Jihoon

698 88 11
                                        

Hwang Eunbi, gadis yang lebih suka diberi julukan gadis pintar dibanding gadis cantik. Seorang mahasiswi semester 6 yang masih sibuk dengan dunia organisasi juga tugas kuliah yang semakin tidak manusiawi. 

Eunbi terkenal sebagai gadis social butterfly, memiliki banyak teman yang tersebar bahkan di fakultas yang berbeda darinya. Sosoknya yang terkenal ramah menjadikan orang-orang merasa nyaman untuk berteman. 

Selain memiliki banyak teman, banyak juga laki-laki yang secara diam-diam atau terang-terangan mengagumi kecantikannya. Namun, Eunbi entah tidak peka atau pura-pura tidak peka dengan sekitar hanya bersikap biasa saja. Beberapa kali ada yang nekat menyatakan perasaan kepada Eunbi langsung ia tolak dan menyarankan mereka menjalin pertemanan saja. Kendati mengetahui Eunbi selalu menolak, masih ada saja laki-laki yang nekat mendekatinya. 


🌻🌻🌻


"Gue angkat telepon dulu ya" izin Eunbi kepada anggota BEM lain ketika mereka sudah selesai rapat rutin. 

"Kenapa?"

"......"

"Nggak bisa, aku sibuk"

"......"

"Hmm"

"Pokoknya sempetin buat dateng. Ini acara penting jadi ayah mau kamu ada di sini"

"Aku gabisa, yah. Udah ayah jalanin acaranya kayak biasa, anggep aku nggak ada"

"HWANG EUNBI. AYAH NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU HAL NGGAK SOPAN KAYAK GINI. SIAPA YANG NGAJARIN KAMU? IBU? INI ACARA PERNIKAHAN AYAH. KAMU HARUS DATENG."

Eunbi memejamkan mata terkejut dengan bentakan orang di seberang telepon. Jantungnya tiba-tiba terasa seperti diremas kencang, begitu nyeri. Ia menarik napas panjang sebelum kembali bicara.

"STOP, YAH" teriak Eunbi dengan napas memburu, sudah tidak tahan lagi. "Cukup bawa-bawa ibu di pembicaraan kita. Itu pernikahan ayah. Aku sibuk. Banyak tugas. Buat apa aku dateng? Toh nanti malah buat suasana jadi canggung. Aku gak paham kenapa ayah sebegitu maksa aku buat hidup bareng ayah setelah pisah sama ibu. Padahal ayah juga nggak peduli sama aku. Nggak pernah ngasih perhatian buat aku. Ayah cuma mau menang dari ibu iya kan? Dengan bisa bawa aku bareng ayah, ayah jadi merasa bisa ngalahin ibu? AKU CAPEK YAH. Aku capek jadi barang rebutan. Ayah nggak pernah sayang sama aku. Aku benci ayah. Nggak usah hubungin aku lagi. Semoga ayah bahagia sama keluarga baru ayah"

Selesai menutup telepon, tubuh Eunbi langsung meluruh ke tanah. Ia jatuh terduduk dengan tubuh lemas dan air mata mulai mengalir deras dari kedua matanya. Rasa sesak yang sudah biasa ia rasakan sejak tahun akhir Sekolah Menengah Pertama lagi-lagi berhasil menggerogoti hatinya. Kedua tangannya terangkat, menutupi wajah sekaligus meredam isak tangisnya. 

Sebuah jaket tiba-tiba menutup kepala Eunbi. 

Eunbi agak berjengit kaget, mendongak dan menemukan adik tingkat yang satu divisi dengannya tengah setengah menunduk menatapnya. Tangannya bergerak menyingkirkan jaket itu, tapi ditahan oleh laki-laki di depannya yang tengah menatapnya.

"Pake dulu aja kak, biar nggak ada yang tau kakak lagi nangis. Gue temenin di sini ya"

Eunbi hanya diam, memutus kontak mata lalu kembali menunduk dalam sampai surai rambut hitamnya menutupi wajah. Suara isakan kembali terdengar. Isakan tertahan yang terdengar amat memilukan hati.

"Kak Eunbi gapapa nangis, gak usah di tahan. Biar lega"

"Kalo kak Eunbi butuh sandaran, ada gue di sini" ucap Jihoon lembut sembari membawa kepala Eunbi menyender pada lengan kirinya. Tangan laki-laki itu menepuk-nepuk pelan lengan Eunbi yang mulai terisak makin kencang. 

Hwang Eunbi with boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang