06 - Keputusan Icha

105 19 18
                                    

Icha memandang dirinya di depan cermin sekali lagi sambil memegang sebuah amplop berisi surat keterangan dokter. Ya, ia sudah siap berbicara pada Asbi yang sejujurnya tentang dirinya yang selama ini selalu di curigai oleh member blueblood lainnya.

Terdengar suara pintu terbuka pertanda Asbi sudah tiba di rumah mereka, wajah pria itu terlihat sangat lelah membuat Icha sebenarnya tidak tega namun, ia sudah bertekad bulat pada keputusan yang akan diambilnya.

"Lho, sayang kenapa koper kamu disini?" Tanya Asbi keheranan melihat koper-koper Icha sudah berbaris di depan pintu kamarnya.

"Aku gak tinggal disini lagi, Bi." Sahut Icha.

"Maksud kamu?" Tanya Asbi menatap tajam Icha.

"Aku mau putus, Bi." Sahut Icha.

Asbi tertawa pelan."putus? Jangan gila kamu, Cha! Hei, kita udah mau nikah!" Asbi geleng-geleng kepala mengira tunangannya ini bercanda.

"Aku serius, Bi. Aku rasa aku gak bisa menjadi istri kamu, masih banyak perempuan lain yang lebih pantas." Icha tersenyum.

"Kamu gak lagi sakit 'kan, Cha? Oh atau kamu ngelantur begini karena obat tidur yang kamu konsumsi itu 'kan, sayang?" Asbi memeriksa dahi Icha.

Icha menggeleng."gak, Bi. Aku serius."

Asbi mundur satu langkah mencoba mencerna ucapan tunangannya itu."why?"

Icha gemetar memegang sebuah amplop cokelat itu sambil menahan tangisnya.

"Why? Jawab aku, Cha! Aku salah apa sama kamu sampai kamu mau mengakhiri hubungan kita? Apa ada laki-laki lain hah?" Teriak Asbi murka.

Icha gemetar ketakutan, bahkan baru kali ini Asbi meneriakinya dengan nada tinggi seperti itu.

"Jawab!" Bentak Asbi menyudutkan Icha.

"Aku bosan sama kamu, puas! Kamu selalu sibuk sama pekerjaan kamu, aku rasa itu jawaban yang cukup untuk kamu berpikir dan lebih baik lagi ke depannya agar lebih perhatian sama pasangan, permisi!" Pamit Icha mendorong keras Asbi dan keluar dari kamar sambil membawa koper-kopernya keluar dari rumah impian mereka itu.

Asbi terdiam.

🙇

Rapat sebentar lagi akan dimulai namun, Asbi belum juga muncul padahal ia akan presentasi untuk memenangkan proyek yang dinantikan nya selama ini membuat Tasya sang sekretaris panik mencari sang bos besar itu.

"Gimana?" Tanya Al cemas.

Tasya menggeleng sambil memegang erat handphonenya."nomor Asbi gak aktif semua, Al. Gimana dong?"

"Duh, Bi. Ini masalahnya proyek besar yang Lo impikan selama ini." Kesal Al berusaha menghubungi Asbi juga.

Tiga menit menjelang rapat Asbi yang diharapkan kehadirannya pun tiba membuat semua bernapas lega namun, yang mencengangkan adalah Asbi masih menggunakan pakaian kemarin bahkan dalam keadaan kacau membuat semua saling pandang.

"Bahan presentasi udah lengkap semua 'kan, Sya?" Tanya Asbi datar.

"Sudah semua, pak!" Jawab Tasya formal.

"Bi, Lo kenapa kusut begitu?" Tanya Al.

Asbi menggeleng lemah."gue presentasi dulu." Menuju ruang rapat.

"Ada apa sama ketua geng kita? Dia kacau banget, bahkan masih pake outfit kemarin." Tanya Raffa.

"Kayak ada masalah serius." Duga Amira.

"Mabok-mabokan kali di club, keliatan banget kusut begitu! Ck, gak pantes memimpin Awwalun group kalo begitu kelakuannya!" Ketus Leo.

"Lo apaan sih, Yo! Sensi Mulu kayaknya," kesal Raffa.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang