10. Late Night

1.5K 245 57
                                    

"Minnie-ya?"

Keadaan apartemen saat Lalice sampai sudah dalam keadaan gelap. Biasanya, selarut apapun Lalice pulang, dia pasti menemukan Minnie masih dalam keadaan terjaga. Entah itu dia menonton drama, mengerjakan tugas, atau melakukan sesuatu yang lain.

Dahi Lalice mengernyit. Merasa sedikit aneh dengan keheningan yang terjadi di apartemen. Kemana perginya sahabatnya itu?

Gadis berkacamata itu melangkah tanpa suara, membawa kakinya menuju kamar mereka. Lalice membuka pintu secara perlahan. Kepalanya masuk terlebih dahulu ke dalam, memastikan keberadaan Minnie.

"Oh, sudah tidur?" Gumam Lalice kepada dirinya sendiri ketika melihat Minnie terlelap di atas tempat tidur. "Tidak biasanya dia tidur cepat."

Lalice berjalan masuk. Meletakkan tasnya di atas kasur, sementara tote bag yang diberikan oleh Donghyuk disimpan dalam lemari. Jaga-jaga agar tidak terlihat oleh Minnie.

Ingin rasanya Lalice langsung tidur saja saat ini, tetapi mengingat saran dari Miyeon, sepertinya dia terpaksa harus tetap terjaga selama beberapa jam hanya untuk mencari tahu tentang Rosé.

Lalice mendengus. Melepaskan kacamatanya, menyimpan benda tersebut di atas nakas. Kemudian dia duduk di depan meja belajar, menyalakan laptop miliknya, bersiap menyelam ke dunia internet.

Meniup poni yang menghalangi pandangannya, jemari Lalice bergerak dengan cepat mengetikkan nama Rosé dalam kolom pencarian. Hanya dalam waktu sepersekian detik, hasil pencarian langsung muncul.

Gadis berponi itu menggulir ke bawah, ada banyak artikel yang berkaitan dengan Rosé. Sebagai permulaan, Lalice melihat yang paling atas.

"Mari kita lihat. Nama panggung Rosé, nama asli... Kim Chaeyoung." Lalice terdiam. Kepalanya miring ke kanan. Dia merasa seperti pernah mendengar nama itu, tetapi dia tidak ingat.

Menggelengkan kepala, Lalice menepis pikiran itu jauh-jauh. Mungkin hanya perasaannya. Atau dia pernah mendengarnya dari Minnie saat sahabatnya itu berceloteh tentang Rosé.

"Umur... Oh, ternyata kita seumuran. Aku kira kau lebih tua dariku." Lalice menompang dagunya dengan sebelah tangan. Meneruskan pencariannya tentang Rosé. "Anak bungsu dari tiga bersaudara, memiliki dua orang kakak perempuan, yaitu... Kim Jisoo dan Kim Jennie."

Lagi-lagi Lalice terdiam. Lidahnya terasa aneh saat mengucapkan nama-nama tersebut. Gadis berponi itu kembali membaca nama kedua saudari Rosé. Detik berikutnya, kedua matanya melebar.

"Jamkkan," Lalice membuka jendela baru di laptopnya. Sekarang dia mengetikkan nama Jisoo di kolom pencarian. "Ah... Jadi Kim Jisoo yang kami temui di restoran waktu itu adalah Kim Jisoo kakaknya Rosé. Huh... Satu aktris, satu lagi penyanyi, dan satu lagi..."

"Seorang model?" Lalice bermonolog begitu hasil pencarian tentang Jennie keluar. "Wow, global ambassador Chanel... Aku baru tahu Chanel memiliki GA dari Korea Selatan. Hmm... Mungkin aku juga bisa bekerja disana setelah lulus nanti."

"What?! Mereka memiliki seorang kakek yang merupakan CEO dari perusahaan film yang terkenal?!" Seluruh informasi yang tertulis dalam artikel tersebut membuat Lalice menganga tidak percaya. Dia kira Rosé hanyalah sosok penyanyi yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Kalaupun berasal dari keluarga kaya, bukan yang seperti ini.

Keluarga Rosé tidak hanya kaya, tetapi berkuasa sekaligus paling berpengaruh. Seketika Lalice merinding. Tiba-tiba dia merasa tidak siap bertemu dengan Rosé besok. Melakukan kesalahan sedikit, bisa-bisa dia tuntut oleh kedua kakak dan kakeknya.

"Astaga, Rosé... Kau memiliki keluarga yang 'mengerikan'."

Merasa cukup dengan apa yang dia dapatkan, Lalice meneruskan pencariannya mengenai perjalanan Rosé dari masa trainee hingga bisa menjadi soloist sukses seperti sekarang.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang