Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, Minnie bahkan masih bermimpi indah dalam tidurnya, tetapi Lalice bersiap hendak pergi. Gadis berkacamata itu melapisi baju lengan panjangnya menggunakan jaket berwarna abu-abu. Terakhir, sebelum meninggalkan apartemen, dia mengambil kunci mobilnya.
Menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengumpulkan semua informasi mengenai kecelakaan tersebut, baik dari koran maupun potongan video, Lalice mulai merasa yakin. Dan tepat hari ini, bertepatan dengan hari ulang tahun palsunya atau hari terjadinya kecelakaan itu, Lalice akan menggenapkan seluruh rasa yakinnya.
Dalam suasana pagi yang hening, Lalice mengendarai mobilnya. Melaju di jalan yang lengang menuju lokasi terjadinya kecelakaan sepuluh tahun silam. Dia mendapatkan informasi tersebut dari koran yang didapatkan oleh Minnie.
Wajah Lalice tampak begitu kaku. Semua ini tidak mudah baginya, terlebih lagi dia belum membicarakannya dengan Hye Kyo. Sebesar apapun keinginan Lalice untuk mengetahui kebenarannya, dia tetap tidak berani menunjukkan wajah di hadapan ibu angkatnya itu. Dia takut jika dia tidak bisa mengendalikan diri setelah mengetahuinya.
Setengah jam kemudian, mobil Lalice memasuki area hijau terbuka yang berada di sepanjang jalan masuk komplek perumahan mewah, tempat tinggalnya dulu bersama keluarga sesungguhnya. Gadis berkacamata itu menarik napas. Memelankan laju mobilnya supaya bisa melihat area tersebut dengan baik.
Lalice mencengkeram setir mobilnya saat melihat sebuah persimpangan. Itu tandanya dia sudah sampai di lokasi kecelakaan. Menepikan mobilnya di pinggir jalan, Lalice mematikan mesin mobil, dan langsung turun.
Keadaan sangat lengang. Tidak ada kendaraan lain yang lewat. Lalice melangkahkan kakinya menuju seberang jalan, mendekati area hijau terbuka yang hanya dibatasi oleh besi pembatas jalan.
Mobil yang melaju dalam kecepatan tinggi itu tergelincir dan menabrak pagar pembatas jalan. Benturan yang terjadi tidak dapat menahan laju mobil, sehingga mobil tersebut terjungkit dan terpental beberapa meter masuk ke dalam area hijau terbuka.
Itu penjelasan yang diberikan dalam koran-koran. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Lalice melangkahi pagar pembatas jalan yang setinggi pinggang tersebut. Menapakkan kedua kakinya di atas rumput dan semak-semak yang tumbuh. Tanpa mengkhawatirkan apapun, gadis berkacamata itu semakin masuk ke dalam area hijau terbuka.
Ada begitu banyak pohon yang tumbuh disana, tetapi tidak begitu rapat. Sambil terus menghitung langkahnya, Lalice membelah semak yang tingginya mencapai betis. Tepat pada hitungan ke duapuluh lima, dia berhenti.
Kedua mata bundar miliknya menatap ke depan. Walaupun sudah ditumbuhi oleh pohon dan semak, Lalice masih bisa melihat bayangan sebuah mobil mewah yang tergeletak begitu saja dalam keadaan rusak berat. Tangan Lalice terkepal erat, menahan rasa sesak yang menghimpit dadanya.
Lalice mendekati titik tempat mobil tersebut ditemukan. Pandangannya mengedar.
"Apa mungkin eommeoni menemukan aku disini? Tetapi jika itu benar, seharusnya dia juga membawa kedua orang tuaku ke rumah sakit. Mereka pasti bertahan setelah mendapat pertolongan pertama. Lantas, dimana kami bertemu?" Gadis berkacamata itu bergumam pada dirinya sendiri. Mencoba membayangkan keadaan pada malam terjadinya kecelakaan itu.
"Oh, ayolah! Kenapa ketika aku sudah berada disini malah tidak terjadi apa-apa?! Tunjukkan aku bayangan itu!" Lalice memukul-mukul kepalanya, mulai kehilangan kesabaran karena sejak tadi dia hanya berdiri seperti orang kebingungan.
Padahal sebelum pergi kemari, Lalice berharap mendapatkan sesuatu. Lebih tepatnya sesuatu yang dia rasakan setiap bertemu dengan Rosé dan Jennie. Bayangan mengenai ingatannya. Namun, kini dia tidak mendapatkan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...