Pusing. Mual. Sesak. Semuanya bercampur menjadi satu. Rasanya Lalice tidak sanggup berlama-lama berada di ballroom sebuah hotel mewah yang dia datangi bersama Hye Kyo saat ini. Seketika gadis berponi itu menyesal karena telah menyetujui ajakan ibu angkatnya itu.
Semuanya terasa berlebihan bagi Lalice. Baik tempatnya, makanannya, minumannya, maupun orang-orangnya. Meski gaya serta harga pakaiannya sudah sama dengan para tamu pesta tersebut, tetap saja Lalice merasa ini bukanlah tempatnya. Sejak tadi dia menahan diri agar tidak berlari meninggalkan ballroom hotel.
"Lalice-ya, ada apa dengan wajahmu?" Hye Kyo mengusap pipi Lalice dengan lembut. Wanita bermarga Song tersebut sudah menyadari perubahan pada raut wajah Lalice saat mereka baru saja sampai di depan pintu hotel. Tanpa diberitahu pun, Hye Kyo sadar bahwa putri angkatnya itu tidak nyaman dengan suasana yang ada di sini.
Lalice menghela napas samar, memaksakan senyumnya. "Bukan apa-apa."
"Seharusnya waktu itu kau jujur kepadaku jika kau tidak ingin hadir di acara seperti ini, Lalice-ya." Melihat Lalice yang tertekan, membuat Hye Kyo merasa bersalah karena telah memintanya untuk datang menemani.
"Eommeoni, gwenchana. Lagipula kita sudah berada disini, tidak sopan kalau kita pergi begitu saja. Aku berjanji, begitu aku merasa tidak tahan lagi, aku akan memberitahumu."
"Arasseo," Hye Kyo menganggukkan kepalanya. "Mianhae, aku membuatmu merasa tidak nyaman."
"Dokter Song,"
Lalice batal berbicara, hendak menanggapi permintaan maaf Hye Kyo, ketika seseorang menyapa ibu angkatnya. Hye Kyo dan Lalice serentak menoleh. Sesosok wanita paruh baya mendekati mereka. Sama seperti penampilan orang kaya lainnya, wanita itu memakai perhiasan yang mengkilap dan juga menarik perhatian.
Tetapi ada satu hal yang berhasil menarik perhatian Lalice. Gaun yang dikenakan oleh wanita tersebut. Dia mengenalinya.
"Nyonya Yang, annyeonghaseyo." Hye Kyo balas menyapa wanita tersebut dengan ramah. Membawanya ke dalam pelukan singkat. "Bagaimana kabar anda?"
Tidak ada sedikit pun ide di dalam kepala Lalice mengenai apa hubungan antara wanita tersebut dengan Hye Kyo. Akan tetapi, ada satu hal yang dia tahu. Sekarang gadis berponi itu mengetahui wajah pelanggan yang selalu meminta rancangan desain gaunnya diganti, sampai-sampai membuatnya bekerja lembur.
Gadis berponi itu mendengus kesal. Tentu saja secara pelan, dia tidak ingin lagi berurusan dengan Nyonya Yang tersebut. Cukup dia dibuat pusing oleh permintaannya yang tidak masuk akal.
"Ah, Nyonya Yang, perkenalkan ini putriku. Namanya Lalice." Ujar Hye Kyo mendadak yang membuat Lalice melototkan matanya sekilas. Dia kira, dia tidak akan dibawa ke dalam percakapan.
Mengubah wajahnya secepat mungkin, Lalice membungkuk kepada Nyonya Yang. Sedikit menyunggingkan senyumnya. "Annyeonghaseyo."
"Kau memiliki putri yang cantik, Dokter Song." Ucap Nyonya Yang sambil memperhatikan Lalice dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Tetapi tidak secantik putriku."
"A-ah, ne..." Hye Kyo hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Nyonya Yang barusan. Tidak dengan Lalice yang saat ini ingin sekali melepaskan high heels-nya untuk memukul wanita paruh baya tersebut.
"Bagaimana dengan gaun milikku? Bagus, bukan?" Nyoya Yang mengganti topik. Dia berputar agar Hye Kyo dapat melihat gaunnya secara keseluruhan.
"Majayo, sangat indah sekali." Hye Kyo memuji dengan jujur karena gaun tersebut benar-benar bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...