Part 3

7.3K 425 32
                                    


hai, teman2, maaf baru sempat update. btw, cerita ini sudah tersedia di karya karsa. kunci bab, tapi tetap kok dilanjutkan di wattpad. karya karsa khusus untuk yang ingin mendukung aku secara materi, kalo yang mau baca gratis di wattpad, tentu boleh, dukung aku dengan vote dan komen2. sekali lagi aku katakan, tetap dilanjutkan di Wattpad. ok, teman2?


note: typo dan EYD belum diperbaiki ya.

Part 3


Isabella berbaring terlentang dengan mata menatap lekat langit-langit kamar. Sudah berjam-jam mencoba untuk tidur, tapi ia tak mampu memicingkan mata. Otaknya sibuk berkerja, memikirkan apa yang harus dilakukan.

Perutnya berbunyi.

Isabella mengusap perut yang terasa lapar. Akhirnya ia bangkit dan berjalan menuju meja tempat nampan berisi makanan untuknya tadi diletakkan.

Isabella duduk di sofa, menatap makanan yang tampak sudah dingin itu. Rasanya pasti sudah tidak enak, tapi mau tidak mau ia harus menyantapnya, atau ia akan kelaparan sepanjang malam. Sudah cukup buruk ia diculik oleh orang asing yang menuduhnya macam-macam, jangan sampai ia jatuh sakit.

Meski tak berselera, Isabella pun makan. Makanan tersebut sudah dingin, tapi tak bisa dimungkiri, masih terasa enak.

Hampir sepuluh menit kemudian, Isabella pun selesai makan, ia meraih gelas berisi air putih, meneguknya, lalu mengambil tisu dari atas meja dan mengelap mulut.

Setelah itu Isabella berjalan menuju balkon. Tiba di balkon, Isabella memandang ke sekitar. Malam begitu hening.

Lalu mata Isabella terhenti pada pos sekuriti. Tampak hanya ada satu penjaga di sana. Ke mana sekuriti yang satu lagi? Mungkinkah hanya satu sekuriti yang bertugas di tengah malam? Atau yang satunya sedang entah ke mana.

Apa pun itu, harapan seketika mekar di dada Isabella. Jika ia bisa keluar dari kamar, mungkin ia bisa melarikan diri. Ia bisa mencoba mengecoh sekuriti yang berjaga, lalu melarikan diri.

Tak ada salahnya mencoba daripada hanya pasrah menerima nasib, bukan?

Sebuah ide dengan cepat melintas di benak Isabella. Ia pun berlari kecil menuju kamar, dengan tangkas menarik selimut dan seprei lalu mengikat keduanya menjadi satu.

Setelah itu Isabella berjalan cepat ke balkon, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara berisik yang akan menarik perhatian.

Dengan semangat membara, tapi juga rasa cemas takut ketahuan, Isabella mengikat seprei dan selimut yang sudah menyambung menjadi satu ke teralis balkon, lalu pelan-pelan melemparnya ke bawah. Selimut dan seprei tersebut tampak menjuntai, hanya sampai separuh.

Dengan jantung berdegup kencang, Isabella bersiap-siap memanjat teralis sambil memegang erat seprei.

***

Selesai makan malam bersama Xavier dan mengobrol sejenak, Dominic meninggalkan restoran dan memicu mobilnya menuju rumah mewahnya, di mana ia menawan Isabella.

Mobil sport mewah berwarna merah milik Dominic melenggang masuk ke halaman rumahnya.

Dominic menginjak rem dengan mata yang melebar menatap balkon kamar di mana Isabella ditawan. Tampak sesosok langsing bersiap turun dari balkon dengan kain yang menjuntai dari teralis.

Dominic dengan cepat keluar dari mobil, lalu berteriak. "Setyo! Damar!"

Mendengar teriakan Dominic, kedua sekuriti yang bertugas malam itu, Adi yang sedang meronda ke halaman belakang, dan Arto yang berjaga di pos, segera berlari menujunya.

Over PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang