Melangkah gontai menyusuri koridor, Lalice kembali ke tempat duduknya yang berada persis di samping pintu ruang tunggu Rosé. Lalice duduk terhenyak di kursinya, kedua kakinya tidak sanggup lagi dibawa berdiri apalagi berjalan.
Setelah mengantarkan Rosé ke ruang tunggu, Lalice masih harus menjemput para back dancer yang datang belakangan. Untuk kesekian kalinya, gadis berponi itu kembali lagi ke tempat parkir. Menyambut para back dancer dan mengarahkan mereka ke ruang tunggu.
Kini semuanya sudah selesai, tinggal menunggu giliran Rosé untuk rehearsal. Lalice membuang napasnya kuat-kuat. Dia tidak pernah bergerak sebanyak ini. Kebanyakan kegiatan gadis berponi itu hanya dihabiskan dengan duduk. Jadi tidak mengherankan jika sekarang dia sudah kelelahan.
"Lalice-ya?" Dari ujung koridor terdengar suara Donghyuk. Pemuda itu segera berlari mendekat. "Gwenchana?"
Lalice menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya, menganggukkan kepala. "Eoh, nan gwenchana."
"Kau yakin? Kalau kau merasa--"
"Donghyukie." Potong gadis berponi itu. Kedua mata bundarnya menatap Donghyuk serius.
Mulut Donghyuk tertutup rapat, lantas menganggukkan kepalanya. "Arasseo. Tetapi berjanjilah, jika kau merasakan sesuatu langsung katakan kepadaku."
"Aku janji." Lalice mengulas senyumannya.
"Igeo," Donghyuk menyerahkan sebuah roti dan sekotak susu cokelat kepada Lalice. "Semua panitia mendapatkannya, ini milikmu."
"Gomawo," Menerima roti dan susu tersebut, Lalice meletakkannya di kursi sebelah yang kosong. "Aku rasa kedatanganmu kemari bukan hanya untuk memberikan ini kepadaku."
Donghyuk terkekeh, seperti biasa Lalice selalu tahu setiap tindakannya. "Eoh, kau benar. Sebenarnya aku ingin sekalian bertemu dengan Rosé. Yah... Kau tahu, sebagai ketua pelaksana aku harus mengucapkan sepatah kata dan ucapan terima kasih kepada para guest star."
"Jamkkan," Lalice berdiri, menghampiri pintu ruang tunggu Rosé, lalu mengetuknya.
"Ne, masuk." Terdengar sahutan dari dalam. Itu adalah suara Hyeri.
Lalice membuka pintu, hanya mencondongkan tubuh bagian atasnya ke dalam. Kepalanya melihat sekeliling, mencari keberadaan Hyeri. Kebetulan manager Rosé itu duduk di dekat pintu. Dan untuk Rosé sendiri, meski Lalice sudah bertekad untuk tidak memperhatikan penyanyi terkenal itu, dia secara tidak sengaja melihat gadis blonde tersebut sibuk memainkan ponselnya.
"Hyeri-ssi, ketua pelaksana ingin bertemu dengan Rosé." Ucap Lalice memberitahu.
"Jamkkanman," Hyeri berjalan mendekati Rosé yang duduk di depan meja rias. Mengatakan sesuatu kepada soloist itu.
Lalice menarik tubuh bagian atasnya keluar. Berdiri bersandar di bingkai pintu. Menunggu Hyeri kembali dengan persetujuan dari Rosé.
"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Donghyuk yang menyadari perubahan wajah Lalice walau tidak terlalu kentara.
Gadis berponi itu menghela napas samar. "Tidak sekarang."
Tepat setelah itu, pintu terbuka lebih lebar. Hyeri sudah berdiri di dekat mereka, tersenyum menyambut Donghyuk. "Masuklah."
Lalice membiarkan Donghyuk masuk ke dalam sendirian, hanya pemuda itu yang memiliki urusan dengan Rosé. Gadis berponi itu kembali duduk. Selagi masih ada waktu luang, dia menyempatkan untuk menghabiskan roti dan susu cokelat yang diberikan oleh Donghyuk tadi.
Tidak berselang lama, Lalice baru menghabiskan setengah rotinya, Donghyuk keluar dari ruang tunggu Rosé. Kedua mata bundar Lalice memperhatikan wajah kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
أدب الهواةAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...