09. No Choice

1.5K 238 58
                                    

Sama seperti festival kampus pada tahun-tahun sebelumnya, festival kampus kali ini diadakan di area fakultas seni. Disana terdapat sebuah panggung yang biasa digunakan oleh mahasiswa dan mahasiswi fakultas seni mengadakan acara. Panggungnya besar dan area tempat penontonnya juga luas, jadi tidak ada alasan lain untuk tidak menggunakan panggung itu.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, tetapi para panitia masih sibuk berlalu-lalang di sekitar panggung. Sekarang hanya tinggal hitungan jam sebelum festival kampus dimulai, lebih tepatnya besok hari. Tidak ada waktu untuk bersantai-santai lagi bagi para panitia. Mereka harus bekerja keras jika ingin acara yang berlangsung selama dua hari berjalan dengan sukses.

Dari atas panggung, Kim Donghyuk mengawasi seluruh panitia. Memeriksa secara teliti agar tidak ada yang melakukan kesalahan. Sebagai ketua pelaksana festival kampus tahun ini, dia bertanggung jawab atas semua yang berlangsung sebelum, selama, dan sesudah acara festival kampus.

Melalui handy talkie, Donghyuk berkomunikasi dengan panitia lain yang berada sedikit jauh darinya. Menanyakan apakah semua alat-alat yang dibutuhkan terpasang dengan baik.

Donghyuk baru saja ingin meneguk air dari botol karena tenggorokkannya terasa kering, terlalu sibuk mengurus festival kampus membuatnya lupa untuk tetap terhidrasi dengan baik, tiba-tiba saja dari belakang muncul salah satu panitia yang berlari dengan panik.

"Donghyuk-ah!" Sang pemilik nama menoleh, mengurungkan niatnya untuk minum.

"Waeyo?" Donghyuk mencoca tetap tenang, meski dia bisa menebak dari wajah panitia itu jika sesuatu telah terjadi.

"A-ada masalah... Miyeon... Dia..." Napas panitia laki-laki itu tersenggal. "Dia terjatuh dari tangga dan... Kakinya terkilir."

Sepasang mata Donghyuk melebar. Ini adalah masalah serius. Panitia yang bernama Miyeon itu berada di salah satu bagian paling penting di acara festival kampus. Miyeon bertugas untuk menangani salah satu guest star yang diundang pada hari pertama. Dan itu adalah Rosé.

Donghyuk menyugar rambutnya ke belakang. Dia harus berpikir cepat, semua orang menanti keputusannya demi berlangsungnya acara.

"Bagaimana itu bisa terjadi?"

"Ada yang meletakkan botol bekas air minum sembarangan di anak tangga, posisi botol itu terbaring. Saat Miyeon menuruni tangga, dia tidak melihat botol itu karena terburu-buru. Kakinya menginjak botol tersebut hingga dia terpeleset dan jatuh."

Donghyuk menghembuskan napasnya kasar. Ingin marah, tetapi dia tidak bisa melakukannya sekarang. Padahal dia sudah mengingatkan berkali-kali kepada seluruh panitia agar selalu berhati-hati setiap melakukan sesuatu. Entah itu minum atau sekedar melewati anak tangga.

Meredam amarahnya, Donghyuk kembali bertanya kepada panitia di depannya. "Sekarang bagaimana dengan keadaan Miyeon? Apa kakinya sudah diobati?"

Panitia itu mengangguk. "Kami sudah membawanya ke klinik kampus. Keadaan kakinya tidak terlalu parah, tetapi sepertinya dia tidak bisa berjalan seperti biasa."

"Arasseo." Donghyuk mengangguk. Setelah itu dia diam, memikirkan solusi yang tepat atas kejadian Miyeon.

Waktu terus berjalan, dia tidak bisa memaksa Miyeon untuk tetap melaksanakan tugasnya. Terlebih lagi kakinya dalam keadaan terkilir. Dengan terpaksa dia harus mencari pengganti Miyeon. Dia membutuhkan sosok yang tenang, cerdas, bertanggung jawab, dan bisa diandalkan dalam kondisi mendesak seperti ini.

Donghyuk tersenyum samar. Dia sudah mendapatkan sosok yang tepat untuk menggantikan Miyeon.

"Beritahu kepada semua orang agar tetap berhati-hati, aku tidak mau kejadian yang menimpa Miyeon terjadi untuk kedua kalinya." Panitia itu mengangguk dengan cepat menanggapi ucapan sang ketua pelaksana. Setelah itu Donghyuk menyalakan handy talkie miliknya, menghubungi salah satu panitia.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang