28 - Kehancuran Dalam Diam

16 7 0
                                    

Keluarga Awwalun mendatangi rumah sakit Bhayangkara tempat Ikhsan dirawat, pihak rumah sakit memberitahu bahwa Ikhsan ditemukan tidak sadarkan diri di rumah dinasnya dan mengalami syok hebat.

Rea sebagai ibu hampir saja pingsan mendengar hal itu terjadi pada anak keduanya yang untung saja Tia dan Aldino berhasil menahannya.

Sementara itu Arkan dan Leo juga syok dengan hal yang dialami oleh Ikhsan.

"Ican, kamu kenapa sayang?" Rea mengecup kepala Ikhsan anak keduanya.

Ikhsan memeluk Rea. "Ma, Ican gak kuat."

Rea menggeleng. "Jangan ngomong begitu! Mama udah bilang kalau kamu gak sanggup jadi polisi, kamu bisa pensiun."

Ikhsan menggeleng.

"Jagoan Papa pasti kuat! Kamu jangan mematahkan semangatnya, Re!" Arkan menggenggam tangan Ikhsan.

Ikhsan perlahan melepaskan tangan Arkan dan memalingkan wajahnya. "Ican mau istirahat Pa, Ma."

"Istirahat jagoan! Kamu akan pulih, jagoan Papa itu kuat!" Arkan mengecup kepala Ikhsan dan tersenyum.

"Cepat pulih bang Ican," Leo tersenyum kemudian keluar bersama Arkan.

"Ican," panggil Rea.

"Tinggalin Ican sendiri Ma." Pinta Ikhsan kemudian memunggungi mereka semua.

Tia memeluk Ikhsan. "Kalau kamu gak kuat jadi polisi, kamu bisa pensiun dan kakak akan sekolah kan ke sekolah kedokteran, hmmm?" Mengecup kepala Ikhsan.

"Ican, kamu yakin mau sendiri? Kondisi kamu yang syok seharusnya perlu teman." Ucap Aldino memandangi Ikhsan.

Ikhsan memejamkan matanya. "Kalau aku meninggal, bang Dino jagain Mama, kak Tia, Asbi dan Shabilla ya?"

"Ican!" Tia berkaca-kaca memandang adiknya.

"Kita bersama menjaga mereka!" Aldino memegang kuat pundak Ikhsan.

"Jangan pernah bicara seperti itu atau Mama benar-benar marah, Can!" Tegas Rea kemudian keluar dari kamar inap Ikhsan.

"Kita keluar," ajak Aldino pada Tia istrinya.

"Ican! Dia kenapa tiba-tiba lemah begini hah? Dia gak baik-baik aja Dino! Ican, ngomong sama kakak!" Kesal Tia berkaca-kaca.

"Percuma. Ayo kita keluar dulu, biarkan Ican istirahat." Ajak Aldino sekali lagi sedikit menyeret Tia.

"Can," panggil Tia masih memandang adiknya.

Setelah mereka keluar Ikhsan memandangi pintu. "Aku takut kalian meninggal saat tahu siapa Papa sebenarnya?"

🙇

Gema hanya bisa mengintip dan bersyukur keadaan Ikhsan sudah baik-baik saja.

🙇

Ikhsan memaksakan tubuh nya untuk bangun sambil memakai jaket hitamnya, wajahnya masih begitu pucat.

"Asbi harus tahu," gumam Ikhsan keluar dari kamar inapnya diam-diam.

🙇

Asbi benar-benar berwajah putus asa di dalam jeruji besi yang menahannya, debu di tembok tak luput jadi perhatian nya dan menulis nama Icha disana membuat Angga memejamkan matanya.

Ia tahu Asbi masih sangat mencintai Icha.

Suara langkah terseok-seok membuat Asbi menegakkan kepalanya, ia dapat melihat Ikhsan kakaknya menuju kearah selnya dengan tersaruk.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang