Pergerakan seseorang yang berada di dekatnya membuat Lisa terbangun. Kedua mata bundarnya yang terpejam terasa berat. Lisa harus mengerahkan tenaganya hanya untuk sekedar membuka mata. Setelah beberapa saat, akhirnya matanya terbuka walau hanya separuh.
Bersamaan dengan matanya yang terbuka, Lisa bisa merasakan tubuhnya yang panas dan kepalanya yang pusing. Dia terkulai lemas di dalam dekapan seseorang. Lisa mengangkat pandangannya, melihat siapa sosok yang memeluknya saat ini.
"Lisa-ya," Pria yang memeluk Lisa menunduk. Memberikan sebuah kecupan pada dahi putrinya yang panas. "Tahan sebentar, sayang, appa dan eomma akan membawamu ke rumah sakit."
Lisa mengeratkan pelukannya pada sang ayah, Kim Junwo. Dari pergerakan yang Lisa rasakan, Junwo sepertinya tengah berjalan. Dia tidak tahu akan dibawa kemana.
"Junwo-ah," Dari belakang terdengar suara ibunya, Shin Yenna. Junwo berhenti, tanpa berkata apa-apa dia menyerahkan Lisa kepada sang istri.
"Lisa-ya, apa kau bisa mendengar eomma?" Yenna mengusap kepala Lisa dengan lembut. Sebagai jawabannya dia mengangguk samar.
"Apa ada yang sakit, sayang? Atau kau merasakan sesuatu?"
"Panas..." Lisa berucap lirih. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Yenna.
Yenna menghela napas samar. Mencium pucuk kepala Lisa. "Mianhaeyo, sayang. Setelah ini kita akan ke rumah sakit dan kau tidak akan merasa panas lagi."
"Yeobo, kajja!"
Tanpa diperintah dua kali, Yenna langsung menghampiri mobil yang sudah dinyalakan oleh Junwo. Dia masuk bersama Lisa ke bangku penumpang, bersebelahan dengan bangku kemudi. Begitu pintu di tutup dan sabuk pengaman terpasang, Junwo segera melajukan mobilnya keluar dari dalam garasi.
Hanya beberapa detik di luar, air hujan langsung membasahi seluruh permukaan mobil. Yenna menatap ke depan dengan cemas. Berpergian ketika badai sangatlah berbahaya. Namun, mereka terpaksa melakukannya karena harus membawa Lisa ke rumah sakit.
Junwo di bangku kemudi menginjak dalam pedal gas. Kecepatan mobil semakin lama semakin bertambah kencang. Di dalam pikirannya, mereka harus secepatnya sampai di rumah sakit.
Merasa mobil mereka melaju diatas kecepatan normal, Yenna menoleh ke arah Junwo. Suaminya mencengkeram setir mobil dengan erat, pandangan fokus ke depan.
"Yeobo, aku mengerti kita dalam keadaan darurat, tetapi kita juga harus berhati-hati." Yenna memegang lengan Junwo, berharap suaminya itu sedikit tenang.
"Ara, kau tenang saja." Junwo tidak mengurangi laju mobilnya sedikit pun.
Yenna menghela napas, mendekap tubuh Lisa lebih erat. Mobil mereka sudah keluar dari komplek perumahan. Memasuki area hijau terbuka yang berada di sepanjang jalan.
Jalanan curam dengan jalur yang berlika-liku. Penerangan minim, hanya ada beberapa lampu yang menyala. Selebihnya dalam keadaan mati. Melihat kondisi yang seperti itu membuat jantung Yenna berdegup kencang. Kepalanya kembali menoleh menatap Junwo.
"Junwo-ah, pelan-pelan saja." Beritahu Yenna secara lembut.
Junwo menatap Yenna sesaat. Demi melihat raut cemas pada wajah istrinya serta Lisa yang bersama mereka. Junwo akhirnya mengangguk. "Arasseo."
Kaki Junwo berpindah pada pedal rem. Saat itulah dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia sudah menginjak pedal rem, tetapi mobilnya terus melaju.
"Junwo-ah, wae geurae?" Yenna menatap Junwo dengan bingung. Suaminya itu tampak panik.
Tidak ingin Yenna semakin cemas, Junwo memilih untuk tidak mengatakannya. Tanpa perlu menjawab, dia terus mencoba menghentikan laju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...