28. Followed

1.8K 288 52
                                    

"Omo! Lalice-ya!"

Lalice langsung disambut oleh Jihyo persis setelah dirinya masuk ke dalam kamar hotel. Jihyo memeluk teman dekat satu jurusannya itu erat. Sejak kemarin dia dilanda rasa cemas karena Lalice tidak kembali lagi. Padahal gadis berkacamata itu bilang jika dia hanya berjalan-jalan sebentar di hotel. Tidak mungkin hal tersebut memakan waktu yang lama.

"Kau kemana saja?!" Jihyo mengurai pelukan mereka. Menatap Lalice setengah khawatir, setengah lagi menahan kesal.

"Kau bilang kau hanya pergi berjalan-jalan sebentar, tetapi sudah berjam-jam lamanya kau tidak kembali! Aku juga menghubungi ponselmu, tetapi tidak kau angkat! Saat hendak melapor kepada Miss. Tiffany ternyata dia tidak ada di kamarnya! Aku panik, Lalice-ya! Aku tidak tahu harus melakukan apalagi! Aku--"

"Jihyo-ya," Lalice menghentikan Jihyo sebelum ocehannya semakin panjang. Kedua tangannya memegang bahu Jihyo dengan lembut. "Mianhae, aku sudah membuatmu khawatir. Tetapi aku baik-baik saja."

Jihyo memperhatikan wajah Lalice. Tidak seperti Minnie yang sudah bertahun-tahun bersahabat dengan Lalice. Jihyo hanya mengenal gadis berkacamata itu baru selama satu tahun. Namun, begitu melihat Lalice sekarang, dia langsung menyadari adanya perubahan pada raut wajahnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Lalice membasahi bibirnya. Melepaskan tangannya dari bahu Jihyo, lalu berjalan menuju sofa. Jihyo mengikuti dan mengambil posisi duduk di hadapan Lalice.

"Aku..." Gadis berkacamata itu menggenggam tangannya sendiri. Menyatukan seluruh jemarinya. "Aku bertemu dengan Kim Jennie."

"Kim Jennie?" Ucap Jihyo tidak percaya. "Maksudmu..."

Lalice mengangguk samar. "Benar. Kim Jennie, kakak kedua dari Rosé atau Kim Chaeyoung. Aku bertemu dengannya kemarin di store milik Chanel."

"B-bagaimana bisa?"

Diceritakan semuanya oleh Lalice kepada Jihyo tentang semua kejadian yang dia alami kemarin. Mulai dari rencana mendadak Tiffany yang membawa dirinya dan Yuju pergi ke store milik Chanel. Hingga kejadian di cafe tadi pagi, dimana Jennie mengetahui minuman kesukaannya, tanpa bertanya lebih dulu.

Jihyo terdiam di tempat duduknya. Masih mencerna seluruh cerita yang dia dengar dari teman dekatnya itu. Semua ini diluar dugaannya. Ternyata pemikirannya yang mengatakan jika Lalice adalah bagian dari keluarga Kim tidak sesederhana itu.

"Jadi, kau merasa jika Jennie melakukan sesuatu yang buruk kepada Rosé dan itu membuatmu merasa marah sekaligus kecewa kepadanya. Begitu?" Ucap Jihyo setelah menyimpulkan seluruh cerita.

"Eoh," Lalice menjawab pelan.

"Lalice-ya," Jihyo memandangi gadis berkacamata itu. Nada suaranya berubah menjadi lembut. Setiap membicarakan keluarga asli Lalice, dia harus melakukannya secara pelan-pelan.

"Setelah semua apa yang terjadi kepadamu, bukankah itu merupakan pertanda--"

"Ara... Arayo, Jihyo-ya." Lalice menghembuskan napasnya kasar. Bersandar pada sofa. Gadis berkacamata itu cukup bersyukur karena masih tetap waras menghadapi semua kegilaan ini.

"Tanpa kau katakan, aku juga sudah menyadarinya. Hanya saja... Kita lupakan masalah itu sejenak, oke? Kita masih harus mengikuti kegiatan study tour, jadi fokus saja pada itu, jangan memikirkan hal yang lain."

"Arasseo." Jihyo beranjak dari duduknya, menghampiri Lalice. Mengusap bahu gadis berkacamata itu. "Setelah kegiatan study tour ini selesai, aku dan Minnie akan membantumu mencari kebenarannya."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang