15. Talk

1.6K 256 123
                                    

"Kajja." Ajak Lalice kepada Minnie dan Jihyo.

Minnie tidak bisa berkata-kata melihat Lalice yang berdiri di hadapannya, sedangkan Jihyo hanya terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.

Mendapati reaksi seperti itu dari teman-temannya, kening Lalice berkerut. "Wae? Apa ada yang salah?"

"Apa-apaan semua makanan yang kau bawa itu?!" Perhatian Minnie tertuju pada berbagai macam makanan yang dibawa oleh Lalice. "Apa kau akan menghabiskannya sendirian?!"

"Tentu saja, karena kemarin aku tidak makan dengan benar, maka sekarang aku akan memperbaikinya."

Hari kedua acara festival kampus. Lalice memilih untuk menikmati acara tersebut bersama Minnie dan Jihyo, setelah kemarin dia sibuk mengurus penampilan Rosé. Ada berbagai stand makanan yang dibuka oleh para mahasiswa. Semuanya terlihat menarik dan meyakinkan.

"Tetapi yang lebih mengejutkan, aku tidak percaya bahwa Hye Kyo-ahjumma mengizinkanmu kembali beraktivitas setelah pingsan kemarin." Jihyo berucap, mulai melangkahkan kakinya. Tujuan mereka sekarang adalah danau belakang kampus.

Acara festival kampus membuat setiap lokasi kampus selalu dipenuhi oleh orang-orang, baik itu mahasiswa atau pengunjung dari luar. Jadi, meski jauh, mereka tetap pergi ke danau buatan tersebut. Berharap disana tidak terlalu ramai.

"Aku hanya pingsan. Lagipula aku sudah diberi infus dan beristirahat dengan cukup, jadi tidak ada alasan yang bisa menghalangiku untuk datang ke kampus hari ini."

"Huh! Tentu saja kau bisa pulih dengan cepat. Itu karena Rosé memberimu sesuatu." Minnie berucap kesal, berjalan mendahului Lalice dan Jihyo.

"Ya," Lalice tertawa samar. "Kau masih kesal dengan hal itu?"

"Tentu saja aku kesal!" Minnie berseru. Dia berbalik, berjalan mundur dengan perlahan agar bisa berhadapan dengan Lalice. "Siapa pun akan merasa kesal kepada sahabatnya karena telah menyembunyikan hal sepenting itu, Song Lalice!"

"Minnie-ya, sudahlah." Ucap Jihyo berusaha menengahi. "Lalice juga melakukan itu karena ada alasannya. Terlebih lagi Lalice tidak boleh berbuat macam-macam karena dia hanya panitia pengganti."

"Geundae--"

"Ada yang ingin aku katakan kepadamu, jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik, Minnie-ya." Sela Lalice sebelum Minnie menyelesaikan ucapannya.

Dalam waktu singkat, wajah Minnie berubah menjadi antusias. "Apa itu?!"

"Sebenarnya setelah semuanya selesai, aku berniat meminta tandatangan milik Rosé sebagai permintaan maafku. Namun, seperti yang kau ketahui, aku kemarin pingsan. Sehingga aku tidak jadi memintanya. Hehehe... Mian."

Minnie berhenti, membuat Lalice dan Jihyo ikut menghentikan langkah mereka. Beberapa detik terdiam, Minnie melayangkan sebuah pukulan pada lengan atas Lalice.

"Ya! Kenapa kau harus pingsan saat itu?!" Gadis Thailand itu terus memukul Lalice. Melampiaskan kekesalannya. "Seharusnya kau tahan saja sampai kau mendapat tandatangan Rosé. Setelah itu, tidak peduli kau mau pingsan atau apalah, itu tidak penting. Setidaknya kau sudah mendapatkan tandatangannya."

"Ya! Berhenti memukuliku!" Lalice dengan susah payah menghindari pukulan dari Minnie. Dia juga tidak bisa menahan pukulan Minnie karena tangannya penuh oleh kantong plastik berisi makanan.

"Eoh, lihat! Itu Rosé!"

Seruan Jihyo seketika menghentikan aksi pukul-memukul Minnie. Tangannya terhenti di udara. Lalice juga sama, dia tidak lagi menghindari Minnie. Dalam gerakan yang serentak, kepala mereka menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Jihyo.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang