16. Found You

1.6K 274 132
                                    

"A-apa... Apakah kau tidak mengenaliku lagi, Lili-ya?"

Pertanyaan Rosé memunculkan kerutan pada dahi Lalice. Berbagai pertanyaan muncul dalam kepala gadis berkacamata itu. Mereka baru saja bertemu kemarin untuk pertama kalinya. Tidak mungkin Lalice lupa begitu saja.

"A-apa maksudmu?..." Lalice menatap bingung Rosé yang berdiri berhadapan dengannya.

Wajah datar Rosé berubah menjadi lembut. Soloist terkenal itu tertawa pelan, menggelengkan kepalanya. "Apa karena pergi terlalu lama kau tidak mengenali kakak kembarmu lagi, eoh?"

"M-mwo?..." Kedua mata cokelat Lalice bergetar. Tanpa diharapkan, tiba-tiba kepala Lalice kembali berdenyut. Meski tidak separah yang kemarin, tetapi itu cukup mengganggu. Mengepalkan tangannya erat, Lalice mencoba menghiraukan rasa sakit tersebut.

"A-aku... Aku tidak tahu apa yang--"

"Lisa-ya," Potong Rosé, sama sekali tidak mengizinkan Lalice berbicara. Meraih tangan gadis berkacamata itu dan menggenggamnya erat.

"Kemana saja kau selama ini? Apa kau tidak tahu bahwa aku, harabeoji, dan... Kami semua mencarimu, Lisa-ya. Setelah apa yang terjadi saat itu, harabeoji mencoba berbagai cara untuk menemukanmu. Tetapi... Semuanya sia-sia. Para polisi yang tidak berguna itu tidak melakukan pekerjaannya dengan baik!"

Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Lalice hanya termangu mendengar semua yang diocehkan oleh Rosé. Dengan kepalanya yang berdenyut, gadis berkacamata itu tidak bisa berpikir dengan baik seperti biasanya.

Rosé mengulas senyumannya, sebuah senyum tulus, bukan senyum palsu yang selalu diperlihatkan selama ini. Melepaskan genggamannya pada tangan Lalice, dia beralih menangkup wajah gadis berkacamata itu.

"Namun, lihat sekarang. Kau akhirnya kembali, Lili-ya."

Mulut Lalice terbuka, lantas kembali tertutup, tidak jadi mengucapkan sesuatu. Gadis berkacamata itu mengatupkan rahangnya dengan kuat. Perlahan tangannya bergerak, memegang pergelangan tangan Rosé, lalu menurunkannya.

"Aku..." Lalice menelan ludahnya dengan susah payah. Seketika suaranya susah untuk dikeluarkan.

"A-aku tidak tahu apa yang kau bicarakan..."

"Lili-ya," Rosé tertawa, menganggap sosok yang ada di depannya itu bercanda. Sesuatu hal yang sering dilakukan oleh Lisa kepada dirinya saat kecil dulu. "Hentikan aktingmu itu, kemampuanmu jauh dari Jisoo-eonnie. Kau sama sekali tidak--"

"Rosé-ssi, aku serius!" Seru Lalice yang memotong ucapan Rosé. Setelah berceloteh tidak jelas, sekarang soloist terkenal itu membawa nama Jisoo. Hal tersebut semakin menambah kebingungan Lalice.

"N-ne?..." Suara Rosé tercekat. Terkejut melihat wajah Lalice berubah menjadi merah padam, menahan amarah.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Lalice berkata yang sejujurnya kepada Rosé. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Rosé-ssi. Aku juga tidak tahu apa yang kau alami sehingga... Sehingga kau dan kakekmu melakukan segala hal untuk sesuatu yang tidak aku ketahui. Jadi, aku mohon... Tolong hentikan semua ini."

Ucapan Lalice berhasil membungkam Rosé. Gadis blonde itu hendak menertawakan Lalice, mengatakan sekali lagi jika aktingnya jauh dari kata bagus. Namun, dia tidak melakukannya.

Rosé menatap ke dalam mata Lalice. Mencari setidaknya setitik kebohongan disana. Tetapi hasilnya nihil. Tidak ada apa-apa disana. Sosok di depannya itu mengatakan yang sebenarnya.

"K-kau sungguhan tidak mengenaliku?..." Rosé mengulangi pertanyaannya, kali ini dia benar-benar serius.

Lalice membasahi bibirnya yang terasa kering. Lalu menganggukkan kepalanya samar. "Eoh. A-aku mengetahui dirimu hanya sebagai sebatas sosok Rosé, seorang soloist terkenal."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang