34. Separated

2.3K 298 47
                                    

"Woah..." Lalice berucap kagum tanpa sadar. Selama duduk di cafe yang tersedia di agensi tempat Rosé bekerja, sekarang ditambah dengan Jennie, sudah beberapa kali Lalice melihat kemunculan public figure di sekitarnya. Mulai dari pemain drama atau film, penyanyi, rapper, dan juga anggota group idol.

Satu jam setelah Rosé sadarkan diri, Lalice mengajak soloist terkenal itu untuk sarapan, sekaligus mencoba mengalihkan pikirannya. Tetapi sebelum itu, Hyeri menawarkan diri melihat keadaan. Apakah masih ada Jennie di agensi atau tidak. Menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit, Hyeri berkeliling di setiap lantai agensi, dan tidak menemukan Jennie dimana pun.

Dikarenakan keadaan sudah aman, mereka memutuskan datang ke cafe agensi, sarapan disana. Selama menghabiskan makanan masing-masing, Rosé menjadi lebih pendiam dari biasanya.

"Kau tidak bereaksi seperti itu saat melihatku dulu." Pandangan Lalice seketika beralih menatap Rosé di depannya. Terlalu sibuk memperhatikan public figure yang keluar masuk cafe membuatnya melupakan soloist terkenal sekaligus kakak kembarnya itu.

"Ah, benar... Saat festival kampus dulu." Lalice terkekeh pelan, teringat pertemuan mereka pertama kali. "Jangan salahkan aku, karena kau yang pertama kali mengabaikanku."

Rosé tersenyum untuk pertama kalinya dalam hari ini. Lalice cukup merasa senang akan hal tersebut, dia berhasil memperbaiki suasana hati kakak kembarnya.

"Mianhae, saat itu aku sedikit kesulitan berinteraksi dengan orang asing."

Lalice menggelengkan kepalanya, tersenyum hangat. "Gwenchana, aku mengerti. Hyeri juga pernah menjelaskannya kepadaku."

Dulu Lalice belum terlalu memahami kejadian buruk yang dimaksud oleh Hyeri. Tetapi sekarang dia sudah mengetahuinya. Gadis berkacamata itu memaklumi sikap Rosé karena dia juga pernah mengalaminya.

Kedua mata bundar Lalice memperhatikan Rosé yang sedang memainkan sedotan minumannya. Tangannya terkepal erat, menarik napas dalam-dalam.

"Chaeyoungie," Panggil Lalice menarik perhatian gadis blonde tersebut.

"Ne?" Balas Rosé singkat.

"Aku sudah mengetahui semuanya." Kepala Rosé miring ke kanan, tidak mengerti ucapan Lalice barusan.

"Aku sudah mengetahui siapa aku sebenarnya dan darimana aku berasal." Lanjut Lalice. Kalimatnya lebih jelas dari yang sebelumnya.

Tujuan Lalice mengatakan hal tersebut, selain ingin membuat Rosé melupakan pertemuannya dengan Jennie, dia juga merasa bahwa sekarang saatnya mengungkapkan kebenarannya. Semua informasi yang dia dapatkan sudah lengkap, tinggal menunggu klarifikasi dari Hye Kyo yang entah kapan akan dia mintai penjelasannya.

"Sepuluh tahun yang lalu aku mengalami kecelaka--"

"Arayo, Lisa-ya." Potong Rosé cepat, mulai mengerti arah pembicaraan Lalice.

Gadis berkacamata itu mengerjapkan matanya. Tidak menduga jika Rosé akan berkata seperti itu. "Ne? Kau sudah mengetahuinya? Sejak kapan?"

Rosé menyandarkan punggungnya pada kursi. Menatap langit-langit cafe, mengingat kembali pertemuan pertama mereka. "Jika kau bertanya kapan aku mengetahuinya, maka akan aku jawab saat kita pertama kali bertatapan secara langsung. Tetapi jika kau bertanya kapan aku mempercayainya, maka jawabanku adalah setelah pertemuan kita yang kedua. Saat aku..."

Tubuh Lalice membeku di tempat. Kepingan-kepingan kejadian mulai tersusun di dalam kepalanya, saling sambung-menyambung.

"Kau benar. Sayangnya, tidak semua orang memiliki keberanian sepertimu. Ada yang ingin sekali kembali berharap, namun bayang-bayang ketakutan selalu membayanginya, sehingga dia tidak berani untuk mengambil langkah maju."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang