43. Missing

1.5K 249 52
                                    

Bus yang dinaiki oleh Jihyo akhirnya merapat di depan halte kampusnya. Selama diperjalanan, mahasiswi jurusan fashion design itu terus gelisah di tempat duduknya. Berharap bus yang dinaikinya langsung terbang begitu saja agar bisa sampai di kampus dalam waktu cepat.

Pagi ini Jihyo bangun terlambat. Semalam dia bekerja lembur hingga larut malam. Sesampainya di kamar sewaannya, Jihyo harus mengerjakan beberapa tugas yang belum selesai. Dia baru jatuh tertidur pukul tiga dini hari.

Karena lupa memasang alarm dan kondisi tubuhnya begitu lelah, Jihyo tidur begitu nyenyaknya sampai lupa dengan waktu. Dia baru bangun ketika jam menunjukkan pukul delapan lewat empat puluh lima menit. Itu berarti lima belas menit sebelum kelas pertamanya dimulai.

Jiwa Jihyo langsung terkumpul dengan cepat begitu melihat jam. Dia langsung bangkit dari kasur tipis miliknya dan bergegas menggosok gigi dan mencuci wajahnya dalam waktu singkat. Gadis bermarga Park tersebut bahkan mengambil sembarang pakaian, tidak tahu apakah sudah dicuci atau belum. Pikirannya hanya satu, yaitu harus sampai di kampus tepat waktu bagaimana pun caranya.

Kelas pagi ini adalah kelas pakaian tradisional Korea Selatan, yang dimana dosennya merupakan dosen veteran dan pakar dalam pakaian tradisional. Berbanding terbalik dengan Tiffany, dosen tersebut masih menggunakan metode belajar klasik. Para mahasiswa diwajibkan membawa buku fisik, bukan buku digital.

Akan tetapi, diantara itu semua, hal yang membuat Jihyo datang terburu-buru ke kampus karena dosen tersebut sangat disiplin. Terlambat satu detik saja, dosen tersebut tidak segan-segan mengusir mahasiswa yang terlambat keluar dari kelas. Tidak hanya itu saja, mahasiswa yang terlambat juga mendapat pengurangan nilai sebanyak lima poin.

Jihyo memang tidak pernah terlambat sebelumnya, hanya saja dia tidak ingin mendapatkan pengurangan nilai, karena baginya lima poin itu sangat berharga. Belum lagi saat ujian, soal yang diberikan oleh dosen itu bisa dikatakan sangat sulit. Jadi Jihyo memilih posisi yang aman.

Bus berhenti dengan sempurna di halte. Jihyo yang sudah berdiri di bagian depan bus, segera melompat turun. Berlari secepat mungkin memasuki gerbang kampus.

Jarak antara gerbang kampus dan gedung tempat kelasnya berada tidak begitu jauh, tetapi tetap saja Jihyo harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk sampai tepat waktu. Tinggal lima menit lagi sebelum kelas dimulai.

Jihyo berlari layaknya pemain drama atau film yang mempertahankan hidupnya dari kejaran para zombie. Pelan sedikit saja, maka tamat sudah riwayatnya.

Setelah beberapa menit yang begitu penting bagi hidup Jihyo, akhirnya dia sampai di kelas. Dia mendorong pintu kelas dengan sekuat tenaga, menimbulkan suara yang cukup keras.

Brak!

Jihyo terjatuh dengan posisi lutut dan tangannya menyentuh lantai, menompang seluruh berat tubuhnya. Napasnya menderu kencang. Keringat sebesar biji jagung membasahi wajahnya.

Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas tersebut memperhatikan Jihyo. Satu dua ada yang berbisik. Tidak sedikit ada yang menertawakannya.

Kepala Jihyo terangkat, memperhatikan ke depan. Tidak ada seorang pun disana, artinya dia masih selamat. Jihyo menghembuskan napas lega sekuat-kuatnya. Dengan ini nilainya tidak akan berkurang lima poin.

"Jihyo-ssi?"

Dari belakang terdengar sebuah suara yang memanggil namanya. Jihyo berbalik, mengubah posisinya menjadi duduk di atas lantai. Sekali lagi dia menghembuskan napas lega setelah tahu jika yang dibelakangnya adalah Choi Yuju.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Yuju menatap Jihyo dengan bingung.

"Aniya, bukan apa-apa." Jihyo beranjak berdiri. Menepuk sebentar pakaiannya sebelum berjalan menuju kursi yang biasa dia tempati bersama Lalice.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang