20 - Transaksi Haram & Penggerebekan

30 9 0
                                    

Di rumah keluarga Awwalun bernuansa cokelat hazel pukul 19:00

Dalam rangka menyambut Leo dan sang ibu - Azuya, Arkan berencana mengadakan acara makan malam keluarga, agar semua benar-benar nampak harmonis guna meredam berita miring yang sudah terlanjur tersebar menyebabkan saham Awwalun group dan rekanan bisnis di bawah naungan nya ikut anjlok.

Arkan ingin semua nampak berjalan dengan lancar tak lupa selalu memberi ultimatum pada Tia dan Ikhsan agar selalu menjaga sikap membuat keduanya jengah belum lagi anak ketiga nya sudah terlanjur keluar rumah membuatnya harus sedikit melunakkan anak ketiganya itu atau semuanya akan hancur.

Asbi yang mendapat pesan untuk datang ke acara makan malam keluarga membuatnya muak namun, tetap mengikuti alur sang Papa.

Anak ketiga yang baru saja keluar dari mobil Ferrari hitam miliknya langsung saja dikerumbungi awak media yang sudah ramai di depan rumah sang Papa.

"Asbi, apakah makan malam ini sebagai penyambutan Leo dan ibunya?"

"Asbi, apakah benar anda tidak tinggal lagi dirumah ini?"

Asbi menatap kamera sambil tersenyum. "Beritakan saja sesuai yang kalian lihat, terimakasih." Membungkuk hormat kemudian menuju pintu utama rumahnya.

Setelah masuk ke dalam rumah sang Papa dan para pelayan yang sudah menyambut nya membuat Asbi menatap mereka semua yang sudah duduk di meja makan.

"Kenapa kita semua gak makan di luar aja biar wartawan ramai ngeliput? Kalau disini mereka dilarang masuk 'kan? Percuma aja dong berusaha membuat pencitraan untuk publik!" Sinis Asbi menghampiri sang Papa dan melihat kursi yang biasa ia duduki kini di duduki oleh Leo.

"Duduk!" Perintah Arkan tenang.

Asbi menghela napas panjang. "Wah makan malam apa ini? Ini yang disebut makan malam keluarga sedangkan ada orang lain duduk di kursi yang biasa aku duduki dan di hadapan Mama saya ada siapa? Perempuan masa lalu anda?" Memandang Azuya.

"Asbi, sopan sedikit!" Tegur Rea menggeleng.

"Kenapa aku harus sopan sama dia?" Tantang Asbi.

"Dia nyokap gue!" Tegas Leo beranjak dari duduknya namun ditahan Arkan.

"Azuya adalah istri Papa, sebelum menikahi Mama kamu, Asbiqunal!" Tegas Arkan.

Leo tersenyum sinis. "Lo hanya anak istri kedua!"

Asbi tertawa keras. "Memang kenapa kalau nyokap gue istri kedua? Toh, semua orang tahu nya nyokap gue istri sah dari Arkan Awwalun selama ini hidup mereka harmonis tanpa cacat, sampai pengakuan lo itu semuanya berantakan!" Menunjuk Leo.

"Cukup!" Azuya kali ini buka suara.

Tia tertawa. "Berani sekali anda menghentikan ini, anda pikir anda siapa?"

"Saya akan pergi dari sini!" Azuya beranjak dari duduknya namun ditahan oleh Arkan.

"Ma, Leo udah berjuang buat ketemu sama Papa masa Mama pergi?" Protes Leo.

Azuya menoleh. "Bukan seperti ini caranya, Leo. Mama tidak pernah mengajarkan kamu merusak keluarga Papa kamu!"

"Ma, kita harus dapat keadilan 'kan? 23 tahun aku nyari ayah kandung aku, Ma!" Keluh Leo. "Ini saatnya!"

"Asbi, Leo dan kamu Azuya, duduk!" Perintah Arkan.

Ketiganya duduk kembali di kursi masing-masing.

"Asbi, ada hal yang ingin Papa katakan terkait ahli waris tunggal yang kamu pegang saat ini, Papa akan membaginya!" Ucap Arkan serius.

Asbi memandang Leo penuh amarah. "Di ulang tahun aku yang kesepuluh Papa mengumumkan bahwa Asbiqunal adalah ahli waris tunggal yang sah kepemilikan seluruh aset Awwalun group! Lantas karena hadirnya Leo semua itu juga berubah? Mulai dari rumah yang seharusnya hanya ada seorang istri tapi, sekarang ada wanita lain! Ratu di rumah ini adalah Mama saya! Rea Elnanda Hilman! Sejak umur sepuluh tahun Asbiqunal ruang geraknya terbatas karena harus membagi waktu antara sekolah dan belajar manajemen perusahaan, Asbiqunal gak bisa seenaknya bermain, Asbiqunal gak bisa seenaknya bergaul, hidup Asbiqunal ditata sedemikian rupa sebagai penerus perusahaan, berjalan, berlari, bahkan bernapas pun harus hati-hati saking kejamnya dunia bisnis karena Papa takut tindak tanduk Asbiqunal jadi perhatian orang-orang kalau sampai Asbiqunal salah melangkah menyebabkan harga saham merosot! Itu 'kan yang selalu Papa tanamkan di otak seorang Asbiqunal!" Kemudian memandang Arkan.

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang