29. Back

1.9K 304 59
                                    

Rombongan study tour, beserta Jennie dan Irene meninggalkan Museum Louvre saat mendekati jam makan siang. Mereka kembali naik ke atas bus mewah, melanjutkan perjalanan menuju restoran mewah yang sudah di pesan oleh Jennie sebelumnya.

Seluruh mahasiswa dan para dosen tidak pernah berhenti berdecak kagum dengan apa yang dilakukan oleh Jennie. Meski sebenarnya model terkenal itu melakukan semuanya hanya untuk Lalice.

"Kita tidak makan disini." Ucap Jennie kepada Lalice yang hendak mengambil tempat duduk bersama teman-temannya yang lain.

Lalice menahan gerakannya, batal menarik kursi. Sebelah alisnya terangkat. "Lalu dimana?"

"Ikut aku, kau juga Jihyo-ssi." Setelah itu Jennie melangkah menuju bagian dalam restoran. Lalice dan Jihyo saling berpandangan.

"Ayolah, sebelum dia mengamuk." Ajak Irene kepada kedua mahasiswi tersebut. Tidak ada pilihan lain, akhirnya Lalice dan Jihyo menyusul Jennie. Irene mengikuti mereka dari belakang.

Ternyata Jennie membawa mereka ke sebuah ruangan VIP. Tidak seperti bagian di depan yang terbuka dan bergabung dengan pengunjung lain. Disini lebih tertutup. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah meja bundar dengan empat kursi.

"Duduklah." Jennie menarik salah satu kursi terdekat, lalu duduk disana.

Model terkenal itu mendengus samar ketika Lalice lebih memilih duduk di hadapannya, daripada di sebelahnya. Irene yang melihat itu menahan tawa. Jennie mendelik, menginjak kaki Irene yang berada di bawah meja.

Seorang pelayan masuk, siap melayani mereka. Dia berbicara menggunakan bahasa Prancis, hanya Jennie dan Irene yang mengerti.

"Kalian ingin minum wine?" Jennie menerjemahkan pertanyaan pelayan tersebut kepada Lalice dan Jihyo.

Lalice menggeleng. "Sepertinya kami cukup jus saja, terlebih lagi kami akan naik pesawat nanti."

"Baiklah," Jennie kembali berbicara kepada pelayan tersebut. Menyebutkan pesanan mereka.

"Sudah berapa lama kalian berteman?" Irene membuka percakapan. Menatap Lalice dan Jihyo secara bergantian.

"Sekitar satu tahun lebih." Jawab Jihyo yang diangguki oleh Lalice. "Kami berteman sejak menjadi mahasiswa baru di kampus."

"Bagaimana sikapnya selama berteman denganmu? Apa dia menjadi teman yang baik?" Sekarang giliran Jennie yang bertanya. Membuat Lalice menyipitkan matanya ke arah model terkenal itu.

"Meski selama ini dia bersikap dingin, tetapi dia adalah teman yang baik." Jihyo tersenyum lebar, memberikan pukulan main-main kepada Lalice.

Jennie ikut tersenyum mendengarnya. Setidaknya dia tahu bahwa adik bungsunya itu memiliki teman yang baik. Mengenai Song Hye Kyo, seseorang yang diketahuinya sebagai ibu angkat Lalice atau Lisa, Jennie masih belum tahu apakah dia bermaksud baik atau buruk dengan menjauhkan Lisa dari keluarganya.

"Lis--maksudku, Lalice-ssi. Apa pekerjaan orang tuamu?" Pertanyaan Jennie barusan membuat Irene menatap ke arahnya. Melalui tatapannya, Irene seolah mengatakan 'sungguh, kau langsung bertanya seperti itu kepadanya?'. Tetapi Jennie mengabaikan manager-nya, fokus pada Lalice.

Gadis berkacamata itu tertegun. Pertanyaan Jennie terlalu tiba-tiba. Terlebih lagi dia menanyankan tentang orang tuanya. Apakah model itu sengaja menanyakannya atau tidak, Lalice tidak mengetahuinya sama sekali.

"Sebenarnya aku memiliki orang tua angkat dan hanya ada satu, yaitu ibu angkat." Berbeda dibandingkan saat Hyeri bertanya kepadanya waktu itu. Kali ini, Lalice mengatakannya sedikit lebih jelas. "Dia merupakan seorang dokter spesialis."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang