulai dari seorang OB yang melayani para pegawai sang Papa dulu sementara Leo?

Enak saja dia langsung menginginkan menjadi CEO menggantikan Asbi.

Asbi benar-benar tertawa mendengarnya. Bagaimana mungkin jika menjadi pimpinan tapi, tidak dimulai dari bawah dulu pasti perusahaan akan hancur tanpa sisa dan semuanya akan jadi sia-sia pada akhirnya.

"Berapa lama waktu yang kita habiskan disini, Asbiqunal?" Tanya Angga bersandar di tembok kini nampak putus asa.

"Entahlah!" Sahut Asbi.

Angga memandang Asbi. "Entahlah? Gue gak salah dengar seorang Asbiqunal mengatakan 'entahlah' untuk takdir hidupnya?"

"Memang apa yang bisa kita lakukan Nga?" Tanya Asbi.

"Gak ada Bi! Gak ada! Gak ada yang bisa kita lakukan disini! Tembok empat sisi ini mengurung kita, kita gak bisa lihat dunia bahkan untuk melihat langit biru kita harus mengais sampah dulu di pelataran sel!" Teriak Angga emosi.

"Anggara!" Teriak Asbi.

Angga mengatur napasnya. "Lo selalu berjuang untuk blueblood! Tapi, apa? Apa ada salah satu dari mereka berjuang untuk kita berdua hah? Mana mereka Bi? Mana sahabat sejati kita? Mereka sibuk dengan kehidupan mereka sendiri!"

"Lo mikir gak kalau gue gak ambil tindakan maka blueblood semuanya akan ada disini! Gue percaya mereka akan berjuang untuk kita berdua!" Tegas Asbi.

Angga menggeleng. "Gue udah gak percaya apapun itu!" Kemudian memalingkan wajahnya.

"Gue percaya dua hal di dunia ini, Nga! Kesetiaan dan pengkhianatan. Kalau orang-orang memilih pengkhianatan maka gue sendiri yang memilih kesetiaan, gue akan setia untuk orang yang juga setia." Asbi juga memalingkan wajahnya.

🙇

Ikhsan bersama rekan-rekannya keluar dari ruang rapat dan berjalan bersamaan menuju ruangan masing-masing.

"Can, lo yakin mau terima tawaran letnan pindah tugas?"

Ikhsan mengangguk. "Ya, lagipula hanya beberapa tahun disana setelah itu gue balik lagi kesini, ini kan hanya untuk kenaikan pangkat juga."

"Iya sih, tapi, kalo gue jadi lo meskipun bakalan naik pangkat gue gak mau."

"Lha, kenapa? Kita gak bisa selamanya di zona nyaman, beberapa bulan lagi akan ada polisi baru yang selesai pendidikan lalu mereka akan duduk di kursi masing-masing divisi seperti kita dulu, mereka yang akan duduk di kursi kita dan kita juga akan duduk di kursi senior," Ikhsan tersenyum.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang