Semester 5

407 71 17
                                    

"Anjing ini gue dulu dosa sebanyak apa, sampe sekarang belom ketemu jodoh" dumel Eunbi dengan sedikit rasa kesal melihat sepasang manusia yang tidak jauh dari mejanya sedang menebar keuwuan. Moodnya yang ingin me time semakin hancur ketika melihat pop up notifikasi pesan masuk ponselnya. Grup himpunan tengah meributkan kehadiran yang terlalu sedikit untuk acara suporteran. 

"Badmood"

Eunbi berdecak kesal, mematikan data ponsel dan memasang earpods di telinganya untuk menonton drama di laptop. Ia hanya ingin menikmati waktunya sendiri. 

Entah kenapa akhir-akhir ini emosi Eunbi tidak bagus. Ia merasa tidak nyaman untuk berkumpul dengan yang lain. Tidak ingin datang ke tempat yang mana mengharuskannya berbincang dengan orang banyak. Hanya ingin sendiri dan menjauh dari dunia. Sempat terfikirkan olehnya apa mungkin semua karena rasa jenuh? Lelah dengan rutinitas? Tugas kuliah di semester 5 ini yang bertubi-tubi? Ikut 2 organisasi? Menjadi asisten dosen dan juga ketua pelaksana festival jurusan?

Sepertinya semua itu bercampur menjadi satu dan membuat Eunbi akhirnya lelah.

"Om wi hajoon, ajak nikah aku aja ayok dah om" ujarnya sembari menatap kegantengan om om jidatan di drama little women.

🌻🌻🌻

"Bete banget mukanya"

Eunbi melirik sekilas Dahyun yang baru saja duduk di sebelahnya.

"Masih pagi, biasa. Mood masih jelek" balas Eunbi kembali scroll twitter.

"Ntar ikut badminton?" tanya Eunbi tanpa mengalihkan mata dari ponsel.

"Gatau. Lo ikut?"

"Pengen. Ikut aja yok biar ada temen"

"Halah temen lo kan banyak"

"Siapa?"

"Ya temen-temen sekelas yang lain"

"Temen-temen lo juga kan berarti "

"Iya juga"

"Gimana sih"

"Kok lo nyolot?"

"Siapa yang nyolot"

"Lo"

"Diem lo anj capek gue ga ada tenaga debat pagi gajelas sama lo"

Dahyun terkekeh geli, merasa menang karena berhasil membuat Eunbi kesal.

"Bi"

"Eunbi"

"Eunbi budeg lo"

"Apa lagi sih. Bacot banget"

"Lo tau gak"

"Gak"

"Diem bege, belom kelar cerita gue"

"Yodah cepet deh gausah lama"

"Akhirnya gue jadian sama Renjun"

"Dih sukanya sama bocil"

"Beda setahun doang elah mana ada bocil. Udah 20 tahun juga"

"Sama aja bocil. Kok bisa sih lo pacaran sama yang lebih muda. Nanti bakalan kayak jagain adek sendiri"

"Lo tuh gatau, Bi. Walaupun lebih muda tapi dia dewasa. Udah baik, ganteng, sopan, pintar. Dedek gemes semakin di depan"

"Serah lo deh. Kalo gue sih gamau sama yang lebih muda"

"Emang ada cowok yang umurnya lebih tua suka sama lo?" tanya Dahyun dengan nada memancing keributan.

"Ga ada"

"Makannya gausah pilih-pilih"

"Bukan masalah gue pilih-pilih. Tapi emang ga ada yang suka sama gue. Se nggak menarik itu gue ya?"

Dahyun mengamati Eunbi dari kepala sampai ujung kaki.

"Cantik kok, badan lo juga bagus berisi di tempat yang tepat. Tapi jutek sama cuek banget sama orang. Gak nyadar?"

"Emang iya?"

"Iming ini?" kesal Dahyun dengan mata menatap sinis.

"Nggak ah, biasa aja. Emang ga ada yang suka gue" bela Eunbi kekeuh dengan pemikirannya membuat Dahyun hanya bisa menatap kesal temannya. 

🌻🌻🌻

"Bi"

"Hm"

"Ada yang liatin lo terus noh dari tadi"

"Siapa?"

"Gak kenal. Gue kasih tau tapi lo jangan langsung gerakin badan buat liat orangnya ya"

"Iya"

"Di meja kiri belakang lo. Anjing Eunbi malah noleh"

Dahyun langsung menutupi wajahnya dengan tangan begitu Eunbi membalikkan badan ke arah yang ditunjukkan.

Laki-laki yang sejak tadi menatap Eunbi tidak terkejut sama sekali. Justru tersenyum lebar ke arah Eunbi.

"Oh"

"Kok oh doang tanggapan lo?"

"Gak kenal juga gue. Dua hari yang lalu ketemu di tempat badminton, waktu lo gabisa ikut"

"Kayaknya dia suka sama lo deh"

"Mana ada"

"Dari tadi gak sengaja gue nangkep mata dia lagi liatin meja kita terus"

"Gausah aneh-aneh. Udah cepet lanjut makan lagi"

🌻🌻🌻

"Halo Kak"

Eunbi mendongak dan mendapati laki-laki yang ia temui di cafe beberapa hari lalu ada di depannya. Ia tidak tau namanya. Yang ia tahu laki-laki itu adalah teman sepupunya, Jeno.

Ia tersenyum dan balik menyapa orang itu.

Eunbi diam, menatap ponsel sembari menunggu antrean bayar di minimarket.

"Kenapa?" tanya Eunbi ketika orang di depannya terlihat mencari sesuatu di baju dan juga kantong saku.

"Lupa gak bawa dompet, pake qris bisa?"

"Maaf kak lagi eror"

"Bareng sama yang ini aja kak bayarnya" ucap Eunbi pada akhirnya.

"Kak gausah"

"Gapapa santai, ini gue bantuin temen Jeno"

"Makasih ya, kak"

"Hwang Eunbi" kata Eunbi memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Na Jaemin" ucap Jaemin menjabat tangan Eunbi dengan senang hati. "Makasih ya kak"

"Iya santai, gapapa. Ga perlu ngomong makasih terus. Itu gue utangin lo, jadi nanti balikin pake bunga 100%" canda Eunbi membuat Jaemin tersenyum.

"Boleh minta kontaknya kakak? Biar aku bisa ganti uang yang tadi"

"Gak usah diganti gapapa kok"

"Enggak enak kak"

"Gue kasih kontak tapi gausah ganti ya, sini mana hape lo"

Jaemin memberikan ponselnya.

"Kalo gitu kapan-kapan gue traktir makan Kak Eunbi aja ya. gak terima penolakan"

Eunbi ingin menolak tapi akhirnya mengangguk setuju.

"Gue duluan" pamit Eunbi sebelum berjalan ke arah motornya.

"Hati-hati kak" ucap Jaemin dibalas lambaian tangan Eunbi. 

Laki-laki itu tersenyum kecil menatap Eunbi dan motornya yang menghilang dari pandangannya.

🌻🌻🌻



Haiiii ada yang kangen book ini????





🌻🌻🌻

Hwang Eunbi with boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang