33 - Perpisahan

12 7 0
                                    

Satu bulan kemudian...

Setiap weekend Raffa dan Amira menyempatkan waktu berkunjung meskipun jarak yang harus mereka tempuh selama berjam-jam lamanya demi menemui Gema, Icha dan kedua anak kembar itu.

Sudah satu bulan lamanya Icha masih dirawat di RSIA selama itu pula Gema harus bolak-balik namun, Gema tak pernah mempermasalahkannya sama sekali.

Kedua anak kembarnya pun sudah diperbolehkan pulang beberapa waktu yang lalu yang tentu saja Gema senang mendengarnya setelah dokter memastikan bahwa kedua bayi kembar itu sehat tanpa harus ada dikhawatirkan meskipun terlahir prematur.

Hanya Icha yang masih dirawat karena kondisinya masih belum memungkinkan membuat Aldino dan Tia pun juga bolak-balik sama seperti Amira dan Raffa yang berkunjung setiap weekend.

"Gimana keadaan kamu, Cha?" Aldino tersenyum mengusap kepala Icha yang duduk di kursi roda.

Icha menjauhkan kepalanya. "Kapan aku bisa pergi dari sini?"

Aldino menghela napas panjang. "Cha, kondisi kamu belum memungkinkan."

Icha menoleh. "Setelah aku bersedia melahirkan mereka aku lumpuh bang Dino, lihat sekarang aku lumpuh!" Teriaknya sambil memukul kedua kakinya.

Aldino segera memeluk Icha. "Sssttss, kamu tenang ya. Ok?"

"Biarkan aku pergi dari sini!" Teriak Icha.

"Iya, kita akan pergi dari sini tapi, kondisi kamu harus pulih Cha. Bukan seperti ini." Aldino menggeleng.

Tia mengangguk membenarkan. "Kami akan cari dokter terbaik untuk pemulihan kamu setelah ini,"

Icha memijat pelipisnya ia merasa pusing. "Aku muak disini!"

Pintu kamar inap terbuka dan menampilkan Gema tersenyum saat memasuki kamar inap Icha sambil menggendong Adelard dan Adeline sekaligus.

"Hai Mami," sapa Gema bersuara seperti anak kecil.

"Diam!" Teriak Icha menutup kedua telinganya.

"Mami, hari ini kami berdua udah satu bulan. Mami berat kami juga bertambah," Gema tetap memberitahu.

Icha menutup rapat kedua telinganya. "Diam! Gue bilang diam!"

Kedua bayi kembar itu menangis karena mendengar suara yang cukup keras.

"Cha, aku gak akan bosan bawa anak kita." Lirih Gema.

"Mereka bukan anak gue!" Teriak Icha.

"Sekali aja Cha, kasi mereka asi supaya mereka tahu kalau mereka punya ibu yang sayang sama mereka, sekali aja gue minta. Sekali untuk seumur hidup mereka," lirih Gema memandang keduanya.

"Cha, Gema ada benarnya. Selama satu bulan ini bayi itu minum sufor, itu gak bagus untuk bayi yang baru lahir." Tambah Tia.

Icha memejamkan matanya dan semakin menutup rapat kedua telinganya. "Jauhkan mereka dari gue!"

"Kalau kamu gak mau kasi asi secara langsung, kakak bisa bantu kamu buat pupping asi itu untuk mereka, hmm?" Tia berkaca-kaca.

"Cha, gue cuma gak mau lo nyesel." Gema kemudian keluar dari kamar inap Icha.

"Gue sama sekali gak mau mereka hadir! Ini kesalahan, Gema! Ini kesalahan dan lo harus menanggungnya karena lo, gue mempertahankan mereka dan setelahnya gue lumpuh hah? Kenapa dia gak pernah puas nyakitin gue setelah gue hamil dan melahirkan anaknya gue harus lumpuh hah? Gema jawab!" Teriak Icha histeris.

"Dia siapa Cha? Siapa?" Teriak Aldino tak sabar.

Tia menahan Aldino suaminya. "Kamu harus sabar, ok? Kita akan tahu pelakunya setelah Icha pulih!"

ASBIQUNAL 'Pelajaran Berharga' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang