BAB XXIV

4.7K 439 31
                                    

                     Selamat membaca
                   Jangan lupa vote🥰

Pintu terbuka menunjukkan seorang pria yang mengenakan tudung sambil membawa sebuah karung di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu terbuka menunjukkan seorang pria yang mengenakan tudung sambil membawa sebuah karung di tangannya.

"Selamat datang" sambut seorang pria berambut perak bermata biru, pria yang baru saja masuk langsung melempar bawaannya begitu saja.

"Astaga kasar sekali" goda pria itu.

"Sudah kau periksa saja Dave" perintah pria itu sambil membuka tudungnya dengar perlahan sampai memunculkan rambut kuning emas miliknya.

"Baik yang mulia" Dave segera membuka dan melihat isi karung yang dia bawa Theodor.

Sebuah kotak hitam yang bagian kuncinya sudah berkarat, serta gulungan di dalam botol.

"Yang mulia anda tak memulung kan?!" Tanya Dave mengangkat kotak hitam itu.

"Kau bilang apa?!" Ulang Theodor memasang wajah dinginnya sambil menatap Dave tajam.

Dave mengangkat kedua tangannya sambil memasang senyum sumringah yang mengesalkan.

"Apa bisa dibuka?!" Tanya Theodor mulai melunak.

"Um~bisa yang mulia tapi butuh sedikit waktu untuk kotak ini karena sudah terlanjur berkarat" jawab Dave memerhatikan lubang kunci kotak dengan kaca pembesar.

"CK!"

"Ayolah yang mulia sebaiknya anda memikirkan yang mulia putri mahkota, beliau pasti sedih ditinggal sendirian" canda Dave mengusap sudut matanya seperti ada tangisan.

"Berisik!" Theodor bangkit dari duduknya dan berniat pergi.

"Eh? Yang mulia jika anda ingin meminta saran tempat kencan akan saya berikan" ujar Dave berusaha menahan Theodor agar tidak pergi tapi tetap saja pria itu pergi meninggalkan Dave yang tertawa lepas.

                                °~°~°

Sesuai janji Leona datang ke istana untuk memberi jawaban dan tentunya bayaran dari Theodor.

"Kalau untuk masalah laut memang membutuhkan waktu tapi lebih tepatnya seberapa banyak dampak limbah itu sendiri yang mulia" jelas Leona menulis sesuatu di kertas.

"Nah, yang mulia apa pulau              lautnya benar-benar kotor akibat limbah?!" Tanya Leona menatap pria yang berpikir keras.

Tak ada jawaban Theodor diam memikirkan perkataan Leona barusan.

"Astaga yang mulia saya rasa pertanyaan saya bukan duluan telur ayam atau ayamnya" ujar Leona membuat Theodor mengernyit dahinya.

"Tidak separah itu aku hanya bertanya" jawab Theodor.

Lalu kenapa memikirkan jawaban pendek itu butuh waktu pula?!

Leona merungut kesal karena Theodor tak terlalu menanggapi selama dia bicara.

Money Or Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang