PART 23

4K 182 8
                                        

halo teman2, SELAMAT TAHUN BARU 2024!

btw, di tahun baru ini, aku punya good news buat semua yang udah menunggu PDF OVER POSSESSIVE.

yes! benar! PDF OVER POSSESSIVE (versi completed) SUDAH TERSEDIA!

ekslusif  hanya bisa diorder di WA Evathink 08125517788! (jadi TIDAK ADA EBOOK DI PLAYBUKU, ATAU KARYA KARSA. HANYA ADA PDF YANG BISA DI ORDER DI WA EVATHINK!)

untuk yang beli PDF, wajib baca dari awal yah, ada beberapa revisi saat edit ulang.

yang berminat, cus wa aku yah, ditunggu.

oh ya, CERITA INI TETAP DILANJUTKAN DI WATTPAD SAMPAI TAMAT, yang gak beli PDF, tetap ikuti yah!


PART 23

Isabella memandang langit-langit kamar yang tak asing lagi di matanya. Kamar luas, dengan interior modern dan mewah, juga ranjang yang sangat empuk, tapi sama sekali tak mampu membangkit rasa bahagia. Inilah tempat ia ditawan, untuk kedua kalinya.

Rasa sedih memenuhi dada Isabella. Ia merutuki kebodohannya. Seharusnya Isabella berlari lebih jauh, bersembunyi di tempat yang lebih aman. Bagaimana mungkin ia berpikir Dominic seidiot itu, akan melepaskannya begitu saja?

Bagi Dominic, Isabella tawanan seharga 550 milyar. Tentu saja pria itu akan melakukan berbagai cara agar Isabella tetap berada dalam jangkauannya. Isabella tidak tahu bagaimana cara Dominic menemukannya, tapi pria itu benar-benar menyebalkan.

Seandainya Isabella mengikuti saran Daysi melaporkan Dominic ke polisi, mungkin saat ini ia masih bebas. Namun Isabella benar-benar takut dengan risikonya. Dominic bukan pria biasa. Meski belum mengenalnya lebih dalam, tapi Isabella yakin pria itu tidak akan tinggal diam jika disudutkan. Mungkin saja di kepolisian, Isabella tidak terbukti mencuri berlian pria itu, tapi karena Dominic yakin Isabella yang mencuri—apalagi karena Isabella berani melibatkan polisi, tentunya dia akan membalas Isabella dengan lebih kejam.

Isabella menghela napas panjang. Kini, berada dalam cengkeraman Dominic lagi, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Dominic pasti semakin ketat mengawasinya. Pengawal yang baru juga tampak tak seramah Damar dan Setyo. Wajah keduanya bukan hanya sangar, tapi sangat dingin dan kaku.

Isabella memejam. Mencoba untuk lelap. Namun kekhawatiran memenuhi benaknya, membuat kantuk sungguh jauh dari jangkauan.

Akhirnya Isabella bangkit dan duduk di bibir ranjang dengan kaki menjuntai. Sepertinya tidak ada apa yang bisa ia lakukan lagi selain pasrah mengikuti keinginan Dominic. Disuruh menjadi koki, menjadi kekasih pura-pura, lalu setelah ini entah apa lagi.

***

Dominic menyesap anggurnya dengan nikmat, lalu memandang gelas kristal yang ia letak kembali ke atas meja dengan mata berbinar. Senyum samar melengkung di bibirnya.

"Kau tampak senang."

Dominic menoleh pada sang sahabat yang duduk di seberangnya. Malam ini mereka berdua minum-minum di salah satu bar elite milik Xavier.

"Apa kau sudah mendapatkan kembali berlian itu?"

Dominic menggeleng.

"Jadi, apa yang membuatmu bahagia?"

Dominic menyeringai. "Aku senang membuat gadis itu paham, bahwa kabur dariku adalah perbuatan sia-sia."

"Ahh ...." Xavier mengangguk-angguk. "Kau senang menjadi kucing yang bermain-main dengan tikus."

Dominic terbahak.

Alis Xavier terangkat. Pria itu menatap sahabatnya dengan heran.

Dominic tersadar oleh tatapan Xavier, tapi ia tidak berkata apa-apa. Mungkin Xavier heran karena selama ini Dominic cenderung dingin dan kaku, nyaris tak pernah tergelak. Dominic sendiri tidak mengerti mengapa malam ini ia merasa sangat senang. Mungkin karena rindu yang diam-diam membelenggunya selama dua hari sejak berpisah dengan Isabella, tertuntaskan setelah bertemu dengan gadis itu. Atau mungkin puas membuat Isabella kembali ke cengkeramannya dan membuat gadis itu sadar bahwa dia milik Dominic. Isabella bahkan tidak punya kendali atas hidupnya sendiri. Dominic-lah pengedalinya. Isabella miliknya.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang