39. PTSD

1.8K 247 53
                                    

Sebenarnya apa yang terjadi kepada ketiga saudarinya selama dia menghilang sepuluh tahun yang lalu?

Pertanyaan itulah yang muncul dalam kepala Lalice setelah menyaksikan kejadian tadi. Dari pengamatannya, pasti telah terjadi sesuatu diantara Jisoo, Jennie, dan Rosé. Saat mempersiapkan diri menjadi panitia yang mendampingi Rosé waktu itu, Lalice secara tidak sengaja membaca sebuah artikel yang membahas tentang hubungan Kim bersaudari itu.

Pada artikel tersebut dikatakan bahwa hubungan mereka terlihat semakin merenggang dari waktu ke waktu. Seakan ingin memperkuat opininya, penulis artikel itu membubuhkan bukti foto dan video interaksi antara Jisoo dan Rosé yang terlihat begitu kaku, tidak selayaknya hubungan kakak-adik pada umumnya. Sementara Jennie, penulis itu mengatakan jika Jennie pergi ke Paris untuk mejauhi para saudarinya.

Kala itu, Lalice tidak menganggap serius artikel tersebut. Menganggap jika sang penulis hanya ingin menjelek-jelekkan mereka bertiga. Karena biasanya apa yang terlihat, belum tentu itu yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, sejak kejadian kemarin dan sekarang, Lalice mulai mempercayai artikel tersebut.

Hubungan Jisoo, Jennie, dan Rosé terbukti mengalami kerenggangan. Hanya satu yang menjadi pertanyaannya... Kenapa?

Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah dikarenakan kecelakaan sepuluh tahum silam itu? Apakah karena dirinya yang menghilang? Tetapi apa hubungannya dengan Rosé? Lalu kenapa juga Jennie sempat mengatakan jika yang sebaiknya mati adalah kakak kembarnya itu?

Lalice membuang napasnya secara perlahan. Punggungnya bersandar pada tembok yang berada di belakangnya. Kepalanya mendongak, menatap undakan anak tangga yang terus menjulang hingga ke atas.

'Amnesia sialan...' Umpat Lalice di dalam hatinya. Semua ini tidak akan terjadi seandainya dia tidak mengalami hilang ingatan. Rasanya begitu menjengkelkan ketika dia tidak mengetahui apa-apa.

Di depannya ada Rosé yang tengah duduk meringkuk di anak tangga paling bawah. Kepalanya tertunduk dalam. Isakan-isakan kecil masih terdengar.

Begitu keluar dari apartemennya, Rosé membawa Lalice ke arah pintu tangga darurat berada. Persis setelah mereka melewati pintu tersebut, tangis Rosé langsung pecah. Dia terduduk di atas anak tangga, memeluk lututnya erat. Sementara Lalice, dia hanya diam membiarkan kakak kembarnya itu menangis sepuasnya sambil memikirkan berbagai hal di dalam kepalanya.

Kenapa setelah dia mengetahui siapa keluarganya yang sesungguhnya semuanya malah bertambah rumit? Tidak bisakah dia menjalani kehidupannya dengan normal? Sudah cukup dia mengalami amnesia dan terpisah dari keluarganya selama sepuluh tahun. Dia tidak ingin ada masalah lagi.

Sekali lagi Lalice membuang napasnya kasar. Menundukkan kepalanya, gadis berkacamata itu memandangi Rosé.

'Apakah kecelakaan itu ada hubungannya dengan Chaeyoung?' Pikir Lalice yang lagi-lagi hanya menambah kekesalan dalam dirinya karena tidak bisa mengingat apapun.

Gadis berkacamata itu memperbaiki posisi berdirinya menjadi lebih tegap, lalu melangkah mendekati Rosé. Dia berlutut dihadapan soloist terkenal itu.

Perlahan tangan Lalice terangkat, bergerak menangkup wajah Rosé, dan mengangkatnya agar mereka bertatapan. Wajah gadis blonde itu basah oleh air mata, dengan lembut ibu jari Lalice menyeka air mata tersebut.

"Ssttt... Gwenchana," Gadis berkacamata itu tersenyum getir. Setiap melihat Rosé menangis, rasanya dia ingin ikut menangis.

Kemudian Lalice membawa Rosé ke dalam dekapannya. Meski suaranya bergetar karena menahan tangis, dia tetap mencoba menenangkan kakak kembarnya itu. "Aku ada disini."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang