26. Upset

1.8K 297 97
                                    

Beralasan ingin melihat-lihat sekeliling hotel, Lalice berhasil keluar dari kamar hotel tanpa dicurigai oleh Jihyo. Hanya membawa ponsel, gadis berkacamata itu berjalan menuju lift. Turun ke lantai dasar, tempat lobi hotel berada.

Selama perjalanan menuju lobi, Lalice terus menebak alasan Tiffany menyuruh dirinya datang ke lobi. Pengarahan untuk study tour telah selesai dilakukan. Atau mungkin ada hal lain yang ingin disampaikan oleh dosennya itu? Tetapi bukankah bisa dibicarakan melalui ponsel?

Lalice telah sampai di lobi. Kedua mata bundarnya melihat sekeliling, tidak ada sosok Tiffany disana. Karena di pesan Tiffany menyuruhnya untuk menunggu sampai dia datang, maka Lalice memilih duduk di sofa yang tersedia disana.

Ting!

Tidak lama setelah itu, pintu lift terbuka. Lalice menoleh, mengira jika itu adalah Tiffany. Namun, dugaannya salah. Sosok yang keluar dari dalam lift tersebut adalah Choi Yuju.

Gadis berkacamata tersebut awalnya sedikit penasaran dengan kehadiran Yuju di lobi hotel. Tidak mungkin mahasiswi itu pergi keluar karena mereka tidak diperbolehkan pergi dari hotel.

Sedetik, pandangan mereka sempat bertemu. Tetapi Lalice cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Berpura-pura sibuk memainkan ponsel. Padahal yang dia lakukan hanyalah menggulir menu.

Melalui sudut matanya, Lalice bisa melihat Yuju sedang berjalan ke arahnya. Tanpa mengatakan apapun, mahasiswi itu ikut duduk di salah satu sofa yang jaraknya sedikit jauh dari Lalice. Yuju meraih salah satu majalah yang ada di atas meja, mulai membacanya.

Melihat dari tingkah Yuju, menurut Lalice, sepertinya mahasiswi itu sedang menunggu juga. Tetapi gadis berkacamata itu tidak tahu siapa yang ditunggunya.

"Kalian sudah sampai ternyata." Seolah menyelamatkan Lalice dari suasana canggung yang dia rasakan bersama Yuju, Tiffany akhirnya menampakkan diri.

Lalice berdiri, membungkuk singkat, menyambut Tiffany. Yuju juga melakukan hal yang sama. Diam-diam Lalice melirik mahasiswi sejurusan dengannya itu. Kemungkinan besar, Yuju juga dihubungi oleh Tiffany agar datang ke lobi.

"Apa kalian mengatakan pertemuan ini kepada orang lain? Teman sekamar kalian misalnya?" Tanya Tiffany yang membuat Lalice dan Yuju secara tidak sengaja saling bertukar pandang. Setelah itu mereka menggeleng.

"Great. Kalaupun kalian mengatakannya, aku tinggal mencari alasan yang masuk akal mengenai perjalanan kita kali ini."

"Jeosonghaeyo, Miss. Sebenarnya apa yang akan kita lakukan?" Lalice bertanya sopan.

Tiffany hendak menjawab, tetapi dering ponselnya mengalihkan perhatian. Designer sekaligus dosen tersebut tersenyum pada Lalice, menunda sejenak jawabannya. Mengambil ponselnya yang berada di dalam tas.

"Ne, Irene-ssi. Apa kau sudah sampai?" Ucap Tiffany setelah mengangkat panggilan tersebut. Kepalanya tertoleh ke arah luar hotel. "Arasseo, kami akan segera keluar."

Tiffany kembali menyimpan ponsel miliknya ke dalam tas. Kedua matanya menatap Lalice dan Yuju secara bergantian. "Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang, ikuti aku."

Meski kebingungan, Lalice dan Yuju tetap menuruti perintah Tiffany. Mereka mengikuti langkah kaki sang dosen yang menuju ke arah pintu keluar. Di tepi jalan sudah menunggu sebuah mobil van hitam.

"Masuklah." Tiffany menunjuk pintu bagian belakang. Lalice lebih dulu membuka pintu mobil van tersebut, masuk ke dalam, dan duduk disana. Disusul oleh Yuju.

Sementara itu Tiffany duduk di bangku yang bersebelahan dengan bangku kemudi. Lalice memperhatikan sosok perempuan yang mengemudikan mobil van ini. Penampilannya terlihat cukup modis. Bisa saja itu adalah kenalan sang dosen.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang