11. First Impression

1.5K 250 97
                                    

Terakhir kali Lalice melihat area panggung adalah kemarin malam. Saat itu kondisi panggung masih belum sempurna, ada beberapa bagian dalam tahap pemasangan. Pagi ini, Lalice sudah bisa melihat hasil akhir dari panggung tersebut. Dari bawah, panggung milik fakuktas seni itu terlihat megah. Disisi kiri dan kanan terpasang pengeras suara berukuran besar dan juga layar LED, memudahkan penonton yang berada paling belakang untuk melihat.

Entah jam berapa panggung ini selesai. Lalice tidak sempat bertanya kepada Donghyuk, dia tidak ingin menganggu kekasihnya itu yang kini tengah sibuk berlarian kesana-kemari, memeriksa apakah semuanya benar-benar siap.

Lalice berdiri di dekat panggung, menunggu arahan terakhir dari panitia yang mengatur rundown acara. Penampilan gadis berponi itu sedikit berbeda dari yang biasanya. Dia tidak memakai kacamata, sebagai gantinya dia menggunakan kontak lensa. Pada kegiatan seperti ini, dia takut kacamata tersebut membuatnya terganggu. Rambut cokelat panjangnya juga dikuncir, jadi pandangannya tidak akan terhalangi.

"Lalice-ssi?" Seorang mahasiswa mendekati Lalice. Tangannya memegang clipboard, berisi runtutan jadwal acara hari ini.

"Ne." Lalice mengangguk. Dia mengenali mahasiswa itu, panitia yang dia tunggu sejak tadi.

"Astaga, kau terlihat berbeda. Aku hampir tidak mengenalimu tadi." Mahasiswa itu menepuk pelan dahinya, tertawa. "Padahal aku sudah melewatimu beberapa kali."

"Ekhem!" Lalice dan juga mahasiswa itu menoleh. Di dekat mereka terlihat Donghyuk yang sedang membawa gulungan kabel. Kedua mata tajamnya menatap mahasiswa yang berdiri disamping Lalice.

"Tenang, ketua." Mahasiswa itu mengangkat kedua tangannya ke atas. "Aku tidak sedang menggoda kekasihmu. Jika kau tidak percaya, tanyankan saja sendiri."

Kemudian tatapan Donghyuk beralih pada Lalice. Menuntut jawaban. Gadis berponi itu merotasikan matanya.

"Jangan buang waktumu disini, ketua. Panitia yang membutuhkan gulungan kabel itu menunggu kedatanganmu." Lalice mengusir Donghyuk secara halus.

Donghyuk melebarkan matanya tidak percaya. Pemuda itu hendak protes, tetapi batal ketika Lalice melayangkan tatapan mengancam kepadanya. Dengan sedikit mengomel, Donghyuk segera pergi dari sana, melanjutkan langkahnya.

"Aigoo, baru kali ini aku melihat Donghyuk bersikap seperti itu." Mahasiswa itu terkekeh geli melihat kepergian Donghyuk.

"Jadi, bagaimana?" Ujar Lalice mengembalikan fokus mahasiswa tersebut.

"Ah, benar. Mianhaeyo," Segera membalikkan halaman kertas yang terjepit di papan clipboard-nya, mahasiswa tersebut mencari bagian penampilan Rosé.

"Pada pukul sepuluh nanti kita akan mengadakan rehearsal. Kita juga sudah memberitahu pihak Rosé mengenai hal ini, jadi setelah ini kau bisa bersiap-siap menyambut mereka. Untuk urutan tampil, Rosé tampil paling akhir karena dia adalah penampilan utamanya. Jadi, kau tidak perlu panik. Seperti yang aku bilang, lima menit sebelum tampil, kami akan menghubungimu. Setelah itu kau yang akan mengarahkan Rosé menuju ke atas panggung."

"Arasseo." Lalice menganggukkan kepalanya mengerti. "Apa ada lagi?"

"Sepertinya tidak." Mahasiswa itu menggeleng, mengembalikan halaman kertas seperti semula. "Tetapi seandainya terjadi perubahan, kau harus selalu siap. Di acara seperti ini kita tidak bisa menjamin semuanya berjalan dengan lancar seperti yang kita harapkan."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang