Empat tahun berlalu sejak kecelakaan itu terjadi. Selama itu pula suasana kediaman mansion keluarga Kim tidak pernah sama seperti sebelumnya. Mansion besar yang dulunya ramai oleh gelak tawa empat orang anak perempuan yang saling bersenda gurau, kini terdengar sunyi, seolah-olah tidak ada kehidupan.
Ruangan-ruangan yang biasanya selalu berantakan setiap keempat anak perempuan itu berkunjung, kini tak tersentuh sedikit pun. Tidak ada lagi suara derap langkah kaki yang berlarian kesana kemari. Tidak ada lagi suara teguran akan tingkah mereka. Semuanya telah hilang, terkubur dalam bersama dengan tubuh Junwo dan Yenna di pemakaman. Senyuman mereka juga menghilang, pergi bersama Lisa yang sampai saat ini belum ditemukan.
Selama empat tahun itu juga Jisoo, Jennie, dan Chaeyoung mencoba terbiasa dengan kehidupan baru mereka. Menjalani hari-hari tanpa kehadiran sosok kedua orang tua dan Lisa disamping mereka. Diawal terasa begitu berat. Namun, berkat keteguhan hati Jisoo, sebagai kakak tertua, dia selalu ada untuk Jennie dan Chaeyoung. Jisoo selalu memberikan kasih sayang kepada kedua adiknya itu karena dia tahu sejak kecelakaan itu tidak akan ada lagi yang menyayangi mereka.
Oleh karena itu, Jisoo bertekad untuk melimpahkan semua kasih sayang yang dia miliki kepada kedua adiknya yang tersisa. Hanya mereka yang Jisoo miliki, begitu juga dengan Jennie dan Chaeyoung. Mereka hanya memiliki Jisoo. Meski sebenarnya sulung Kim itu juga membutuhkan kasih sayang, tetapi karena keadaan dia rela menyampingkan egonya sendiri demi adik-adiknya. Menurut Jisoo, tidak mengapa dia tidak mendapatkan kasih sayang, asalkan kedua adiknya mendapatkan hal tersebut.
Sementara kakek mereka, Kim Raejun, larut dengan pekerjaannya yang ada di perusahan. Raejun sengaja menyibukkan diri agar tidak teringat dengan seluruh kesedihan yang dia rasakan. Namun, sayangnya karena terlalu sibuk mengurus rasa sedihnya, dia lupa jika ada ketiga cucunya yang membutuhkan sosok dirinya. Salah satu faktor yang juga kenapa menjadikan Jisoo sebagai sandaran bagi Jennie dan Chaeyoung. Kakek mereka itu jarang berada di rumah, lebih banyak menghabiskan waktu di perusahaan miliknya.
Jisoo yang tidak ingin mengganggu sang kakek, memutuskan untuk mengurus semuanya sendiri, dibantu dengan Min Eunsoo dan para maid lainnya yang bekerja di mansion tersebut. Diumurnya yang masih muda, Jisoo bersikap layaknya orang dewasa. Diwaktu yang bersamaan dia bisa menjadi sosok seorang ayah, sosok seorang ibu, sosok seorang kakak, dan sosok seorang teman bagi kedua adiknya.
Perlahan tapi pasti, mereka mulai bangkit. Pada tahun pertama mereka sudah jarang menangis. Pada tahun kedua mereka sudah beraktivitas seperti biasa. Pada tahun ketiga mereka sudah bisa tersenyum dan tertawa, walau tidak selebar dan selepas waktu dulu. Setidaknya mereka tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi.
Dan pada tahun keempat, tahun dimana mereka seharusnya mulai berdamai dengan kejadian itu, terjadi suatu peristiwa yang menjadi awal mula penyebab retaknya hubungan mereka.
Hari itu, genap empat tahun lamanya setelah kecelakaan tersebut terjadi. Sejak pagi mereka sudah rapi, menggunakan gaun hitam-hitam, bersiap pergi ke pemakaman bersama Raejun. Kakek mereka itu hanya ada di waktu-waktu tertentu, salah satunya pada hari peringatan ini.
Sambil membawa buket bunga masing-masing, Jisoo dengan hyachintus putihnya, Jennie dengan tulip putihnya, dan Chaeyoung dengan mawar putihnya, mereka berangkat ke pemakaman. Sesampainya di pemakaman mereka disambut oleh Kakek Jang yang dengan senang hati mengantarkan mereka ke makam Junwo dan Yenna.
Sebagian besar waktu dihabiskan dengan berdiam di depan makam Junwo dan Yenna. Dari sepasang mata mereka terpancar kerinduan dan kesedihan yang begitu mendalam. Empat tahun yang dirasakan oleh orang-orang, bagi mereka terasa seperti empat hari, dikarenakan mereka masih berhenti pada waktu kecelakaan itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...