Sudah satu bulan lamanya Asbi menjadi drop bahkan tidak karuan bekerja sehingga pekerjaan nya dialih kuasakan pada Al saudara angkatnya itu yang kini menggantikan dirinya sementara karena sakit yang tak lain patah hati itu.
Kondisi Asbi yang kini sakit-sakitan membuat para sahabatnya khawatir dan bergantian menjenguk ketua geng mereka itu setelah pulang bekerja meskipun sudah cukup lelah sebenarnya namun, memberi semangat pada ketua geng mereka adalah prioritas saat ini.
"Bi, udah sebulan tahu gak Lo begini! Mau sampai kapan, Bi?" Al melipat tangan di depan dada memperhatikan sahabat sekaligus saudara angkatnya itu hanya berdiam diri di kasur.
Sang empunya nama hanya diam dan memilih memejamkan matanya saja, ia bahkan tidak peduli dengan apa yang sudah dicapainya sampai detik ini.
"Terserah Lo deh!!!" Kesal Al akhirnya keluar dari kamar dan menemui yang lainnya di ruang tengah.
"Gimana?" Tanya Angga penasaran.
Al menggendikkan bahunya."lama-lama gue muak sama si Asbiqunal itu, bikin emosi."
Raffa yang sedang bermain game hanya tersenyum."sabar, orang patah hati mah emang kita nya kudu sabar atuh,"
"Eh btw, orang tua Asbi mana?" Tanya Tasya.
"Sans ae lah, Sya. Orang tua BiBiB mah jarang di rumah, lebih mementingkan bisnis daripada anaknya." Sahut Gema santai sambil memainkan game di handphonenya.
"Kasian BiBiB ya," Amira merasa prihatin.
"Eh iya, Al, itu si Leo beneran di angkat jadi general manager di Awwalun hotel?" Tanya Nay penasaran sambil memakan keripik kentangnya.
"Makan Mulu Lo!" Gema menyomot keripik kentang Nay.
Al mengangguk."kan udah keputusan papa nya Asbi juga, gue kan lagian hanya pengganti Asbi selama dia sakit."
"Tapi, kan masa secepat itu sih si Leo naik pangkat, kalo si Leo naik pangkat seharusnya Raffa juga dong?" Protes Angga.
Al mengangkat tangan."itu sih gue gak tahu ya, kalo kalian mau tahu mending tanya bapaknya Asbi kenapa dia mengangkat Leo jadi general manager hotel."
"Apalagi kan Papa Arkan itu kan rewel banget masalah struktural hotel, masa dia cepet banget menaikkan pangkat Leo?" Nay berpikir keras sambil memakan donat nya.
"Suapin gue, aaaaa," Gema membuka mulutnya.
"Kok Lo lama-lama kayak Gema sih Nay?" Tanya Al risih melihat Nay sedari tadi hanya mengunyah saja.
Nay cemberut."Nga, masa Al marahin aku yang ngemil sih?"
Angga tersenyum."Lagian bukan Lo 'kan Al yang beliin cemilan Nay? Biarin aja Nay ngemil biar makin chubby," mencubit pipi Nay.
Raffa, Amira, Al dan Tasya mulai risih ketika Angga dan Nay kemudian asik sendiri yang menurut keempatnya lebay.
"Iyain aja dah, cepet biar beres." Sahut Raffa.
"Btw, Leo akhir-akhir ini juga jarang gabung sama kita," ucap Tasya.
"Dia tuh aneh," sahut Amira.
"Mungkin dia lagi pdkt sama si Kaori kali kan dia tipe gak suka di ganggu," sahut Gema santai.
"Semoga aja tuh anak berdua jadian jadi si Kaori gak ngejar-ngejar Asbi lagi, risih tahu gak liatnya!" Raffa geleng-geleng kepala.
Asbi keluar dari kamarnya dan risih ketika melihat para sahabatnya justru asik berkumpul di rumahnya.
"Kalian masih disini juga? Gue 'kan udah bilang gak mau di jenguk siapapun!" Kesal Asbi memandangi sahabatnya.
"Kita disini karena peduli sama Lo, Bi!" Tegas Al.
Nay mengangguk."iya, Bi. Takut Lo kenapa-napa soalnya Al bilang Lo lagi patah hati trus kata si Raffa jaga-jaga aja takut Lo ----" terputus begitu saja karena langsung dibekap Angga.
"Gue sama Nay pulang dulu ya, Bi. Lagipula gue seneng aja ngeliat lo udah sehat, bye, Bi." Angga tersenyum tak enak dan membawa Nay yang mulutnya masih di bekap olehnya.
"Syukurlah Lo baek-baek aja, kalo gitu gue pulang." Gema dengan santai sambil memainkan game di ponselnya dan keluar.
"Gue tadinya khawatir sama Lo, tapi, sepertinya Lo gak perlu itu 'kan? Ayo, Sya, kita pulang aja." Al menggenggam erat tangan Tasya.
"Pulang dulu ya, Bi." Tasya tersenyum canggung.
"Bye Bi," pamit Raffa dan Amira mengikuti yang lainnya.
Asbi menghela napas dan terduduk di sofa.
🙇
"Dia gak baik-baik aja Cha, masa Lo tega sih?" Gema menatap mantan kekasihnya itu, Icha.
Icha berusaha menahan air matanya."trus gue harus gimana Gem?"
"Ngomong sama Asbi tentang apa yang sebenarnya terjadi, selesai!" Sahut Gema.
"Semudah itu Lo bilang gue harus jujur sama Asbi?" Icha tak percaya.
"Lalu apa? Mau diam aja seperti ini tanpa kejelasan, Lo tersiksa dan dia juga, begitu?" Sinis Gema.
"Gue gak bisa, Gem!" Icha menggeleng.
Gema berpikir sejenak."ok, gue bakal bantu Lo ngomong tapi, Lo harus ikut aturan gue!"
"Apa?" Tanya Icha berharap.
🙇
Icha mendatangi rumah Asbi karena sebenarnya ia juga tidak tega melihat Asbi sakit terus-terusan sampai satu bulan lamanya.
Icha mengompres Asbi yang tertidur di sofa dan membersihkan rumah seperti biasanya, sampah-sampah berserakan bekas makanan dan minuman Icha buang ke tong sampah lalu memasak bubur untuk Asbi ketika bangun nanti.
Asbi terbangun dari tidurnya dan keheranan melihat ada handuk kecil di dahinya serta keadaan rumahnya yang sudah bersih dan ada aroma masakan yang memanjakannya membuat Asbi segera ke dapur.
"Hai, kamu udah bangun?" Sapa Icha melihat Asbi.
Asbi keheranan."kamu?"
Icha tersenyum."buburnya bentar lagi masak, ini aku buatkan teh hijau hangat katanya bagus lho untuk meredakan demam dan flu." Memberikan secangkir teh itu pada Asbi.
Asbi segera memeluk Icha."aku gak mimpi 'kan?"
Icha menggeleng."aku disini, Bi."
"Jangan tinggalin aku, Cha." Bisik Asbi pelan.
Icha mengangguk."tapi, kamu janji harus sembuh?"
Asbi segera meminum teh hijau buatan Icha untuknya itu.
"Kamu pasti laper 'kan? Buburnya udah jadi," Icha menyiapkan semangkuk bubur untuk Asbi.
"Makasih sayang," Asbi tersenyum menikmati bubur buatan Icha itu.
Icha tersenyum miris dan memeluk Asbi."aku cinta sama Bi,"
"Aku juga, Cha." Sahut Asbi tersenyum.
🙇
Haayyy guys, chapter 7 sudah update nih... Jangan lupa vote n comment nyaa yaa... Thank you...
Oh ya menurut kalian cerita ini gimana? Masih pada penasaran gak? Masih mau pada lanjut gak nih... Vote n comment dong guys...
Rabu, 28 October 2020
Love,
Nay 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)
Fiksi Umum-Seorang pria hancur itu karena tiga hal, harta, tahta & wanita dan aku mengalami ketiganya sekaligus - Muhammad Asbiqunal Awwalun