50 - Telepon Rahasia

15 4 0
                                    

Tokyo, Jepang

Icha putus asa saat menjalani terapi beberapa kali ia terjatuh dan berusaha bangun dibantu oleh dua orang terapis karena Icha benar-benar tidak bisa bangun.

Icha mengatakan ia sangat lelah dengan semua sesi terapi hari ini dan langsung saja ia di dudukkan kembali ke kursi rodanya dan diantar ke dalam kamarnya.

Aldino dan Tia hanya saling pandang setelah melihat perkembangan Icha beberapa bulan terakhir belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Adik mereka itu kehilangan semangat hidup bahkan tidak punya alasan untuk bertahan, selain terapis, psikolog dan psikiater turut menangani Icha ini untuk menghilangkan trauma agar Icha bisa melanjutkan hidup namun, selama beberapa bulan ini belum membuahkan hasil.

"Icha," panggil Aldino tersenyum.

"Aku benar-benar capek bang Dino," Icha menggeleng bahkan tak ingin bicara apapun.

"Icha, kakak sama bang Dino ada disini untuk mendukung kamu. Kamu punya kita berdua," Tia tersenyum.

"Bukan berarti kalian orang medis kalian bisa memperlakukan aku seperti ini, psikolog, psikiater?" Icha geleng-geleng kepala. "Kasi aja aku racun biar cepat mati!"

"Icha, aku ada disini supaya kamu sembuh!" Tegas Aldino menahan emosinya.

"Dino, kita biarkan Icha istirahat. Ayo?" Ajak Tia sang istri menarik suaminya keluar dari kamar Icha.

Icha menggapai handphonenya diatas nakas dan menekan angka dua kemudian panggilan itu tersambung.

🙇

Gema yang sedang menggendong El dan Adel merasakan getaran di saku celananya membuat Gema terdiam beberapa detik.

Asbi yang tengah mengemasi mainan El dan  Adel menoleh saat melihat Gema terdiam.

"Biar gue gendong El dan Adel aja, lo ada telpon kayaknya." Asbi paham Gema yang bimbang.

Gema menggeleng. "Gak usah, gue ke kamar dulu." Kemudian melewati Asbi begitu saja masuk ke kamarnya.

"Yah padahal niat gue baik," Asbi tersenyum kemudian melanjutkan mengemasi mainan El dan Adel yang berantakan di ruang tamu.

Gema meletakkan El dan Adel di tempat tidur kemudian buru-buru mengeluarkan handphonenya yang terdapat panggilan dari seseorang yang ia rahasiakan dari sahabat lainnya selama beberapa bulan ini.

"Ya," sapa Gema menghela napas panjang.

Tak ada suara di seberang sana, Gema paham bahwa setiap kali wanita ini menghubungi nya tak pernah bersuara.

🙇

Icha membekap mulutnya sendiri menahan tangis saat mendengar suara gumaman tidak jelas dua orang bayi.

🙇

Gema menoleh pada El dan Adel yang bergumam tidak jelas kemudian tersenyum.

"Mami, sekarang aku dan adek udah delapan bulan, aku mulai bisa jalan, aku dan adek juga udah mulai sakit gusi lho Mi, rasanya gatal sampai aku gigit orang terus, kalau adek sempat demam sih hehehe..." Gema bersuara seperti anak kecil namun, menghapus air matanya.

Sama. Dari seberang sana tidak ada jawaban.

Gema menghela napas panjang. "Asbi dan Angga udah bebas dari penjara, Cha. Mereka juga udah ketemu El dan Adel, aku takut buka suara memberitahu hal sebenarnya tanpa seizin kamu."

🙇

Terdengar suara El dan Adel menangis membuat Asbi berinsiatif membuatkan susu dan akan mengetuk kamar Gema namun, ia tidak sengaja mendengar Gema seolah tengah berbicara dengan seseorang dan menyebut nama 'Cha' membuat Asbi membeku diambang pintu.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang