38. Last Gift

1.6K 263 82
                                    

"Eommeoni,"

Suara Lalice membuyarkan lamunan Hye Kyo. Kepalanya terangkat, pindah menatap ke sumber suara. Saat itulah dia tersadar jika saat ini dirinya masih berada di dapur bersama Lalice dan juga Rosé.

"N-ne?" Ucap Hye Kyo pelan. Ada gurat kekhawatiran yang terpancar dari sepasang mata bundar Lalice, tetapi Hye Kyo mengabaikannya.

"Aku..." Lalice melirik Rosé yang berdiri di sebelahnya. "Aku akan pergi mengantar Chaeyoung."

Mulut Hye Kyo tertutup rapat. Tidak ada jawaban yang dia berikan. Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu hanya menatap Lalice dan Rosé secara bergantian. Melihat hal itu, Lalice semakin bingung dan juga penasaran.

Sebenarnya sejak tadi gadis berkacamata itu merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada ibu angkatnya. Sikap Hye Kyo tidak seperti biasanya. Lalice ingin sekali bertanya kepada Hye Kyo, tetapi bagian lain dari dirinya merasa takut mendengar jawaban yang akan diberikan nanti.

"Eomm--"

"Arasseo, geundae..." Lalice batal berbicara, Hye Kyo lebih dulu memotong. Wanita itu melirik sekilas ke arah Rosé, baru melanjutkan ucapannya. "Sebelum itu, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Lalice-ya."

Kedua alis Lalice terangkat, merasa penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Hye Kyo. Dia menganggukan kepalanya tanda setuju. Setelah itu beralih menatap Rosé. "Kau bisa menungguku di dalam mobil, aku tidak akan lama. Kau tidak meninggalkan sesuatu 'kan di kamar?"

"Tidak ada. Kalau begitu berikan kunci mobilmu."

Lalice langsung menyerahkan kunci mobilnya kepada Rosé. Begitu kunci mobil tersebut berpindah tangan, tanpa menunggu lagi soloist terkenal itu meninggalkan dapur.

Rosé membiarkan Hye Kyo menghabiskan waktu dengan Lalice dihari-hari terkahirnya. Setelah lewat dua hari, tenggang waktu yang dia berikan, maka Lalice akan kembali ke keluarga sesungguhnya. Bukan lagi di keluarga palsu ini.

"Kajja, kita berbicara di kamarku." Ajak Hye Kyo, merangkul Lalice setelah Rosé hilang dari pandangan mereka. Melangkah menuju kamar Hye Kyo yang letaknya tidak jauh dari dapur.

Pintu kamar dibuka, Hye Kyo masuk ke dalam lebih dulu. Sedangkan Lalice langkahnya tertahan di depan pintu. Dibalik kacamatanya, kedua mata bundar Lalice memperhatikan kamar milik ibu angkatnya itu dari luar. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berkunjung ke dalam kamar ini.

Terakhir kali mungkin sebelum Lalice mengetahui dirinya mengalami amnesia. Saat itu Lalice selalu lengket dengan Hye Kyo, kemana pun wanita itu pergi dia selalu mengikutinya, benar-benar seperti ibu dan putri kandung.

Namun, semuanya berubah setelah kebenaran terungkap. Sejak saat itu Lalice sengaja menjaga jarak dengan Hye Kyo. Pikiran yang mengatakan jika semua ini terjadi karena Hye Kyo selalu mempengaruhinya. Penyebab yang membuatnya mengabaikan Hye Kyo selama beberapa tahun terakhir.

Lalice menghembuskan napas samar. Mengingat itu semua, membuatnya semakin sulit untuk berbicara dengan Hye Kyo. Bertanya tentang kebenaran yang sesungguhnya.

Saat mengatakan bahwa dirinya bukanlah anak kandung dan mengalami amnesia saja butuh bertahun-tahun bagi Hye Kyo memberanikan diri. Apalagi masalah yang sekarang. Lalice yakin, selama apapun waktu yang dihabiskan oleh Hye Kyo, ibu angkatnya itu pasti tidak akan pernah siap menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada kejadian sepuluh tahun silam.

Mau bagaimana pun, Hye Kyo tetap merupakan sosok yang penting dalam kehidupan Lalice. Seperti apapun keadaan yang telah mereka lewati, dia tetap menyayangi wanita itu layaknya orang tua kandungnya sendiri.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang