"Bi," Icha tersenyum memperhatikan cincin pertunangan yang melingkar di jari manis kirinya.
"Kenapa sayang?" Asbi memandangi tunangan cantiknya itu.
Icha kemudian memandang Asbi, keduanya kini bertatapan dalam membuat Icha tidak bisa berkata-kata, mata elang itu seolah membuatnya kelu dan terpesona sekaligus.
"Kenapa?" Asbi tersenyum menggesekkan hidungnya pada hidung tunangannya itu.
Icha tertawa pelan kemudian mencubit pelan hidung Asbi. "Aku suka mata kamu,"
Asbi ikut tertawa pelan mendengarnya, tunangannya ini memang mengagumi mata elangnya yang menurut orang-orang tajam dan mengerikan namun, Icha tunangannya tak henti mengagumi matanya. "Kenapa kamu suka mata aku? Banyak orang yang bilang punya mata elang seperti aku ini mengerikan lho, kamu gak takut?" Merangkul Icha.
Icha menggeleng. "Dari dulu aku selalu kagum sama mata elang kamu entah kenapa, mungkin menurut orang mengerikan tapi, bagi aku dan geng blueblood kamu punya tatapan tajam nan lembut jika bersama bersama aku dan geng blueblood,"
"Lagipula buat apa aku marah-marah dengan kamu dan geng blueblood kalau kalian gak salah sama sekali, bahkan kalau aku marah sekalipun, aku punya cara memarahi orang lain dan memarahi kalian, itu akan berbeda," Asbi tersenyum.
"Kenapa harus beda? Bukannya kalau marah itu gak bisa dikontrol ya?" Tanya Icha penasaran memandang Asbi.
"Hmm, kamu dan blueblood bagian penting di hidup aku. Kamu dan blueblood memberi warna hidup seorang Asbiqunal yang kesepian karena sudah hidupnya sudah di dikte menjadi penerus tahta selanjutnya, aku pikir aku gak akan punya kamu dan blueblood, kalian berarti jadi, kalau kamu dan blueblood pergi maka seorang Asbiqunal ini akan hancur," Asbi kemudian mengecup pipi Icha. "Jangan tinggalin aku, Cha."
Icha tersenyum mendengarnya. "Aku gak akan ninggalin kamu, kamu dan blueblood juga bagian penting dari hidup aku. Dan jangan suruh aku memilih antara kamu dan blueblood," menggeleng pelan. "Aku gak bisa memilih berdiri diantara cinta dan persahabatan itu sendiri, semuanya penting dan berharga, Bi."
Asbi mengecup tangan Icha dan meletakkan di dadanya. "Kamu harus janji sama aku, apapun masalah yang kita hadapi ke depannya, kita akan selalu bersama dan saling menggenggam satu sama lain, kita, kamu, aku dan Blueblood."
Icha tersenyum dan memeluk Asbi. "Aku janji Bi, aku akan menggenggam tangan kamu sampai akhir."
"Terimakasih sudah mencintai seorang Asbiqunal sampai hari ini, Andini Harisa Balqis. I love you," bisik Asbi memeluk Icha erat.
"I love you too as always, Muhammad Asbiqunal Awwalun. Thanks too sudah mencintai aku sampai hari ini," Icha tersenyum kemudian memejamkan matanya.
Geng blueblood lainnya menghampiri keduanya.
"Good! Pacaran terus, mojok aje sekalian besok-besok," Gema geram.
Asbi dan Icha tertawa melihat para sahabatnya.
"Jangan pacaran terus, ayo selesaikan tugas lo pak ketua!" Al kini menarik Asbi membuat Icha tertawa.
"Lo juga Cha, gila ya daritadi gue sama yang lain sibuk kalian asik pacaran." Kaori menyeret Icha dibantu oleh Nay.
"Acara amal bakti jangan nodai dengan pacaran!" Nay tersenyum geram pada Icha.
"Iya iya maaf deh," Icha tertawa mencubit pipi Nay kemudian menggandeng sahabatnya yang paling manja itu.
"Bahagia selalu sama Asbi ya, gue ikhlas kok." Kaori tersenyum pada Icha.
Icha menoleh kemudian tersenyum pada Kaori. "Gue yakin lo juga menemukan cinta sejati lo seperti gue,"
Kaori mengangguk. "Jadi sahabat gue selamanya itu cukup, Cha. Gue bahagia saat menjadi bagian dari blueblood,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)
Ficción General-Seorang pria hancur itu karena tiga hal, harta, tahta & wanita dan aku mengalami ketiganya sekaligus - Muhammad Asbiqunal Awwalun