51. Awake

1.8K 285 63
                                    

Hitam. Gelap. Tidak terlihat apa-apa. Tetapi telinganya perlahan menangkap suara-suara disekitar. Suara tetesan hujan, suara sambaran petir di kejauhan, suara desisan pelan yang entah darimana asalnya. Dia bisa mendengarkan itu semua.

Mengernyitkan dahinya, Lisa berupaya membuka kedua matanya yang terpejam. Sebelah mata berhasil terbuka, semuanya tampak kabur. Lisa mengerjap-ngerjapkan matanya, mengembalikan penglihatannya menjadi normal.

Lisa mencoba menggerakkan tubuhnya, masih bisa, tetapi pergerakannya seperti ditahan oleh sesuatu. Memaksa matanya terbuka lebar, Lisa melihat sekitar, keadaan masih gelap. Meski tidak segelap saat matanya terpejam tadi.

Tangannya meraba sekitar, mencari tahu dia ada dimana sekarang. Tanpa sangaja, telapak tangan Lisa menyentuh sesuatu. Anak perempuan berusia sepuluh tahun itu terdiam.

Menyipitikan matanya, berupaya melihat ditengah-tengah keadaan gelap gulita. Seperti membantu Lisa untuk melihat, sebuah petir menyambar, cahaya kilatnya mampu menerangi sekitar dalam waktu sepersekian detik.

Dengan waktu sesingkat itu, Lisa bisa melihat sosok ibunya, Shin Yenna yang tengah mendekapnya erat. Kedua mata wanita itu terpejam, kepalanya terkulai jatuh.

"E-eomma..." Lisa berucap serak. Mengangkat tangannya yang gemetar, dia menyentuh bahu sang ibu, mengguncangnya pelan.

"Eomma, bangun..." Beberapa kali mengguncang bahu Yenna, wanita itu tidak kunjung terbangun.

Lisa merasakan kedua matanya memanas. Petir sekali lagi menyambar. Dari sudut matanya, dia menangkap sosok lain yang berada di dekatnya.

"A-appa?..." Keluar dari dekapan Yenna, Lisa bergerak mendekati sang ayah, Kim Junwo.

Di luar sana, petir terus sambar menyambar dengan jeda waktu beberapa menit. Berkat pencahayaan dari kilatan petir, Lisa mengetahui jika sekarang dia ada di dalam mobil.

"Appa..." Lisa melakukan hal yang sama pada Junwo. Mengguncang pelan bahu sang ayah.

Posisi tubuh Junwo tergeletak begitu saja di depan setir mobil. Keadaan yang gelap membuat Lisa tidak bisa melihat darah yang mengalir dari kepala pria tersebut.

"Appa... Appa, bangun!" Lisa mengerahkan seluruh tenaganya, berharap Junwo segera terbangun. Namun, seberapa kuat Lisa mengguncangnya, Junwo tidak bergerak sedikit pun.

Air mata segera membasahi pipi Lisa. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Anak seusia dirinya, dalam keadaan seperti ini hanya bisa menangis.

"Appa... Eomma..." Suara isakan Lisa tersamarkan oleh suara hujan badai. "Jisoo-eonnie... Jennie-eonnie... Chaeyoungie... Tolong aku..."

"Hey! Disini!"

Tangisan Lisa seketika terhenti. Kedua mata bundarnya melebar saat mendengar suara teriakan seorang pria ditengah-tengah keributan badai.

Lisa menoleh ke sumber suara. Beberapa meter dari arah samping, dia melihat sebuah cahaya senter. Cahaya itu bergerak ke arahnya, tidak lama setelah itu menyusul satu cahaya lagi dari arah lain.

Anak perempuan itu panik sekaligus takut. Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia menghampiri mereka? Tetapi bagaimana jika ternyata mereka adalah orang jahat?

Beberapa langkah lagi, kedua sosok yang membawa senter itu akan sampai di dekatnya. Cukup lama berpikir, Lisa memilih untuk menghampiri kedua orang tersebut. Bisa saja mereka adalah polisi. Dia butuh bantuan, terutama kedua orang tuanya.

Lisa merangkak menuju bangku belakang. Kedua sisi pintu depan tertutupi oleh Junwo dan Yenna. Tangannya terulur meraih kenop pintu mobil.

"Huh! Sudah aku bilang, ini adalah tugas yang paling mudah." Ucap salah satu pria tersebut sambil menyinari setiap sudut mobil menggunakan senter yang dibawanya.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang