13

83 12 0
                                    

        💖 HAPPY READING 💖
                             
"Bunda." Sapa Icha sambil memeluk bunda nya dari belakang.

"Ehh humayrah nya bunda udah bangun, udah shalat?."

"Udah dong bunda." Balas Icha.

"Oh ya bunda mau masak apa? Biar Icha bantuin."

"Masak ayam balado, sayur sop, sama perkedel kental."

"Oke bunda, Icha siapin bahan - bahan buat perkedel nya ya."
"Iya."

Kakak dan mertua Icha sudah pulang lebih awal, jadi hanya Icha yang membantu bunda
memasak. Dua perempuan berbeda generasi terus asik memasak, terkadang sambil bersenda gurau. Tanpa mereka sadari, Firdaus sejak tadi memperhatikan mereka. Sebenarnya tadi dia ingin tidur lagi, tapi tidak bisa karena Icha membangunkan nya.

"Kamu lagi ngapain?." Panggil ayah dibelakang Firdaus dan membuat nya terkejut.

"Eh ayah, ada apa yah?." Tanya Firdaus dengan ramah berbanding terbalik dengan sifat nya ke Icha yang kasar.

"Ayah yang harus nya nanya gitu, kamu ngapain disini pake ngintip - ngintip lagi." Tanya ayah seraya terkekeh.

"Hehehe, gak papa kok yah. Firdaus cuma lagi liat bunda sama Icha masak, mau kesana tapi takut ganggu." Balas Firdaus.

"Daripada disini, ikut ayah yuk, ayah mau bicara sesuatu sama kamu." Tatapan mata ayah cukup serius membuat Firdaus menganggukkan kepala.

Firdaus mengekori ayah ke sebuah taman di belakang rumah. Firdaus menghirup banyak oksigen disini. Taman ini adalah taman yang selalu di rawat oleh Icha, karena dia suka dengan bunga. Firdaus dan ayah duduk di bangku yang sudah di sediakan di taman.

Ayah menatap Firdaus serius.  "Kamu tau Firdaus, Icha adalah putri kecil ayah yang sangat ayah sayangi. Icha itu termasuk gadis yang pendiem, penurut, manja, dan juga solehah. Sejak kecil Icha tidak pernah ayah marahi apalagi ayah pukul. Karena dulu Icha adalah tanggung jawab ayah. Tapi, sekarang Icha adalah tanggung jawab kamu. Sebenarnya ayah ragu untuk menikahkan kalian sekarang, tapi entah kenapa hati ayah tidak tenang. Ayah cuma minta sama kamu, jaga Icha dan sayangi Icha. Didiklah dia menjadi istri yang kamu dambakan dan arahkan dia ke jalan yang benar kalau dia melakukan kesalahan. Jangan kasari dia jika dia melakukan kesalahan tapi tegur saja dia. Dan ayah mohon jangan sampai ada kata talak atau cerai di dalam pernikahan kalian, bisakan?. Ayah tau kamu sanggup, Ayah percaya sama kamu, kamu bisa rawat putri kecil ayah."

Firdaus tertegun mendengarkan perkataan ayah. Dia bingung harus menjawab apa.

"I-iya yah." Ayah tersenyum dan menepuk pundak Firdaus.

"Ayah percayakan semua pada kamu."

"Hmm..boleh enggak yah kalau Firdaus bawa Icha tinggal bareng Firdaus di rumah milik Firdaus?." Ayah terkejut dengan ucapan Firdaus.

Firdaus mendapatkan rumah itu dari oma nya sebagai hadiah ulang tahunnya saat berumur 17 tahun. Firdaus sering tinggal disitu jika pulang larut malam atau saat sedang bermain dengan teman - temannya.

"Maksud Firdaus, Firdaus mau buat rumah tangga Firdaus mandiri. Firdaus janji kalau ada waktu bakal berkunjung kesini." Firdaus meringis saat mendapatkan tatapan tajam dari mertuanya.

"Silahkan nak, ayah paham maksud kamu. Ayah cuma titip Icha sama kamu. Ingat pesan - pesan ayah tadi ya." Ayah tersenyum lalu berdiri dan mengajak Firdaus untuk sarapan bersama.

Di meja makan sangat hening, yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu. Setelah acara sarapan selesai ayah menyuruh Icha tetap duduk dan tidak kemana - mana dulu.

"Icha, ayah mau bicara sama kamu."

"Ayah mau bicara apa?." Tanya Icha dengan wajah bingung.

"Intinya gini, tadi Firdaus minta izin ke ayah untuk bawa kamu tinggal di rumah milik nya dan ayah mengizinkannya. Jadi, bagaimana dengan kamu Icha?." Tanya ayah dengan senyum menenangkan.

Icha melihat Firdaus yang menatapnya dan tersenyum miring.

"Emang nya kenapa harus pindah? Icha sama kak Firdaus kan bisa tinggal disini." Jawab Icha dengan suara imut.

"Karena aku mau membangun rumah tangga yang mandiri sayang, bukannya aku enggak mau tinggal disini. Tapi kita sudah menikah dan seharusnya mulai dari sekarang kita bisa belajar mandiri." Jelas Firdaus dengan nada selembut mungkin, Icha tertegun mendengar nya, dia tau itu hanya pura - pura.

"Bukan maksud ayah mengusir, tapi yang dikatakan suami kamu ada benarnya. Kalian harus belajar mandiri membangun rumah tangga yang bahagia dan bisa mendapat ridho Allah. Ayah percaya Firdaus mampu menjaga kamu dan membimbing kamu." Jelas ayah.

Icha menghela nafas, "iya, kalau emang itu yang terbaik."

Firdaus tersenyum dan Icha hanya bisa menghela nafas pasrah.

ANA UHIBBUKA FILLAH  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang