Menjelang tengah malam. Persis sebelum kedua jarum jam berhimpitan menunjuk angka dua belas. Waktu ketika semua orang telah masuk ke alam mimpi.
Malam ini sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya. Badai sedang melanda di luar, setelah satu hari penuh hujan membasahi kota Seoul. Malam yang biasanya dingin, menjadi semakin dingin.
"Nghh..." Suara keributan yang dihasilkan oleh badai berhasil mengusik Kim Lalisa yang sedang tertidur. Terbangun untuk kesekian kalinya dalam beberapa jam terakhir.
Selain terganggu oleh suara keributan badai disertai petir, kondisi tubuh yang jauh dari kata normal juga membuat anak perempuan berusia sepuluh tahun itu sulit terlelap.
"Ssshh..." Lisa berdesis pelan. Mulai menyadari kenaikan suhu tubuhnya yang begitu drastis.
Bahkan ketika Lisa menghela napas, udara yang keluar dari hidungnya ikut terasa panas saat menerpa permukaan kulit. Anak perempuan itu menggigit bibir. Tidak menyangka jika akan berakhir seperti ini.
Kepala Lisa tertoleh ke sisi lain dari tempat tidur. Kedua mata bundar Lisa menatap seseorang yang tidur disebelahnya.
Beberapa saat Lisa masih terdiam memandangi wajah damai sang kakak kembar yang tidur begitu lelap. Dalam hati Lisa tidak tega membangunkan Chaeyoung. Akan tetapi, dia tidak ada pilihan lain, hanya Chaeyoung satu-satunya orang yang berada di dekatnya.
Dengan sisa-sisa tenaganya, Lisa beringsut mendekati Chaeyoung. Salah satu tangannya menarik-narik piyama yang dikenakan oleh kakak kembarnya itu. Berusaha membuatnya terbangun.
"Chaeyoung-ah..." Panggil Lisa lemah. Suaranya terdengar serak. Tenggorokannya terasa kering akibat dari suhu tubuh yang melewati batas normal.
Panggilan lemah itu tidak berdampak banyak pada Chaeyoung. Dia bergeming. Kedua matanya masih terpejam. Sama sekali tidak terusik oleh pergerakan Lisa yang menarik-narik piyamanya.
Lisa menghela napas, hanya kembali membuatnya merasakan betapa panasnya udara yang keluar dari hidungnya. Kali ini Lisa semakin merapat ke arah Chaeyoung. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum berhasil membangunkan sosok yang hanya terpaut beberapa menit lebih tua darinya itu.
"Chaeyoung-eonnie!" Lisa meninggikan volume suaranya, walaupun tetap kalah oleh suara badai. Tangan yang tadi menarik piyama milik Chaeyoung, sekarang beralih menepuk pelan pipi chubby milik kakak kembarnya.
"Nghh..." Usaha Lisa tidak berujung sia-sia. Kedua alis Chaeyoung berkerut, menandakan jika dia akan segera terbangun.
"Eonnie, bangun..."
Chaeyoung menggeliat. Perlahan-lahan kedua matanya terbuka, walau hanya separuh. "Waeyo... Lili-ya?..."
Mulut Lisa terbuka, bersiap menjelaskan kondisi tubuhnya kepada Chaeyoung, tetapi kembali tertutup setelahnya. Lisa diam membisu. Bingung harus mulai darimana.
"Lili-ya..." Chaeyoung mulai terbangun sepenuhnya. Lisa tidak kunjung memberi jawaban dan itu membuat Chaeyoung heran.
Meski adik kembarnya itu memiliki kebiasaan yaitu sering mengganggunya ketika tidur, tetapi Lisa tidak pernah melakukannya pada malam hari. Lisa hanya akan mengganggu Chaeyoung ketika dirinya sedang tidur siang.
Jika Lisa membangunkannya pada tengah malam seperti ini, pasti terjadi sesuatu hal yang mendesak atau penting.
"Lili-ya, kenapa hanya diam--" Kedua pupil mata Chaeyoung melebar sempurna. Sentuhan yang tidak sengaja dia buat ketika menyentuh pipi Lisa membuat Chaeyoung termangu.
Apa yang barusan dia sentuh tadi? Kenapa terasa sangat panas sekali?
Chaeyoung segera bangkit dari tidurnya. Menghidupkan lampu tidur yang berada di atas nakas. Walau tidak begitu terang, tetapi cukup bagi Chaeyoung untuk melihat keberadaan Lisa secara jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...