Part 6
Dominic melangkah keluar dari mobil sport mewahnya yang terparkir rapi di halaman. Angin sepoi-sepoi yang berembus sejuk menyapanya.
Sembari memasukkan kunci mobil ke saku celana jins, Dominic berjalan menuju rumah. Besar harapan di dalam hatinya, malam ini Isabella akan mengatakan di mana berlian itu disembunyikan.
Dominic langsung menuju kamar Isabella. Gadis itu sedang duduk di bibir ranjang, tampak melamun. Namun ketika mendengar pintu terbuka, gadis itu mendongak. Melihat Dominic, Isabella langsung berdiri dan menyongsongnya.
Dominic mengulum seringai. Isabella pasti akan berkata jujur. Gadis itu tidak bodoh. Tentunya dia tak mau menjadi pelacur, bukan?
"Selamat malam, Isabella," sapa Dominic sedikit sinis sembari menatap gadis yang berdiri di depannya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ada jarak sekitar dua meter membentang di antara mereka.
Malam ini Isabella mengenakan celana longgar sebetis dan kaus oblong. Ah, Dominic ingat, ini pakaian yang sama ketika pertama kali gadis itu dibawa ke rumahnya. Apakah Isabella berpikir malam ini ia akan dibebaskan?
Tentu Dominic akan melepaskannya, asalkan berliannya dikembalikan. Meski Dominic dongkol waktu dan pikirannya terkuras sia-sia karena ulah gadis itu, tapi Dominic mau berbaik hati tak lagi memperpanjang masalah ini. Setiap hari ada banyak pekerjaan dan urusan menunggunya.
Isabella tampak gugup. Gadis itu menjilat bibir. Mata Dominic nyaris tak berkedip mengikuti gerakan itu. Ada desir aneh menjalar ke seluruh saraf di tubuh Dominic. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tentu Dominic lelaki normal, hanya saja selama ini Dominic tak pernah benar-benar memperhatikan lawan jenis dan dekat dengan mereka. Ia terlalu sibuk bekerja.
Ah, ia sempat cukup dekat dengan Isabella yang menyamar menjadi Katerine, tapi waktu itu Dominic tak merasakan getar seperti yang ia rasakan saat ini.
"Dominic ...," sapa Isabella ragu.
"Apa kau sudah memikirkannya?"
"Ya."
Tanpa sadar Dominic menyeringai samar. Ia lega. Sebentar lagi berlian itu akan kembalikan ke tangannya dan ia bisa hidup normal lagi tanpa direpotkan dengan masalah sialan ini.
"Jadi di mana berlian itu, Isabella?" tanya Dominic tak sabar. "Kau tak perlu khawatir aku akan menyerahkanmu ke polisi. Begitu berlian itu kembali ke tanganku, kau bebas. Anggap kita tak pernah saling mengenal sebelumnya."
Isabella mereguk ludah.
Dominic melihat leher bagian tenggorokan gadis itu bergerak dan seketika mengerut kening. Kenapa Isabella sepertinya sangat gugup dan gelisah? "Apa kau tak percaya dengan kata-kataku? Aku laki-laki sejati. Aku benar-benar takkan mempermasalahkan ini lagi begitu aku mendapatkan kembali berlianku. Seperti kataku tadi, anggap kita tak pernah bertemu sebelumnya. Tak pernah saling mengenal."
Isabella menjalin jari-jemari dengan gelisah.
Alis Dominic terangkat semakin tinggi.
"Berlian itu ..., hilang ...," ucap Isabella pelan.
Mata Dominic membesar, lalu ia mengumpat pelan dan melangkah maju. Dengan cepat tangannya terangkat dan mencengkeram kuat dagu Isabella.
Tidak seperti sebelumnya yang melawan dan berusaha melepaskan diri, kali ini, meski meringis dan merasa sakit akibat cengkeram Dominic, Isabella hanya pasrah.
"Jangan main-main denganku, jalang!" desis Dominic marah. "Katakan, di mana berlian itu kau sembunyikan??"
"Hi..lang," jawab Isabella terputus-putus.
