50. Unlock

1.6K 271 91
                                    

"Huh," Irene mengerutkan keningnya. Keheranan muncul pada wajah perempuan bermarga Bae tersebut. Membawa kakinya mendekati Jennie yang berdiri di tepi pagar pembatas. "Apa semua chaebol bertindak seperti ini? Melakukan apa saja yang mereka mau tanpa memikirkan privasi orang lain?"

Jennie memejamkan matanya. Kedua tangannya terlipat di atas pagar pembatas, menumpukan dagunya di atas sana. Model terkenal itu menikmati terpaan angin yang membelai wajahnya. Suara aliran Sungai Han yang berada di depannya mampu menghadirkan ketenangan dalam dirinya.

Seusai berurusan dengan anak sekolahan di cafe rumah sakit, Jennie langsung melaporkan kejadian itu kepada pihak agensi. Meminta mereka untuk mencari tahu siapa sebenarnya anak sekolahan yang telah menganggu Rosé. Saat mereka berhadapan tadi, Jennie sempat melihat tanda namanya.

Tidak membutuhkan waktu lama, ternyata anak sekolahan itu adalah putri dari seorang pengusaha terkenal. Dan lagi-lagi menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaan Raejun, sang kakek. Menurut data, perusahaan yang dimiliki oleh ayah dari anak sekolahan tersebut masih bisa beroperasi berkat investasi yang diberikan oleh Raejun. Sekali saja Raejun mencabut investasi tersebut, maka dapat dipastikan perusahaan miliknya akan bangkrut.

Selain itu, ayah dari anak sekolahan itu juga menanamkan saham yang lumayan banyak di agensi tempat Jennie dan Rosé bekerja. Itu sebabnya dia bisa mengetahui keberadaan soloist terkenal itu di rumah sakit. Ada oknum karyawan yang telah dibayar dan membocorkan informasi tersebut kepada anak sekolahan itu.

Pemimpin agensi berjanji kepada Jennie untuk menemukan oknum karyawan yang telah membocorkan informasi tersebut dan akan memecatnya. Sebelum meninggalkan agensi, Jennie meminta kepada atasannya itu untuk memberitahu dirinya segera apabila oknum karyawan tersebut telah ditemukan, dia ingin 'menyapa'-nya secara langsung.

"Eonnie," Jennie bersuara, masih dengan kedua matanya yang terpejam. "Meski aku seorang model, pada dasarnya aku tetap seorang chaebol."

Irene tersentak, mendadak salah tingkah. "E-ehm... Maksudku... Chaebol yang lain, bukan dirimu, Jennie-ya."

Model terkenal itu tersenyum tipis, "aniya, gwenchana, eonnie. Aku mengerti maksudmu."

Diam-diam Irene menghembuskan napas lega. Terlalu lama bersama Jennie jauh dari Korea Selatan, membuat Irene lupa jika gadis bermata kucing itu adalah salah satu cucu dari pemilik perusahaan film terkenal.

"Lalu," Perempuan bermarga Bae tersebut ikut bersandar di pagar pembatas. Tatapannya tertuju pada pemandangan Sungai Han di sore hari. "Kau tidak ingin memberitahu kakekmu tentang masalah ini?"

Sambil menggeleng, kedua mata kucing Jennie terbuka. Dia tidak boleh melewatkan pemandangan indah yang ada di depannya. "Tidak perlu. Aku kasihan pada anak sekolahan itu. Dia pasti akan gila jika tahu perusahaan milik ayahnya yang selalu dibanggakan itu mendadak bangkrut."

"Eoh, kau benar." Irene terkekeh mendengar ucapan Jennie. "Selalu dimanjakan sejak kecil, membuat anak itu tumbuh menjadi sosok yang suka bertindak sesuka hatinya dan akan mengamuk jika keinginannya tidak dituruti."

"Sepertinya kau mendapat pelajaran yang akan berguna di masa depan, eonnie." Jennie menoleh, menatap wajah Irene dari samping.

Berpikir sejenak, lantas Irene tertawa. Menggelengkan kepalanya. "Masih lama, mungkin sepuluh tahun lagi? Entahlah, aku tidak tahu. Lagipula, saat ini aku harus mengurus seorang bayi besar yang sudah bersamaku sejak enam tahun yang lalu."

Jennie memutar matanya jengah. Tangannya bergerak memukul pelan bahu sang manager. "Eoh, gomawoyo, Joohyun-eomma."

Irene melirik Jennie yang berdiri di sebelahnya. Perlahan senyumannya memudar mengingat kejadian yang diceritakan oleh model terkenal itu. Berdeham pelan, Irene kembali menatap ke depan. "Jadi... Rosé tidak mengatakan apa-apa kepadamu sesudahnya?"

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang