BAB XXXI

4.3K 376 34
                                    

                    Selamat membaca
                    Jangan lupa vote 🥰

Leona menatap keluar jendela, ia baru saja sadar setelah 9 jam tak sadarkan diri sejak Sean membawanya dari tebing ducy Enzela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Leona menatap keluar jendela, ia baru saja sadar setelah 9 jam tak sadarkan diri sejak Sean membawanya dari tebing ducy Enzela.

"Putri, bagaimana perasaan anda?!" Tanya seorang pria beruban padanya, Leona menoleh dengan lemas.

"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan yang mulia?!" Tanya Leona teringat keadaan pria itu yang sangat mendingin.

"Yang mulia sedang dalam keadaan tak sadarkan diri, beliau terkena panah beracun tapi untunglah racunnya tak terlalu membunuh" pria beruban itu menjelaskan sambil memegangi janggutnya.

Kupikir dia telah mati!!

"Apa sudah di berikan penawarnya?!" Tanya Leona lagi, pria beruban itu mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Leona.

"Mohon maaf putri penawarnya sedang dibuat" jawabnya ragu-ragu, Leona mengangguk dan menyuruh pria tua itu meninggalkan dirinya sendiri.

Ceklek!

"Hah~ Robert!!" Leona menatap tangannya, mengingat sebuah pisau kecil milik pria itu.

Apa dia berniat membunuhku?! Kenapa? Padahal dia yang ingin meminta berpisah bukan?! Aku mengabulkan permintaannya!!!!

Leona meremas selimut yang menutupi kakinya, melepaskan dan turun dari  ranjangnya.

"Apa ada orang diluar?!" Tanya Leona mendekatkan mulutnya ke pintu kamarnya.

"Ya putri" seorang pelayan berambut coklat masuk begitu Leona memanggil.

"Siapkan gaunku, aku akan melihat yang mulia" ujar Leona, pelayan itu mengangguk dan mengambil gaun.

Sebuah baju kemeja putih dan rok yang panjang berwarna hitam di kenakan Leona, rambut hitamnya dibiarkan tergerai dengan sebuah jepit rambut di sebelah kiri poninya.

Leona berjalan menuju kamar Theodor, ada pengawal dan pelayan yang sedia setiap saat di luar kamarnya.

"Putri!!" Pengawal membungkuk dan membuka pintu membiarkan gadis itu masuk ke dalam kamar putra mahkota.

Bola mata berwarna merah hati itu tak terlihat tertutup oleh kelopak mata, rambut kuning emasnya di biarkan tak tertata seperti biasanya. Leona memandangi wajah Theodor yang tengah tak sadarkan diri.

"Theodor!" Leona memegangi tangan kanan Theodor, masih agak dingin tapi jauh lebih baik saat berada di ducy Enzela.

"Jangan mati dulu, saya masih ingin melihat tambang Relip bersama anda" lanjutnya menyentuh rambut kuning emas tersebut.

Lembut!

Tak ada reaksi, Leona menggeser kursi yang ada di kamar Theodor dan duduk di samping pria tersebut.

Money Or Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang