Part 4

6.8K 427 49
                                    

Part 4


Sesosok berwajah cantik tampak meringkuk dalam pelukan hangat selimut. Dengan mata terpejam, tangannya meraba-raba ke atas nakas. Setelah menemukan apa yang dicari, yakni remote AC, mata gadis itu sedikit terbuka, lalu menekan tombol off.

Gadis cantik itu kembali memejam. Untuk sesaat tak melakukan apa pun selain menikmati kantuk yang masih enggan meninggalkannya.

Setelah cukup lama waktu berlalu, gadis bernama Isabella Gracelina itu membuka mata perlahan-lahan. Warna putih dari langit-lagit kamar menghiasi pandangannya.

Lalu Isabella menyibak selimut dan menoleh ke arah jendela dengan mata sedikit dipicingkan. Tadi malam ia tidur tanpa menutup gorden. Sulur-sulur cahaya matahari masuk melalui jendela berteralis. Jam dinding menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh dua menit.

Tanpa sadar Isabella menyeringai masam.

Setelah diperintah Dominic malam itu, tukang datang mengukur jendela, lalu siangnya memasang teralis.

Kini, tiga hari sudah berlalu.

Isabella bak burung di sangkar emas. Memiliki tempat tinggal indah, makanan enak, tapi tidak mendapatkan kebebasan.

Isabella bangkit dan duduk di bibir ranjang, menghadap jendela. Tanpa sadar memuntir ujung piama yang ia kenakan.

Tiga hari lalu Bi Lastri mengantar pakaian baru padanya, dari pakaian dalam, gaun sederhana yang nyaman dipakai di rumah, celana jins pendek, kaus oblong, juga gaun tidur dan piama. Semuanya cocok dengan ukurannya. Selain pakaian, ada juga pembalut.

Bi Lastri rutin mengantar makanan untuknya dari pagi, siang dan malam, bahkan ada camilan berupa cake dan biskuit untuknya.

Bi Lastri sangat baik, sayang, perempuan awal empat puluh bertubuh kurus itu tidak bisa diajak kerjasama. Beberapa kali Isabella mencoba meminta tolong, ingin meminjam ponsel agar bisa menghubungi polisi, tapi Bi Lastri menjawab tak punya ponsel.

Sejujurnya Isabella tak percaya dengan jawaban itu. Zaman canggih begini, bagaimana mungkin ada yang tidak punya ponsel? Apalagi untuk perempuan yang masih tergolong muda seperti Bi Lastri. Akan tetapi apa lagi yang bisa ia lakukan, selain hanya pasrah? Ia tak mungkin bisa melarikan diri. Penjagaan di luar kamarnya sangat ketat.

Dua penjaga yang Isabella tahu bernama Setyo dan Damar sepertinya siaga sepanjang waktu.

Isabella menghela napas panjang

Sampai kapan ia akan dikurung seperti ini?

Isabella yakin Dominic pasti gila. Jika tidak, bagaimana mungkin pria itu menyebutnya Katerine dan menuduhnya mencuri berlian? Mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Mereka tidak saling kenal. Bagaimana caranya ia mencuri berlian pria itu?

Sekali lagi Isabella menghela napas panjang, lalu beranjak meninggalkan ranjang, berjalan menuju kamar mandi.

***

Usai sarapan Dominic berpamitan pada kedua orangtuanya, lalu meninggalkan rumah. Sebelum ke kantor, ia berencana mampir ke rumah mewah miliknya di mana Isabella ditawan.

Tiga hari sudah berlalu, Dominic harap akal sehat Isabella sudah kembali dan akhirnya gadis itu mau membuka mulut, mengatakan di mana ia menyembunyikan berlian tersebut.

Kesabaran Dominic sudah habis. Jika Isabella tidak juga mau membuka mulut, satu-satunya cara, ia terpaksa menyiksanya sampai gadis itu menyerah. Karena untuk melaporkan Isabella kepada polisi, Dominic sama sekali tidak memiliki bukti.

Begitu tiba di rumah mewahnya, Dominic langsung ke kamar Isabella. Ia masuk dan menutup pintu, sementara Setyo dan Damar berjaga di luar.

Tampak Isabella berdiri di dekat jendela. Sepertinya gadis itu baru selesai sarapan karena Dominic melihat piring kosong di meja sofa.

Over PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang