PROLOG

14.2K 535 53
                                    


yuhuuu

ini dia ceritanya teman2

jangan lupa tinggalkan jajak berupa vote dan komen baper!

note: EYD dan typo belum diedit ya. harap maklum. semoga menikmati!


Prolog


Mobil SUV berwarna putih milik Dominic Axelle Jovano berhenti di pinggir jalan sebuah rumah mungil di kompleks perumahan kelas menengah. Rumah tipe 36 bergaya minimalis yang terletak di tengah kota Surabaya itu tampak bersih dan rapi.

Dominic melangkah keluar dari mobil mewahnya. Angin senja yang berembus sepoi-sepoi seketika menyapa tubuhnya yang berbalut setelan jas tiga potong. Rambutnya yang tadi tersisir rapi, seketika menjadi sedikit berantakan.

Pria berusia tiga puluh dengan tinggi 177 senti dan berat ideal itu pun menyugar rambut lebat berwarna gelapnya. Meski sisiran jarinya tak mampu merapikan kembali seperti semula, tapi membuatnya terlihat semakin tampan.

Dominic melangkah menuju rumah mungil tersebut dengan santai. Tiba di depan pintu rumah, ia pun menekan bel.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Tampak seorang gadis berparas cantik dengan tinggi tubuh sekitar 160 senti.

"Dominic, kau datang lebih cepat!" sambut gadis itu semringah. Ia berjinjit lalu mengecup sekilas pipi Dominic.

Dominic yang berpembawaan kaku, hanya menyeringai tipis, sangat samar. "Aku tak mau membuatmu menunggu, Kate," kata Dominic saat gadis itu menarik diri dan berdiri di depannya dengan kepala sedikit mendongak untuk menatapnya yang lebih tinggi. "Lagi pula, aku tak mau kita terlambat. Ini makan malam istimewa."

"Tentu. Aku sudah siap. Sebentar." Gadis bernama Katerine Emillio itu berbalik, meraih tas berjenama dari meja ruang tamu, lalu mengenakan sepatu berhak tinggi berwarna putih, senada dengan warna gaunnya.

Sepasang mata beriris hitam pekat milik Dominic memperhatikan semua gerakan itu.

Katerine berusia 22 tahun, delapan tahun lebih muda dari Dominic. Mereka berkenalan di pesta yang diselengarakan oleh relasi Dominic bulan lalu. Waktu itu Katerine tanpa sengaja menumpahkan minuman ke jas Dominic.

Dominic sebal jas mahalnya ternoda, tapi ia tidak tega memarahi gadis cantik yang tampak panik dan terus meminta maaf sambil mengelap bekas tumpahan minuman tersebut dengan tisu yang diambil dari tas mungilnya.

Sejak perkenalan mereka yang tak disengaja itu, si gadis intens mendekati Dominic.

Awalnya Dominic tak acuh. Namun Katerine tak pernah putus asa mengejarnya. Akhirnya, dua minggu lalu, mereka resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Sebenarnya, Katerine-lah yang memintanya menjadi kekasihnya.

Bukan berarti Dominic akan menerima semua gadis yang ingin menjadi kekasihnya. Selama ini ia selalu menolak pendekatan dari semua gadis dan hanya fokus bekerja, mengembangkan sayap-sayap bisnisnya.

Lalu apa yang membedakan Katerine dengan gadis-gadis lainnya sehingga Dominic menerimanya?

Bukan karena Dominic jatuh cintanya padanya. Bukan juga disebabkan Katerine tercantik di antara mereka semua. Akan tetapi Dominic pikir ia harus mencoba membuka hati yang telah tertutup lebih dari sepuluh tahun, dan sejauh ini Katerine cukup mendapat penilaian positif darinya. Gadis itu bukan hanya cantik, tapi juga asyik diajak mengobrol.

"Ayo."

Seruan singkat bernada lembut itu membuyarkan lamunan Dominic. Ia pun mengangguk dan meraih pinggang Katerine, merangkulnya keluar dari rumah, lalu mengunci pintu.

Over PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang