Part 11

5.1K 279 11
                                    

maaf baru sempat update. kemarin-kemarin sibuk banget. met baca. moga suka. jangan lupa vote dan komen ya. makasih.


Part 11

Hujan yang mengguyur bumi sejak menjelang siang, perlahan-lahan mulai mereda. Di ruang kerjanya, Dominic menikmati makan siang yang dimasak oleh Isabella. Ini kali kedua ia makan masakan gadis itu, dan selalu membuatnya berdecak puas. Masakan Isabella sangat lezat.

Dominic selesai makan. Ia meraih serbet, mengelap mulut, lalu meneguk air putih.

Sekali-kala, di sela kesibukannya, Dominic pernah terpikir, usianya terus bertambah dan pada akhirnya ia harus segera mencari pasangan dan berumah tangga—itulah alasan ia merespons pendekatan Katerine. Dominic belum pernah bertemu dengan wanita yang mampu membuatnya jatuh cinta, tapi satu hal yang pasti, ia ingin wanita yang pintar memasak untuk menjadi istrinya kelak.

Mungkin ini terdengar konyol. Ia kaya raya, bisa mempekerjakan juru masak terkenal. Sayangnya, sehari-hari Dominic lebih suka makan masakan dari orang yang ia sayangi, yang memasak dengan cinta. Dominic ingin wanita seperti ibunya, yang memilih memasak sendiri untuk suami dan anak-anaknya. Tentu saja dalam persiapan memasak seperti membersihkan ikan dan sayur, ibunya dibantu oleh asisten rumah tangga.

Dominic selalu kagum pada ibunya. Di mata orang lain, Kirana Jovano mungkin hanya seorang ibu rumah tangga biasa, tapi di mata sang suami dan anak-anak, dia sangatlah luar biasa. Kirana lembut, sabar dan penyayang. Kelak, Dominic berharap ia mendapat pasangan yang memiliki sifat seperti ibunya.

Wajah Isabella tiba-tiba melintas di benak Dominic. Gadis itu sangat berbeda dengan ibu Dominic. Isabella jenis pembakang dan licik, bisa dilihat bagaimana ia menipu dan mencuri berlian Dominic.

Dominic menggeleng. Mengapa ia memikirkan gadis itu? Isabella jelas tak akan menjadi istrinya. Dominic tak suka dengan gadis yang gemar berbohong dan mencuri, yang pastinya akan menimbulkan masalah di mana-mana. Dominic berdiri, lalu bergerak meninggalkan ruang kerjanya. Lavanya yang baru kembali dari makan siang, menyapa Dominic.

Dominic mengangguk sekilas dan terus berjalan, sementara Lavanya pergi ke ruangan Dominic untuk membereskan sisa makan siang sang atasan.

Sepanjang jalan, ia bertemu staf-stafnya yang dengan hormat menyapa. Dominic terus melangkah. Ia baru berhenti saat tiba di hadapan mobilnya yang terparkir rapi di beranda kantornya. Udara terasa sejuk dan lembap selepas hujan. Tangan Dominic yang sedang memegang gagang pintu mobil seketika mengejang. Dominic mematung ketika sadar ke mana ia akan pergi.

Apa yang ia lakukan? tanya Dominic bingung dalam hati. Mengapa ia ingin pergi menemui Isabella?

Lama Dominic mematung dengan batin yang berperang dalam kebingungan. Sampai akhirnya tangannya bergerak membuka pintu mobil, dan ia melangkah masuk.

***

Hujan yang turun dengan lebatnya dan telah reda, menyisakan udara yang sejuk dan lembap. Isabella berbaring di ranjang dengan mata memejam. Angin segar berembus masuk melalui jendela yang dibuka. Isabella tidak menyalakan AC.

Hari ini Isabella belum membersihkan rumah. Ia teramat lelah. Selesai mengurus kebun bunga tadi pagi, ia memasak. Sangat banyak. Belum pernah seumur hidup Isabella memasak sebanyak itu. Meski memasak atas paksaan Dominic, tak urung, di dalam hati Isabella berharap masakannya tidak mengecewakan Dominic dan keluarganya. Tadi Isabella menyiapkan satu rantangan empat tingkat untuk diantarkan ke kantor Dominic, dan dua rantangan untuk keluarga pria itu.

Sekarang, Isabella ingin tidur sejenak dan berharap saat bangun nanti, ia sudah segar dan siap membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam keluarga Dominic.

Over PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang