46 - Permintaan Dan Ambisi Mama

16 3 0
                                    

Bell rumah berbunyi membuat Icha berusaha bangun namun, sepertinya tidak bisa. Kepalanya benar-benar pusing setelah menjalani tes kesehatan tadi siang bersama Asbi, setelah disuntik entah apa membuat Icha sampai seperti ini, tidak bisa bangun bahkan lengan kirinya terasa nyeri hebat dan panas.

"Aduh siapa yang datang?" Icha berusaha bangun namun, justru ia terjatuh membuat lengannya semakin sakit. "Argh! Sakit banget," akhirnya terbaring di lantai karena tidak mampu berdiri lagi.

🙇

Shelly menekan bell beberapa kali membuat nya kesal. "Aduh Icha!!!" Kemudian berkutat pada handphone nya menghubungi Icha namun, tidak di jawab. "Anak itu memang dasar!" Kemudian menemukan kunci cadangan membuatnya segera membuka pintu.

Shelly memasuki rumah putrinya ini, ia memang sudah tahu bahwa Asbi dan Icha mulai tinggal bersama di rumah ini bahkan Asbi calon menantunya itu memberikan kunci cadangan padanya jika sewaktu-waktu saat berkunjung agar tinggal masuk saja.

"Bodohnya anak itu! Kenapa milih rumah sendiri sementara istana Awwalun luar biasa mewah daripada ini," kesal Shelly memperhatikan rumah putrinya itu. "Ichaaaaa!!!" Teriak nya menaiki lantai dua.

Shelly memasuki kamar utama dan terdapat Icha berbaring meringkuk di lantai bahkan menggigil.

"Aduh siapa yang ngajarin kamu tidur di lantai kayak orang miskin, Cha? Kamu itu sebentar lagi nyonya utama Awwalun." Geram Shelly memandang putrinya.

Icha menggigil hebat meskipun hari cukup terik. "Ma, tolong bawa aku ke tempat tidur,"

Shelly setengah hati memapah putrinya ke tempat tidur dan ia dapat merasakan putrinya demam. "Badan kamu panas? Kamu demam? Sejak kapan?"

"Aku abis disuntik tadi gak tahu kenapa langsung kayak gini, gak bisa bangun, kepala aku berat banget Ma." Keluh Icha yang sudah diselimuti Shelly.

"Ada dikasi obat sama dokter nya gak tadi? Dimana kamu simpan obatnya?" Tanya Shelly mencari di laci.

"Masih ditas kayaknya Ma, itu," Icha menunjuk tas nya yang tergeletak di meja rias.

Shelly segera mengambil tas Icha dan menghamburkannya begitu saja, ia kemudian mengambil obat dan langsung menyuapi Icha dan menyuapi segelas air yang sudah tersedia diatas nakas.

"Hasil tes nya gimana? Kamu gak ada sakit apapun kan?" Tanya Shelly.

Icha menggeleng. "Gak ada Ma,"

"Baguslah. Mama memang yakin kamu pasti sehat karena selama ini Mama memberikan makanan yang terbaik dan bergizi untuk kamu, gak sia-sia Mama membesarkan kamu akhirnya kamu akan menikah dengan pemegang kendali negeri ini," Shelly tersenyum puas.

"Mama apaan sih?" Keluh Icha bersandar di ranjangnya.

"Kamu tahu 'kan perusahaan Papa kamu itu bangkrut di Tokyo, Aldino kakak kamu bukannya bantuin bisnis keluarga malah sibuk ngurus pasiennya, Althala juga kakak kamu itu ngasi uang gak pernah cukup setiap bulannya," keluh Shelly.

"Aku kan juga tiap bulannya kasi Mama uang? Apa itu gak cukup juga?" Keluh Icha lemah.

"Mama butuhnya suntikan dana untuk perusahaan keluarga Haris, dua ratus juta dari kamu sama Althala cuma buat bolak-balik Papa kamu berobat, gak cukup sama sekali!" Omel Shelly.

"Yah Ma, mau gimana lagi? Aku sama Kak Altha cuma mampu kasi buat pengobatan Papa," Icha cemberut.

Shelly geram mendengarnya. "Uh! Anak ini kenapa kamu sama Althala menurun sifat Papa kamu yang pasrah aja, bangkrut aja pasrah! Heh Mama besarin kalian bertiga itu pake biaya besar! Sekolah terbaik, makan-makanan bergizi, susu kualitas terbaik, fasilitas terbaik!" Mendorong kepala Icha.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang