40. Question

1.6K 263 89
                                    

Esok harinya, Lalice tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Bedanya saat ini kepalanya dipenuhi oleh beban pikiran. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, gadis berkacamata itu lebih sering melamun. Dan hal tersebut tidak luput dari perhatian Jihyo.

"Lalice-ya, gwenchana?" Bisik Jihyo pelan. Di depan kelas sana Tiffany sedang menjelaskan materi menggunakan alat peraga berupa manequin yang dipakaikan sebuah rancangan desain baju.

Melalui sudut matanya, Lalice melihat ke arah Jihyo, lalu kembali memandang keluar jendela kelas. "Eoh." Jawabnya singkat.

"Jinjjayo?" Tanya Jihyo sekali lagi. Tetapi tidak ada tanggapan dari Lalice.

Jihyo menghela napas tipis. Memilih untuk tidak memaksa Lalice. Gadis bermarga Park tersebut tidak kehabisan ide. Dia mengeluarkan ponselnya, diam-diam mengirimkan pesan kepada Minnie.

Minnie🐭

Ada yang tidak beres dengan Lalice
Apa telah terjadi sesuatu?
- Today 14.15

Setelah pesannya terkirim, Jihyo meletakkan ponselnya di balik buku catatan. Tidak ingin Tiffany menegurnya karena bermain ponsel di dalam kelas.

Drrtt... Drrtt...

Satu menit kemudian ponsel Jihyo bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk, sepertinya itu balasan dari Minnie. Jihyo meletakkan penanya, mengambil ponsel tersebut dari balik buku. Sayangnya, balasan yang diberikan oleh Minnie sama sekali tidak memenuhi rasa penasaran Jihyo.

Minnie🐭

Biarkan dia sendiri lebih dulu
- Today 14.16

Jihyo mendengus samar. Ibu jarinya bergerak mengetikkan sesuatu. Dia tidak bisa menerima jawaban dari Minnie begitu saja.

Minnie🐭

Waeyo?
Benar sudah terjadi sesuatu?
Katakan saja kepadaku, Minnie-ya
- Today 14.18

Balasannya sudah terkirim, kini tinggal menunggu jawaban dari Minnie. Namun, lebih dari lima menit lamanya, tidak ada satu pun pesan yang dikirim oleh Minnie.

Tangan Jihyo segera mengambil ponselnya yang berada di balik buku. Memeriksa ruang obrolannya dengan Minnie. Tetap tidak ada balasan, hanya saja ada tanda baca di bawah pesan yang dia kirimkan tadi. Itu berarti Minnie tidak ingin menjawab pertanyaannya.

"Aish... Minnie Mouse! Kenapa kau tidak mau memberitahuku?!" Gerutu Jihyo. Dia menghentakkan ponselnya di atas meja. Tidak lagi mengirimkan pesan kepada Minnie.

Waktu terus berjalan, Jihyo berhasil mengabaikan rasa penasarannya dengan fokus pada materi yang disampaikan oleh Tiffany. Sementara Lalice masih dalam posisi yang sama. Melamun memandang keluar jendela kelas.

"Okay, class. Sampai disini dahulu, kita lanjutkan di pertemuan berikutnya. See you again." Ucap Tiffany menutup perkuliahan.

Semua mahasiswa dalam gerakan serentak membereskan buku-buku dan alat tulis masing-masing. Begitu juga dengan Jihyo. Saat dia menoleh ke samping, mendadak Lalice sudah tidak ada di tempat duduknya. Seketika kepala Jihyo menoleh kesana-kemari, mencari keberadaan gadis berkacamata itu.

"Heol..." Jihyo bergumam takjub. Kedua mata besarnya memandang punggung Lalice yang sudah sampai di depan kelas, lebih tepatnya berjalan menghampiri Tiffany. "Sejak kapan anak itu sudah sampai disana?"

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang