9

4.8K 275 18
                                    

hai teman2

dari kemarin2 mau update, liat vote dan komen sepi, jadinya di hold. masih menunggu pada vote dan komen. makasih buat yg ngevote dan komen.


Part 9

Bekas air mata di sudut mata Isabella benar-benar mengganggu Dominic. Batinnya berperang.

Satu sisi ia merasa apa yang dialami Isabella saat ini memang pantas diterima gadis itu, sebagai pelajaran bahwa mencuri dari Dominic akan membuat hidupnya menderita. Namun sisi lain, Dominic merasa kasihan.

Akhirnya, sisi baik Dominic mengalahkan sisi gelapnya. Ia pun berjalan mendekati tempat tidur, lalu duduk di bibir ranjang dan memandang wajah cantik Isabella yang polos bak bayi tanpa dosa saat terlelap.

Tanpa sadar tangan Dominic terulur, mengelus pipi Isabella, lalu jarinya mengusap air mata di sudut mata gadis itu.

Perlahan-lahan kelopak mata Isabella bergerak. Gadis itu membuka mata.

Dominic tak sempat menarik tangannya dan bergerak menjauh. Mata keduanya bersitatap dalam temaram cahaya kamar.

"Dominic ...."

Suara Isabella serak, membangkitkan sesuatu yang liar dalam diri Dominic.

Dominic menarik tangannya, tapi ditahan oleh Isabella. Tangan gadis itu mencengkeram ringan pergelangan Dominic.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Isabella dengan suara pelan dan serak.

"Aku ...," Dominic tidak melanjutkan kata-katanya. Selama ini ia tidak pernah kehabisan kata-kata. Namun kali ini, semua kosakata dalam batinnya menguap tanpa bekas. Kecerdasan otaknya tiba-tiba buntu.

Melihat Dominic yang kebingungan, cengkeraman Isabella berubah menjadi elusan.
"Apa kau menginginkanku, Dom?"

Dominic menarik tangannya hingga kontak fisik mereka berakhir. "Apa yang kau bicarakan?! Jangan mengawur!" Dominic bersiap berdiri.

Isabella dengan cepat bangkit dan kembali meraih pergelangan Dominic. "Asal kau tahu, aku juga menginginkanmu."

Tanpa basa-basi Isabella merapatkan diri pada Dominic. Kedua tangannya terulur, menangkup wajah Dominic, lalu bibirnya menyentuh bibir pria itu.

Dominic terpaku.

Ia belum pernah berciuman sebelumnya. Mungkin ini terdengar gila. Ia sudah berusia tiga puluh tahun, kaya raya, berwajah tampan dan bertubuh gagah, tapi sama sekali tak berpengalaman dengan wanita.

Bibir Isabella merayu lembut bibir Dominic.

Meski tak berpengalaman, Dominic akhirnya membalas ciuman itu dengan kaku.

Perlahan, ciuman keduanya berubah menjadi panas dan liar. Tangan Isabella meraba bahu dan dada Dominic, memicu api gairah kian membara.

Tangan Dominic mulai bergerak mengelus punggung Isabella, lalu turun ke pinggang. Turun semakin ke bawah dan berhenti di bokong bulat dan kencang gadis itu. Dominic mengelus-elus bokong Isabella dengan penuh hasrat.

Bibir keduanya sesekali menjauh, untuk menghirup oksigen, lalu kembali menyatu dan bertaut dengan liar.

Dominic merasakan seluruh darahnya menderu-deru ke bawah pusar. Celananya dalam sekejap menyempit.

Tak bisa lagi menahan diri, Dominic membaringkan Isabella ke ranjang. Lalu ia kembali melumat bibir gadis itu, sementara tangannya kini bermain di dada Isabella.

Dominic terkejut mendapati Isabella tidak mengenakan bra. Ah, Dominic ingat pernah membaca artikel tentang kesehatan payudara tidak memakai bra.

Payudara Isabella besar dan kencang, nyaris tak muat di tangan Dominic. Di balik piama yang gadis itu kenakan, Dominic bisa merasakan puncaknya yang tidak terlalu besar tapi begitu tegang dan keras.

Over PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang